Contoh SKENARIO SINETRON : DEMI ANAK (Durasi 1 Jam) by Ami Daria
PlanetCerpen.Com - Selain menyukai dunia cerpen, aku juga mulai melirik dunia Skenario. yah, sama-sama menulis, dan membuat cerita. Namun beda dengan cerpen, skenario butuh penggambaran yang lebih lengkap. Mulai dari setting tempat kejadian hingga hal-hal lain yang musti tergambar dengan jelas dan detail.
Nah pada kesempatan kali ini aku akan share salah satu SKENARIO hasil karyaku sendiri, Skenario ini untuk Sinetron dengan durasi 1 Jam. Judul dari Sinetron atau Skenario sinetron ini adalah "DEMI ANAK". Selamat membaca.
========================================================================
SINOPSIS
Rina janda muda dengan 2 anak.
Dia tinggal bersama kedua anaknya dan muti, ibunya yang juga sudah janda. Satu
desa dengan mereka ada seorang pensiunan yang sudah duda,namanya tohir. Tohir
naksir berat pada Rina dan bermaksud menjadikannya istri, dan mereka melakukan
pendekatan Tohir minta bantuan muti. Muti selalu membujuk Rina agar menerima
Tohir dengan alasan agar kehidupan Rina dan kedua anaknya lebih terjamin. Namun
Rina menolak dan merasa mampu mencukupi kebutuhan kedua anaknya tanpa harus
menjadi istrinya Tohir. Merasa pekerjaan yang selama ini tidak mencukupi, Rina
banting stir, menekuni pekerjaan yang penuh resiko, yaitu menjadi tukang kutil
di supermarket. Pekerjaan itu dilakukan tanpa sepengetahuan ibu dan kedua
anaknya.
Rina justru mendorong muti agar
jadian dengan Tohir, karena lebih serasi. Tiap kali ada Tohir , Rina buru-buru
memanggil Muti lama kelamaan Muti jadi suka pada Tohir apa lagi disukung 100%
oleh Rina. Tohir sebenarnya sudah tahu gelagat Muti, namun dia tetap mengharapkan
Rina.
Di akhir cerita Rina ketemu
jodohnya, yaitu Handi keponakan Tohir. Handi yang betul-betul jatuh cinta pada
Rina minta tolong pada Tohir untuk meminangkan Rina. Walau hati sangat berat
Tohir memenuhi permintaan itu. Tohir meminang Rina bukan untuk dirinya, tapi
untuk…..Handi.
========================================================================
SETTING
- Ruang
Depan Rumah Rina
Rumah itu sangat sederhana , dindingnya terbuat dari pagar
bambu dan masih beralas tanah. Pintunya di tengah membagi ruangan menjadi
2 ruangan Tiap bagian, sebelah depanya
merupakan jendela kayu. Pada sisi kanan ruangan terdapat meja kursi kaefu yang
sangat sederhana , sisi kiri diisi lincak.
- Ruang
Tengah Rumah Rina
Ada dua kamar berjajar.
Berhadapan dengan pintu kamar ada lemari pakaian yang depannya /
pintunya menggunakan cermin . sebelahnya lemari pakaian ada Bupet dan meja
kesil sederhana.
- Dapur
Rumah Rina
- Kamar
Tidur Rina
- Teras
Rumah Rina
- Ruang
tengah rumah Tohir
- Rumah
Sakit
- Kamar
Rumah Sakit
- Gerumbulan
bambu
- Swalayan
- Jalan
Perkampungan
- Jalan
Raya
========================================================================
PELAKU
- Rina (36 th)
- Muti (60 th)
- Rosa ( 9 th)
- Mimi (11 th)
- Tohir (69 th)
- Anto (36 th)
- Handi (40 th)
- Satpam (40 th)
- Tono (25 th)
- Pengunjung swalayan dll
========================================================================
SCENE 01. INT. RUANG
DEPAN RUMAH RINA - SIANG
Pelaku : Rina, Muti, Rosa,
Wibi.
Rina dan Muti sedang
menganyam bambu beralaskan tikar pada salah satu sisi ruangan. Pada sisi yang
lain terdapat meja kursi sederhana terbuat dari kayu.
Muti
Rin,
tadi pak Tohir kesini lagi. Minta kepastian darimu, mau nggak? Jadi istrinya?
Suamimu kan sudah meninggal 3 tahun lalu.
Rina
Lho,
kan udah berkali-kali aku jawab nggak mau mak, kok mamak Tanya melulu.
Sebenarnya mamak pingin jawabanku iya, gitu ya, mak?
Muti
Iya
sich,….. enak lho Rin, jadi istri pegawai tiap bulan dapat bayaran.
Rosa
(out sound)
Assalamu’
alaikum……………
Muti
dan Rina
Walaikum
salam…………..
Rosa yang masih berseragam
merah putih masuk, dia langsung salaman dengan Rina dan Muti.
Rosa
Nasinya sudah matang mak? Lapar………. (menepuk perutnya)
Rina
Sudah. Lihat saja dibelakang. Tapi ganti baju dulu,
ya……….
Rosa mengangguk dan masuk
ruang tengah.
Rina
Mak……..
pak Tohir itu kan bukan pegawai, tapi bekas pegawai. Dia pensiun kan dalam
bulan yang sama dengan kelahiran Rosa. 9 tahun mak. Jadi umur pak Tohir 69
tahun. Sudah bau tanah (berbisik) hampir mati.
Muti
Justru
itu! kamu jadi istrinya baru sebentar, dia mati. Nanti kamu yang terima
pensiunnya, enak, kan?
Rina hanya geleng-geleng
kepala sambil memutar bola matanya. Rosa keluar dari ruang dalam, sudah
berganti pakaian rumah. Rosa membawa sepiring nasi beserta lauknya, dan duduk
di kursi.
Wibi
Assalamu’alaikum………….
Rina,
Muti, Rosa
Walaikum
salam………..
Wibi salaman dengan Rina
dan Muti lalu mendekati rosa.
Wibi
Lauknya
apa, dik?
Rosa
Biasa………sayur
asem, tempe goreng dan sambal.
Wibi menghembuskan napas
sambil melangkah masuk. Rina dan Muti saling pandang.
SCENE 02. JALAN
PERKAMPUNGAN – SIANG
Pelaku : Rina, Anto
Rina sedang berjalan
sambil membawa hasil anyamannya. Anto sedang mengendarai motor memelankan
lajunya sehingga sejajar dengan Rina.
Anto
Rina……… kamu mau kemana?
Rina
Eh,
Anto. Biasa….. mau setoran. Kamu sendiri mau kamana?
Anto
Rin……
aku denger slentingan,…… kamu mau jadi istrinya bapak, benar itu?
Rina Cuma angkat bahu.
Anto
Dulu
kita kan dijodoh-jodohkan sama teman-teman jadi dianggap pacar, masa sekarang
kamu mau jadi ibu tiriku? Ya…….. nggak pantas lah Rin…… lagian bapak terlalu
tua buatmu Rin. Sayang kecantikanmu.
Rina
Kata
siapa aku mau jadi ibu tirimu? Itu, kan keinginan mamak. Kalau aku sendiri
sich, no way……(mempercepat jalannya)
Anto
Bagus
Rin, aku dukung seratus persen keinginanmu. Jangan turuti mamakmu…………terus
berjuang! Maju perut pantat mundur……..!
Anto tertawa sambil
mempercepat laju motornya. Rina hanya geleng-geleng kepala.
SCENE 03. TERAS RUMAH
RINA – MALAM
Pelaku : Tohir, Muti
Tampak bulan purnama. Muti
sedang duduk di lincak teras rumahnya. Tohir mengendarai sepeda motor berhenti
di halaman tepat di depan Muti.
Muti
E……..
bang Tohir…….. dari manan aja?
Tohir
Mumpung
bulan purnama aku muter-muter. Eh, lihat kamu duduk diteras sendirian, ya udah
mampir.
Tohir memarkir motornya
dan naik ke teras, berdiri di depan Muti.
Tohir
Rina
mana? Apa dia sudah tidur?
Muti
Pasti
belum, masa masih sesore ini tidur. Aku panggilkan dulu ya? Duduk dulu.
Tohir duduk di lincak.
Muti beranjak masuk.
SCENE 04. KAMAR TIDUR
RINA – MALAM
Pelaku : Rina, Muti, Rosa,
Wibi
Rina yang sedang
mendongeng tidur di tengah antara Rosa dan Wibi.
Rina
Buto
ijo terus mengejarnya sambil memanggil timun mas…….dimana kamu nak………? Sst…
simbah mau kesini pura-pura tidur.
Mereka segera pura-pura
tidur. Muti masuk dan geleng-geleng kepala.
Muti
Masa,
sore-sore begini sudah pada tidur? Rina……. Bangun. Itu ada bang Tohir
(menggoyang-goyang kaki Rina) gila……. Nyenyak banget tidurnya. Rina…… bangun.
Tapi Rina tetap saja
pura-pura tidur.
Muti
Rina………….
Bangun. Itu bang Tohir mau membicarakan hal penting. Rina………(menepuk-nepuk
pundak Rina). Ini Rosa dan Wibi juga pules banget tidurnya. Aneh…….apa kene
sirep……? Tapi siapa yang main sirep……..?
Rina dan kedua anaknya
tetap saja pura-pura tidur.
Muti
Rin…………..bangun!
(menggoyang-goyang kaki Rina lebih keras) dasar dableg dibangunin susah banget.
Muti keluar sambil
membanting pintu. Setelah agak lama Rina, Rosa, Wibi bangun, mereka saling
pandang dan ketawa cekikikan.
Rosa
Sudah
mak……………lanjutin dongengnya.
Muti
Nah………..ketahuan
ya………kalian tadi pura-pura tidur kamu lagi Rin! Dibilangin bang Tohir pingin
ketemu malah pura-pura tidur.
Wibi
Pak
Tohir kesini mau ngapain mbah. Mau jadi suaminya mamak? Jangan……….! Sudah tua,
jelek, pemarah lagi. Ada lagi………..pelit………..!!
Rina tersenyum sambil
mengacungkan jempol pada Wibi.
SCENE 05. RUANG TENGAH
RUMAH TOHIR – MALAM
Pelaku : Tohir, Anto
Anto duduk dikarpet sambil
menonton tv. Tohir masuk dan duduk disampingnya.
Anto
Bapak
dari mana?
Tohir
Mumpung
bulan purnama, terang…………. bapak muter-muter.
Anto
Iya
muter-muter dan mampir ke rumah Rina. Bapak ini aneh ya? Dulu waktu aku mau
serius sama Rina, bapak ngak boleh, katanya ngak selevel. E………sekarang malah
mau diambil sendiri. Bapak ngak malu?
Tohir
Keadaannya
kan berbeda to. Sekarang Rina janda dan bapak duda…….
Anto
(memutus omongan Tohir) iya tapi tidak selevel. Kata
bapak status sosialnya terlalu jauh? Apa lagi sama bapak, tidak selevelnya ada
dua, yang satu status usia sangat jauh. Bapak hamper 70 tahun dan Rina, sebaya
denganku. 35 tahun. Terlalu muda pak,….. kalau sama ibunya…….. baru cocok…….
Tohir
(naration)
Orang
aku maunya sama Rina yang cantik…………kok disuruh sama ibunya? Nehi tra la la…….
SCENE 06. RUANG DEPAN RUMAH RINA – SIANG
Pelaku : Rina, Muti, Rosa,
Wibi
Rina
dan Muti sedang menganyam bamboo. Dari dalam terdengar tawa Rosa dan Wibi. Wibi
keluar dari ruang dalam dengan perut yang membuncit, dia memakai daster Rina.
Rosa tertawa geli sambil menunjuk perut Wibi.
Rosa
(tertawa
geli) lihat mak, mbah, mas Wibi hamil (menunjuk perut Wibi)
Wibi
Iya
ini mak, sudah 7 bulan. Mau bikin rujak.
Rina hanya tersenyum
sambil geleng-geleng kepala.
Muti
(tertawa
geli) Wibi…..Wibi seperti orang hamil. Itu yang diperut kamu, apa?
Wibi
Ini
mbah, (Wibi membuka dasternya)
Tampak sebuah baskom
plastic diikat dengan selendang diperutnya. Tampak bagian atas baskom itu sudah
bolong.
Wibi
Ini
bagian atasnya sudah bolong. Buat Wibi ya, mbah? Kami mau ngamen…….ya, dik?
Nanti
duitnya masukin kesini. Terus beli macem-macem masukin sini juga. Coklat, roti,
gula, telur…………
Rosa mengangguk-angguk
tanda setuju.
Rina
Jangan.
Maksud mamak jangan mengamen. Tapi kalau baskomnya mau diminta sich, boleh……
SCENE 07. KAMAR TIDUR
RINA – SORE
Pelaku : Rina
Rina
masuk kamar sambil membawa baskom bolong itu. Rina mengunci pintu kamar. Lalu
mengikat baskom itu diperutnya dengan selendang. Bagian yang bolong diposisi
atas. Lalu Rina mengambil daster dari dalam lemari dan memekainya.
Rina
(tersenyum)
memeng mirip orang hamil. Hem……… (menjentikan jarinya) pakai kerudung.
Rina mengambil kerudung
dilemari dan memakainya. Lalu Rina keluar.
CUT TO CUT
SCENE 08. RUANG TENGAH
RUMAH RINA – SORE
Pelaku : Rina
Rina keluar dari kamarnya
dan bercermin didepan cermin besar yang menempel dipintu lemari pakaian.
Rina
(berpatut
dicermin) memang persis orang hamil. (tersenyum geli) penyamaranku sukses.
Hem……… ada yang kurang. Apa, ya…………? Kacamata. Betul! Aku harus beli kacamata
dulu paling-paling sepuluh ribu. Sip!!
Muti
(out sound)
Ya…………
sebentar………! aku ambilin uangnya dulu……..
Rina buru-buru masuk kamar
dan menguncinya dari dalam. Muti masuk dan menuju kekamarnya.
Muti
Aku
kok bisa lupa kalau hari ini arisan.
SCENE 09. INT.SWALAYAN
– SIANG
Pelaku : Rina, Satpam,
Pengunjung swalayan.
Rina
yang sedang menyamar sebagai wanita hamil, juga mengenakan kerudung dan
kacamata, sedang jalan-jalan dibagian kebutuhan sehari-hari. Di rak yang ada
dihadapan Rina terdapat sabun mandi, pasta gigi, hand-body, shampoo, dan
lain-lain.
Rina
(naration)
(mengambil
sabun mandi) sebaiknya aku mengambil barang yang kecil tapi berharga saja. Biar
bisamuat banyak.
Rina menoleh kanan-kiri.
Setelah dirasa aman memasukian sabun mandi ke baskom dibalik bajunya, lalu
memasukan pasta gigi, shampoo.
Rina
Hem
( berpikir sejenak) Rosa paling suka coklat, sebaiknya aku ambil coklat. Mana
ya? Bagian makanan kecil.
Rina mencari-cari bagian
makanan kecil dan mencari-cari.
Rina
Ini
dia coklat, (memasukan kebalik bajunya) kopi, gula, biskuit.
Saat Rina mau memasukan
biskuit, Satpam lewat dari sampingnya. Rina kaget, biskuit itu terjatuh. Rini
gemetaran, takut perbuatannya diketahui Satpam. Satpam itu berbalik. Rina makin
ketakutan.
Satpam
(mengambil
biskuit itu dan memberikan pada Rina) ibu sakit?
Rina
Eh,
tidak. Terima kasih (menerima biskuit itu) bernapas lega.
SCENE 10. EXT. RIMBUNAN
BAMBU – SIANG
Pelaku : Rina
Rina
yang masih menyamar berlari-lari kebalik rimbunan bambu. Setelah mengamati
keadaan sekeliling dan merasa aman. Lalu dengan gerak buru-buru melepas
dasternya, ikatan pada baskom. Setelah terlepas baskom diletakan didepannya
didalamnya terdapat sabun mandi, pasta gigi, shampoo, kopi, gula pasir, coklat,
biskuit, teh, dua kaleng sarden.
Rina
Siip………!
percobaan pertama lancar, aman dan sukses (tersenyum)
Rina
mencari sesuatu dari dalam baskom. Ternyata plastik kresek yang dilipat kecil
dan diikat dengan karet gelang. Ikatan itu dibuka dan kreseknya dibuka. Rina
memasukan baskom beserta isinya kedalam plastik kresek, melepas kerudung dan kacamata dan memasukan ke
dalam plastic kresek juga lalu buru-buru pergi. Berjalan cepat hampir seperti
lari.
CUT TO
SCENE 11. INT. DAPUR
RUMAH RINA – SIANG
Pelaku : Rina, Muti
Rina masuk dapur, buru-buru
mengambil baskom dalam kantong plastikyang dibawanya. Menumpahkan isinya diatas
dipan dan menyembunyikan baskom ke kolong dipan.
Muti
Sudah
pulang Rin? Lho barang-barang begitu banyak kamu dapat dari mana?
Rina hanya menatap ibunya
tak berkedip.
SCENE 12. RUANG DEPAN
RUMAH RINA – SIANG
Pelaku : Rina, Muti, Rosa,
Wibi
Muti sedang menganyam
bambu. Wibi dan Rosa keluar dari ruang tengah, masing-masing membawa sepiring
nasi dan lauknya. Mereka dududk di kursi dan mulai makan.
Wibi
Hem……….
Enak sekali mbah, ikan ini rasanya enak sekali dan durinya ini lho mbah…….
sangat lunak.
Rosa
Iya,
enak banget. Kalau tiap hari lauknya seperti ini tidak usah disuruh-suruh kita
juga makan banyak ya, mas.
Wibi mengangguk sambil
makan dengan lahapnya. Muti tersenyum senang melihat kedua cucunya makan dengan
lahapnya.
Rina
Itu
namannya sarden Wibi………ikan yang dikalengkan.
Wibi
Oh
sarden. Enak sekali mak………besok lauk seperti ini lagi ya, mak……
Rina
Iya……..do’ain
saja agar kerjaan mamak lancer dan mamak dapat duit banyak.
Wibi
Iya
mak……… tenang aja.
Rosa
Iya
mak……… Rosa juga turut mendo’akan.
Muti
Iya………..
kalau mamak kalian duitnya banyak, kan kalian juga yang senang.
SCENE 13. INT. SWALAYAN
– SIANG
Pelaku : Rina, Tono,
Satpam, Pengunjung
Keadaan swalayan cukup
ramai. Rina yang sedang menyamar berbaur dengan pengunjung yang lain. Tampak
Tono masuk berdiri mengamati keadaan sekeliling dan tersenyum senang.
Tono
(naration)
Cukup
ramai…….. maklum tanggal muda. (berjalan berlahan) kalau hanya mengutil aku
rasa hasilnya kurang banyak. Mumpung ramai……. aku mau mencopet sekalian. Hem…….
aku harus mencari mangsa empuk.
Saat sedang mencari-cari
mangsa, ekor mata Tono menangkap Rina yang berjalan santai.
Tono
(naration)
Hem………….
ini dia. Wanita hamil tua berjalan sendirian. Mangsa empuk……he……he……
(tersenyum
senang)
Tono
langsung membuntuti Rina sambil menunggu saat yang tepat untuk beraksi. Rina
yang tidak menyadari segala gerak-geriknya diawasi Tono, merasa keadaan aman
segera beraksi. Melihat hal itu Tono sangat kaget. Dia tertegun beberapa saat.
Tono
(naration)
Ya
ampun ! Ternyata dia tukang kutil. Wah……….. lihai sekali. Senior gue kalau
begitu.
Rina yang merasa diawasi
menoleh kebelakang. Pandangannya bersitatap dengan Tono yang masih tertegun.
Rina
(naration)
Dia
memergokiku. Gawat !
Tono
(naration)
Hii……….
Menakutkan. Pandanganya tajam dan mengandung kekuatan magnit.
Tono mundur-mundur dan
buru-buru melangkah pergi. Hamper saja menabrak anak kecil yang berlari-lari.
Tono
He!
Jangan lari-lari (melotot)
Anak kecil itu ketakutan.
Tono setengah berlari menuju keluar. Didepan pintu Satpam menghentikan langakah
Tono.
Satpam
Kenapa
buru-buru?
Tono
Maaf
pak, tadi saya lupa mengunci motor. Saya takut motor saya dibawa lari orang.
Rina yang dari tadi
mengawasi Tono tampak gugup melihat Tono bicara dengan Satpam.
Rina
Gawat!
Dia lapor ke Satpam. Aku harus buru-buru keluar.
Rina memeperhatikan tempat
kasir.
Rina
(naration)
Sebaiknya
aku berjalan dibelakang orang yang belanja. Aku juga harus belanja.
Rina mengambil deterjen
ukuran 0,5 kg gram dan membawanya ke kasir. Rina antri sambil sekali-kali
mencuri pandang ke Satpam itu.
Rina
(naration)
Kelihatannya
dia cuek. Pura-pura atau memeng tidak tahu apa-apa? Lalu pemuda tadi bicara
apa? Lah mbuh.
Setelah membayar
belanjanya Rina keluar. Saat melewati Satpam itu Rina meliriknya. Namun Satpam
itu cuek saja.
Rina
(naration)
Aman………
lalu pemuda tadi bicara apa? Entahlah………
Rina keluar dari swalayan
sambil menenteng belanjaannya.
SCENE 14. INT. DAPUR RUMAH
RINA – SORE
Pelaku : Rina, Muti
Rina masuk sambil
menenteng plastik besar. Menumpahkan seluruh isinya ke atas dipan dan
menyembunyikan baskom bolong ke kolong dipan. Tiba-tiba Muti masuk dan duduk di
dipan.
Muti
Sebenarnya
pekerjaanmu apa sih, Rin? (curiga)
Rina hanya diam sambil
manata barang-barang bawaanya.
Muti
Tiap
kali pulang kamu selalu bawa sabun, sarimi, gula, the, sarden. Sebenarnya
barang-barang ini kamu dapat dari mana?
Rina
Ya
beli lah mak,……… masa ngutil dijalan (menutup matanya dengan jari telunjuk)
Muti
Kenapa
uangmu dihambur-hamburkan buat beli barang-barang semacam ini? Mbok ditabung.
Rina
Boro-boro
nabung mak, wong buat beli ini juga pas-pasan.
Muti
Itulah
maksud mamak, tidak usah beli. Itu didalam sabun ada tiga, sarimi juga banyak,
gula, teh, sarden. Semua masih banyak. Kenapa kamu kalau belanja belinya barang
ini-ini melulu?
Rina hanya diam sambil
menatap lantai.
Muti
Rin!
(memegang pundak Rina) kamu tidak melakukan hal yang bodoh kan?
Rina
Apa
maksud mamak?!
Muti
Ya,
nggak tahu (angkat bahu) pokoknya hal-hal negative yang melanggar agama.
Rina
Mamak
jangan mendo’akan aku melakukan hal-a=hal negative mak.
Muti
Ya
bukan begitu? Terus barang-barang ini kamu dapat dari mana?
Rina
E………….
(bingung) aku kan buruh nyuci di took kelontong mak, ya upahnya seperti ini.
Muti
Besok
lagi jangan mau. Kamu minta upah berwujud duit. Jadi bias buat beli segala
kebutuhanmu ya beras, sayur, jangan sarden melulu. Membelikan sepatu Rosa. Itu
sepatunya kan sudah bolong. Kasihan dia.
Rina
(naration)
Aduh,
gimana caranya aku dapat duit, ya?
Muti
Trus,
gimana dengan tawaran pak Tohir?
Rina
Aduh
mak,……… aku sampai buruh cuci kan agar dapat duit tanpa harus jadi istrinya pak
Tohir. Atau…… jangan-jangan mamak suka ya sama pak Tohir? Buat mamak saja.
Malah lebih cocok mak. Sip (mengacungkan jempol)
Muti
Semprul!
Tua-tua kok disuruh kawin lagi.
Rina
Ngak
apa-apa mak. Biar ada kakek-kakek dan nenek-nenek duduk dipelaminan. Siapa tahu
bias masuk rekor muri. Pengantin paling tua di dunia. He….he….. (tertawa geli)
Muti
Bocah
ra ngenah………. (melangkah masuk ruang tengah)
Rina
Makanya
jangan memaksaku terus……! Heran, demen banget sama pak Tohir (menggerutu)
Rina berjalan mendekati
kompor sambil berpikir.
Rina
(naration)
Bagaimana
caraku mendapatkan uang, ya?
Rina mendapat ide.
Rina
Ku
tukarkan saja barang-barang ini ke warung mbak Ida.
SCENE. I5. EXT. TERAS RUMAH
RINA – SIANG
Pelaku : Tohir, Rina
Tohir duduk di lincak sendirian. Rina datang dari luar.
Rina
Lho, Pak Tohir, sudah lama ?
Tohir
Baru saja ( tersenyum senang )
Rina dari mana ?
Rina
Dari warungnya mbak Ida. Mencari
Mamak, kan ?
Sebentar, ya ? Saya carikan ke dalam.
( masuk rumah )
Tohir
Bukan Mamakmu…… Aku mencarimu……..
Tapi Rina yang sudah terlanjur masuk
rumah tidak mendengarkan jawaban Tohir. Tohir kebingungan sambil menggaruk –
garuk kepala.
Tohir
Ngapain juga aku mencari Muti ? Wong aku mencari Rina…… sudah ketemu
orangnya, e ……… Rina malah masuk memanggil Muti. Lebih baik aku pulang saja
ah………….
( melangkah pergi )
Selang sejenak
Muti keluar di ikuti Rina.
Muti
Mana ? Tidak ada siapa – siapa,……? Tamu agung siapa sih ?
( penasaran )
Rina
Pujaan hatinya Mamak ……… ( tertawa genit )
Muti
Pujaan hatiku ? siapa ( penasaran )
Rina
Siapa lagi kalau bukan pak Tohir ?
Muti
Eh…….. anak kurang ajar ……!
Muti mau memukul
Rina tapi Rina lari masuk rumah sambil tertawa geli.
SCENE 16.
INT. RUANG DEPAN RUMAH RINA - MALAM
Pelaku : Rina, Rosa dan Wibi
Rina dan Rosa
duduk kehadapan Rina sedang menghitung duit yang nominalnya ribuan dan lima
ribuan.
Rina
Ini 20.000 buat beli sepatunya Rosa…….. yang ini nanti buat belanja…….
Rosa
Asyik… mau dibelikan sepatu…….. terima kasih Mak…….
Rina
Iya…… ini nanti buat beli lauk. Lauk nya apa ya ?
Wibi
( tiba – tiba muncul dari ruang tengah ) telor saja Mak. Jangan sarden
melulu, bosen !
Rina
Iya deh, ……….. nanti di ceplok apa di semur……?
Wibi
Di apa saja yang penting enak……….
Rosa dan Rina
tertawa geli mendengar jawaban Wibi.
SCENE 17.
INT. SUPER MARKET - SIANG
Pelaku : Rina,
Pemilik Toko, Satpam, dll
Super Market itu
di padati pengunjung. Di antara pengunjung tampak Rina sedang menjalankan
aksinya. Di sisi lain tampak pemilik toko sedang mengawasi segala aktivitas
dalam super market. Tatap matanya menangkap gerak – gerik Rina yang
mencurigakan. Di terus mengawasi dengan wajah jengkel.
Pemilik Toko
Sialan ! ternyata bukan orang hamil ! tapi tukang kutil ! Harus diberi
pelajaran, dia …
Pemilik toko
beranjak mendekati Satpam dan memberi kode agar mengikutinya.
Pemilik Toko
Bapak lihat wanita hamil ini ? ( menunjuk monitor )
Lihat ! Dia beraksi !
Satpam
Ha ?! Tukang kutil ?!
Pemilik Toko
Ya ! Bapak awasi dia, dan bawa dia ke sini, tapi jangan terlalu menarik
pengunjung.
Satpam
Iya pak, beres. Permisi…….
Pemilik Toko
Iya ( Matanya terus mengawasi monitor )
Satpam berjalan
santai sambil mendekati Rina, dan berdiri tidak jauh di belakangnya.
Rina ( Naration )
Perasaanku tidak enak. Apa satpam ini mencurigaiku ?
Lebih baik aku menyingkir……..
Rina berjalan
menjauh, tapi satpam mengikutinya.
Satpam
Sendirian, bu ? Sebaiknya wanita yang sedang hamil tua jangan bepergian
sendiri, bu.
Rina ( Naration )
Alah ! basa – basi. Dia sudah mencurigaiku lebih baik aku kabur.
Rina berjalan
cepat menuju luar, menyelinap diantara pengunjung.
Satpam ( Naration )
Mau kemana, bu ….. ? ( mengikuti Rina )
Rina ( Naration )
Aku harus selamat. Harus……!! ( Berlari keluar )
Satpam ( Naration )
Gawat ! Dia sudah tahu ! ( Mengejar Rina )
Setelah berhasil
keluar Rina berlari sekencang mungkin sambil memegangi perutnya. Satpam
mengejarnya. Rina terus berlari sekencang mungkin. Di pertigaan jalan ada
gerumbulan. Rina sembunyi dibalinya sambil mengatur nafas dan mengawasi satpam.
Rina
Di tidak mengetahuiku. Dia kehilangan jejak ( Tertawa lega )
Satpam berdiri
tolak pinggang di pertigaan menuju ke gerumbulan lain dan mencari – cari.
Satpam
Kemana pengutil tadi ? Sialan….! Dia berhasil kabur.
Satpam itu pergi
Rina bernafas lega.
SCENE 18.
INT. DAPUR RUMAH RINA – SORE
Pelaku : Rina,
Muti
Rina menjinjing
tas kresek besar, masuk dapur dengan langkah gugup. Dia melimpahkan isi tas
kresek besar diatas dipan. Mengambil baskom, kacamata dan kerudung lalu
menyembunyikan ke kolong dipan. Lalu duduk didipan sambil bersandar dinding,
mengatur napas yang masih terengah-enggah sambil memejamkan mata.
Rina
( pelan) Selamat…..aku selamat
Muti masuk dan
khawatir melihat keadaan Rina.
Muti
Rin…kamu kenapa ( menyentuh
kening Rina)
Waduh….keringat kamu banyak
sekali.
Rina
Nggak apa-apa Mak…( membuka
matanya)
Muti
Kamu
selalu membawa barang-barang seperti ini, sabun mandi, pasta gigi, gula, the,
kopi, shampoo mamak kan sudah bilang berkali-kali. Mintahlah upah dalam wujud
duit.
Rina
Alah…mak
biarin aja ini kan bisa ditukar ke tokoh mbax ida.
Muti
Tapi
ngomong-ngomong bener kamu buruh nyuci dan upahnya seperti ini? Bukan melakukan
pekerjaan yang lain.
Rina
Yang
lain apa maksudnya? Manajer ? Direktur ? ya nggak mungkin lach…
Muti
Hah…kamu
( mendorong pundak Rina sambil tertawa)
Scene 19 INT.RUANG
DEPAN RUMAH RINA-SIANG
Pelaku : Rina, rosa Wibi
Rina sedang
mengatur nasi dan lauk pauk dimeja.
Rosa
Assalamu’alaikum…
Rina
Wa’alaikumsalam…
Rosa mencium
tangan Rosa
Rosa
Jadi beli sepatu kan mak…?
Rina
Jadi…tapi
Rosa makan dulu, ya? Ini nasi dan lakunya sudah siap semua. Ganti baju dulu
sana!
Rosa
Iya
mak,….sekalian menunggu mas wibi pulang.
(
masuk ruang tengah)
Scene 20
EXTJALAN RAYA – SORE
Pelaku : Rina,
Rosa, wibi, hendi, Supir truk.
Rina, rosa dan
wibi berjalan beringinan . Rosa dan Wibi menjinjing tas kresek.
Rosa
Rosa suka banget deh mak,
sepatunya bagus deh.
Wibi
Iya
lah…namanya juga sepatu baru. Aku juga suka dengan gambar ditas baruku.
Abstrak.
Rina
Alhamdulillah
kalau kakak suka.
Mereka berdiri
sejajar, siap untuk menyeberang Namun kendaraan begitu padat.
Rosa
Banyak banget ya, mak ?
kendaraanya?
Rina
Iya…nggak apa-apa kita harus
sabar agar selamat sampai rumah.
Rosa
Mak ! lihat-lihat ! orang itu
menyeberang 1 ( panik)
Rosa
menunjuk ke arah seberang. Tampak lelaki muda nekat menyeberang walau kendaraan
masih padat. Secepat kilat Rina berlari mendekati lelaki itu dan menariknya ke
tepi jalan. Lelaki itu hanya tertegun , Rina mendorongnya ke tepi jalan .
lelaki itu mendorong ke tepi jalan dan jatuh. Dia selamat namun rina
terserempet truk. Rina terjatuh. Kendaraan yang hilir mudik direm secara
mendadak .
keadaan menjadi
kacau Rina pingsan di tengah jalan. Rosa dan Wibi menjerit memanggil rina
sambil berlari mendekat.
CUT TO.
Scene 21 INT
RUMAH SAKIT-SORE
Pelaku : Rina,
rosa Wibi, hendi
Depan kamar
rumah sakit yang tertutup tampak Rosa dan wibi berdiri dengan gelisah. Rosa
menangis tertahan.
Rosa
Mas wibi…bagaimana dengan mamak
?( menangis)
Wibi
Tidak apa-apa …nanti diobati
juga sembuh.
Handi berjalan
mendekat dan menyentuh pundak mereka.
Handi
Adik-adik…maafkan om,ya?
Gara-gara om,Ibu kalian jadi begini…
Rosa dan wibi
mengangguk pelan.
Handi
Kalau
boleh om tahu, alamat kalian dimana?biar om bisa memberitahu Ayah kalian.
Wibi
Desa
telaga sari…Rt 01 rw01
Handi
Lho…berarti
satu Desa dengan om Tohir, kalian kenal?
Rosa
Pak
Tohir yang tua dan jelek itu kan, om ?
Wibi
Sst…!
( Menyangkal rosa)
Rosa
Kenapa
sih, mas? Memang iya,tua,jelek,hitam lagi.
Handi
Hidup
lagi…memang betul itu. Kebetulan sekali . Aku bisa telepon om Tohir untuk
menghubungi Ayah kalian.
Wibi
Ayah
kami sudah meninggal om, paling-paling adanya mbah putri.
Handi
Oh…sudah
meninggal? Mbah putri juga nggak apa-apa.
Handi menelepon
dengan Hpnya.
Handi
Hallo…ini handi,om…mau minta tolong
sana om…begini
Scene 22. EXT.
TERAS RUNAH SAKIT-SORE
Pelaku :
Muti,Hadi, Tohir
Handi berdiri di
teras , tampaknya menuggu seseorang . handi tersenyum lega dari arah halaman
tampak Tohir dan Muti berjalan mendekat.
Muti
Kenapa rina? ( gugup)
Handi
Kecelakaan, bu (
menatap Tohir ) terima kasih om, om mau datang
Muti
Lukanya parah , nggak ?
Handi
Kita lihat saja ke dalam ,
mari….bu….om….
Mereka berjalan
ke dalam
Handi
Maaf, bu….suami Rina kok tidak
ikut.
Muti
Suami Rina sudah meninggal 4
tahun yang lalu.
Cut in
Scene 23 INT.
KAMAR RUMAH SAKIT- SORE
Pelaku : Rina,
Rosa, Wibi,Muti,Tohir,Handi
Tampak Rina
terbaring. Kaki dan tangan kanan di perban, wajah sisi kanan lecet-lecet. Rosa
dan Wibi berdiri di sisi Rina.
Tampak Handi
,Muti dan Tohir memasuki ruangan setengah berlari Muti mendekati Rina.
Muti
Rin…kamu
tidak apa-apa?
Wibi
Tidak
apa-apa gimana? Orang tangan dan kakinya diperban.
Tohir
Iya….mbah
putri kalian ini aneh.
Rina hanya
tersenyum Muti tampak malu.
Muti
(menatap handi) oh ,ya …ini
Rina boleh langsung pulang, nggak?
Handi
Maaf,
bu…dokter belum mengizinkan . harus dirawat disini kurang lebih seminggu.
Muti
Seminggu?!
Aduh…( memukul dahinya pelan)
Tohir
Lama
juga ya , Han?
Handi
Maaf
bu, …kalau soal biaya ,biar aku yang menanggung karena semua ini, aku
penyebabnya.
Tohir
Lho!
Kamu penyebabnya ? kok bisa begitu ?!
Rina
Sebenarnya
aku juga salah…
Handi
Tidak,…kamu
begini karena menolongku.
Tohir
Ceritanya
gimana, ceritanya? Kok dua-duanya merasa bersalah?
Cut
ext.
Scene 24.
INT. RUANG DEPAN RUMAH MUTI-MALAM
Pelaku : Muti,
Rosa, Wibi
Muti, Rosa, Wibi
masuk, mereka segera menyalakan lampu. Muti segera membuka dompetnya sambil
duduk diikuti Rosa dan Wibi
Wibi
Tadi om Handi kasihnya duit
banyak, mbah?
Muti
Sangat
banyak ( tersenyum senang ) tadi buat naik becak, sisanya masih segini nih
Rosa
Om
handi baik banget ya, mbah?
Muti
Mungkin
karena dia merasa berhutang budi pada mamakmu.
Wibi
Selain
merasa berhutang budi, pada dasarnya dia memang orang baik, mbah. Buktinya kita
disuruh pulang, dia malah menjaga mamak di rumah sakit.
Muti
Iya
memang. Oh ya,…di rumah adanya Cuma nasi mbah putri beli lauk dulu, ya?
Rosa
Biarin
Rosa aja mbah, belinya apa? telur aja ya? Nanti di goreng
Wibi
Sip
! ( mengacungkan jempol )
Muti
Beli
tiga ( mengulurkan uang dua puluh ribu)
Scene 25 .
INT.KAMAR RUMAH SAKIT-MALAM
Pelaku : Handi,
rina
Rina masih
berbaring dengan keadaan yang sama . tangan dan kakinya masih di perban. Handi
berdiri di samping tempat tidur.
Handi
Setelah
kami menikah selama lima tahun. Dia baru hamil. Aku bahagia banget. Tapi
istriku kok terlihat tidak bahagia
Rina
Kok
bisa ?
Handi
Iya,
dia hamil dengan lelaki lain. Ternyata walau sudah menjadi istriku ia masih
menjalin hubungan dengan pacar pertamanya.
Rina
Astaghfirullah
hal adzim. Terus , mas kok tahu kalau dia hamil dengan pacar pertamanya?
Handi
Secara
tidak sengaja aku mendengar pembicaraan dia dengan lelaki itu di Hp. Istriku
tetap dengan ku agar bayi dalam kandungan nya terjamin secara materi.
Rina
Maksud
mas Handi pacar pertamanya tidak punya pekerjaan tetap?
Handi mengangguk.
Lalu
mengapa istri mas Handi masih menjalin hubungan ?
Handi
Namanya
juga Cintrong. Bukankah cinta itu buta ?
Rina
Buta
sih. Tapi harusnya kan paki tongkat biar tidak tercebur jurang (mereka tertawa)
Good.. Kunjungi blog aku juga
BalasHapusPermisi mbak, mau tanya. Cara untuk mengatur durasi satu jamnya itu, gimana ya? Dati jumlah scene kah? Saya ingin belajar menulis skenario tapi tidak faham cara pengaturan durasinya. Terimakasih.
BalasHapusKita lebih mengacu ke jumlah halaman, kertas HVS sekitar 30 halaman. Untuk scene antara 15-30 juga. Maaf skenarionya aku potong tidak sampai finish. Terima kasih.
BalasHapusAss mba..sy hobby sekali menukis skernario,sudah beberapa judul sy buat,kesuliatan sy mencari agan2 yg berminat dengan cerita yg sy buat..minta tolong pencerahannya mba.trmsh
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus