BEREBUT ANAK DENGAN ORANG BERKEPALA KUDA (Cerita Misteri) By Ami Daria
BEREBUT
ANAK DENGAN ORANG BERKEPALA KUDA
(Cerita Misteri) By Ami Daria
PlanetCerpen.com - Aku baru saja mau tidur lagi, setelah tadi terbangun
kaget mendengar teriakan anakku Adit,
yang dari sore tadi badannya panas.
“Ibu...ibu kemana?” Tanya Adit yang terbangun lagi.
“Ibu disini dik....”Kataku lembut.
“Oh...ibu disini...? Tadi aku cari cari kok nggak
ada.....” Kata Adit dengan wajah kebingungan.
“Ibu selalu disini dik....nungguin adik....”Kataku
sambil duduk.
“Bener ya bu....ibu jangan pergi
kemana-mana...adik takut....”Kata Adit
dengan wajah ketakutan.
“Iya dik....tenang saja.....pokonya ibu nungguin
adik terus....”Kataku sambil membelai kepalanya.
“Adik masih ngantuk bu....”Kata Adit sambil
berbaring lagi.
“Ya udah.....adik tidur lagi, ya.....ibu selalu
disini...”Kataku.
Kulihat Adit berbaring lagi. Aku segera pindah ke arah kaki Adit, dan duduk
bersandar tepian ranjang. Aku tak habis pikir, sakitnya Adit kok aneh sekali. Tadi
siang tidak apa-apa. Kok sorenya badannya panas dan malamnya mengigau
ketakutan. Ada apakah gerangan....?
Mas Aris masuk kamar.
“Kenapa bu....adik mengigau lagi?” Tanya mas Aris
sambil memijit-mijit kaki Adit.
“Iya......adik mengigaunya seperti ketakutan....”
Jawabku.
“Memang kalau badan panas begini suka
mengigau....besok pagi-pagi kita bawa ke dokter ya bu.....Kalau sakit begini
kan tidak masuk sekolah....” Kata mas Aris lagi.
Aku Cuma mengangguk. Mas Aris pergi lagi menuju ke
kamar lain. Biasanya Adit dan kakaknya, Rino tidur berdua. Tapi karena
badannya panas dan bawaannya takut
melulu, Adit minta ditemani aku. Jadinya aku tidur bertiga dengan kedua anakku
sementara mas Aris tidur sendiri dikamar lain.
Pagi hari, habis sholat subuh mas Aris ke dokter
untuk mengambil karcis. Aku masih menemani Adit. Setelah mas Aris pulang, aku
langsung beli sarapan. Pulang dari beli sarapan, kami membawa Adit ke dokter.
Pulang dari dokter aku langsung membuat surat izin
sakit untuk sekolah tempat Adit belajar. Surat itu kutitipkan ke keponakan yang
sekolahnya bareng dengan Adit. Hanya saja keponakanku itu kelas IV SD,
sementara Adit kelas V.
Aku juga menelepon atasan, izin tidak masuk karena
anakku Adit sakit. Memang kadang aneh ya....? Yang sakit siapa...? Yang izin
tidak masuk kerja siapa..? Itulah keluarga. Yang satu sakit yang lain ikut
merasakan.
Setelah sarapan Adit minum obatnya. Menonton TV
sejenak.
“Bu.....Adik tidur lagi ya....masih ngantuk...”Kata
Adit sambil masuk kamarnya.
“Iya dik...tidur aja. Biar cepat sehat...”Jawabku.
Adit tidur lagi. Sementara aku menuju dapur. Mengerjakan
segala sesuatu yang perlu dikerjakan. Cuci piring merapikan dapur. Aku paling tidak betah kalau
melihat rumah berantakan. Bikin mata sepeet....Seandainya aku punya ‘mbok Inem’
mungkin aku tidak perlu repot repot begini....Tapi kupikir aku tidak begitu butuh ‘mbok Inem’ kedua
anakku yang cowok semua, sudah besar-besar, kelas V SD dan kelas VIII. Sudah
bisa mengurus diri sendiri. Maksudnya makan sendiri, mandi sendiri, tidak perlu
dilayani seperti bayi. Aku tinggal mempersiapkan segala sesuatu selayaknya ratu
rumah tangga. tidak berat, bukan?
Biasanya aku mengerjakan itu semua, pagi sebelum
berangkat kerja. Tapi karena tadi pagi mengantar Adit ke dokter, ya baru
sekarang aku bisa mengerjakannya. Sebenarnya bisa saja Adit diantar ayahnya saja.
Aku tak perlu ikut, tapi Adit tidak mau. Dia maunya diantar kami berdua. Ayah
dan ibunya. Mungkin karena anak bungsu...jadi dia manja......
Aku sedang membersihkan kompor gas. Semalam Rino
masak mie. Ada mie yang tercecer mengotori kompor.
“Bu....ibu dimana?”Teriak Adit.
“Ibu di dapur dik....”Jawabku dari dapur.
“Sini bu......”Teriak Adit lagi.
“Ada apa sih, dik....”Kataku sambil berjalan cepat
menuju kamar Adit.
“Ibu disini aja nemani adik....” Kata Adit sambil
duduk.
“Ibu beres beres dapur dulu dik......kalau
berantakan begitu kan sepeett dilihat....”Kataku.
“Kalau begitu merem aja bu....Nggak usah
lihat-lihat...” kata Adit sambil berbaring lagi.
Aku Cuma tertawa geli. Memang kalau aku merem,
keadaan dapur akan rapi dengan sendirinya?
Siangnya Adit sudah membaik. Badannya sudah tidak
panas lagi. Dia asyik nonton TV. Aku lega. Tenyata obat dari dokter mujarab
juga.
Ternyata kesembuhan Adit hanya sementara. Buktinya
sore harinya badan Adit panas lagi, dan malamnya mengigau lagi. Oh mungkin
obatnya belum bereaksi. Coba aku tunggu sampai dua hari lagi. Tapi ternyata
sampai hari ketiga panasnya belum reda juga. Kalau siang sehat, kalau malam
badannya panas. Aneh....
Mas Aris memutuskan untuk membawa Adit ke dokter lagi, khawatirnya itu gejala demam berdarah.
Setelah diperiksa, menurut dokter bukan demam berdarah. Adit cuma kecapekan.
Dalam surat keterangan dokter harus istirahat tiga hari.
Dua hari setelah dibawa ke dokter, panasnya Adit
belum reda juga. Berarti sudah lima hari Adit sakit. Sekarang malah makin
parah. Panas badannya bukan cuma malam hari seperti sebelumnya. Tapi siang hari
juga. Adit tiduran melulu dan mengigau juga.
Aduh...kok makin parah? Aku bingung juga. Ini sakit
apa, ya? Sekarang sepanjang hari, tidak siang tidak malam aku menunggui Adit.
Malam harinya aku tak bisa tidur. Adit mengigau
terus menerus.Tanda tanya dalam benakku belum terjawab juga. Adit sakit apa?
Aku bingung....benar-benar bingung.....
Tiba-tiba aku teringat cerita ibuku dulu. Cerita ibu
saat aku sakit dulu. Dulu waktu aku kelas lima SD pernah sakit panas. Ibuku
tidak mau berbaring di sebelahku. Ibuku duduk disisi kakiku. Jadi ibu tidur
sambil duduk. Kata ibu, ibu melakukan itu untuk menjagaku dari makhluk makhluk
jahat yang akan membawaku. Kalau makhluk itu datang untuk membawaku, dan
melihat ibu sedang duduk, maka dia akan mengurungkan niatnya.
“Lha memangnya kalau aku dibawa makhluk itu kenapa,
bu?” Tanyaku saat itu.
“Ya...berarti kamu meninggal.....?”Jawab ibuku
dengan suara pelan.
“Hiii....mengerikan sekali bu....”Kataku ketakutan.
Ibuku hanya tersenyum dan menyuruhku tidur kembali.
Kupikir apa salahnya kalau aku juga ikut-ikutan
tidak tidur. Maka aku duduk bersandar ranjang. Waktu itu mas Aris bingung.
“Kenapa kamu tidak tidur?” Tanya mas Aris.
“Kata ibuku, kalau anak sakit, jangan tidur, biar yang
sakit cepat sembuh.”Jawabku
“Kalau kamu tidak tidur bisa-bisa kamu ikutan
sakit....”Kata mas Aris sambil tertawa geli.
“Aku merasa aneh dengan sakitnya dik Adit. Jadi apa salahnya kalau aku ikut
cara ibuku.....”jawabku santai.
“Apa hubungannya?”
“Sudahlah pak...kita nggak usah berdebat. Yang
penting aku mau mencoba tidak tidur..maksudku tidurnya sambil duduk. Tidak ada
salahnya mencoba, kan?” Kataku.
Mas Aris cuma tertawa geli sambil melangkah pergi.
Malam terasa sunyi. Suara jangkrik dan suara burung
hantu seakan berlomba saling unjuk gigi. Aku keluar rumah, berdiri di teras
mengamati keadaan sekeliling. Aku mengamati teras rumah ibuku. Rumahku dan
rumah ibuku saling berhadapan. Jadi teras rumah itu sekarang ada didepanku.
Aku melihat dari arah samping ada lelaki bertubuh
kekar, pakai celana kombor hitam, membopong anak kecil. Anak kecil itu
meronta-ronta mau melepaskan diri. Masih sambil membopong anak kecil, lelaki
itu berjalan kebelakang rumah. Yang aneh dari lelaki bertubuh kekar itu,
ternyata kepalanya berbentuk kepala kuda. Aku memperhatikan lebih seksama lagi.
Oh my God....anak kecil yang dibopong lelaki itu, ternyata Adit!
Aku berlari mengejarnya. “Hei! Mau dibawa kemana
anakku?” Tanyaku.
Lelaki berkepala kuda itu hanya menoleh sesaat dan
langsung berlari masuk rumah ibuku. Tembus tembok. Aku segera mengejarnya.
Aneh! Aku juga bisa menembus tembok. Setelah dekat, aku langsung merebut Adit
dari gendongannya. Namun lelaki itu menarik kaki Adit. Adit teriak kesakitan.
Kulepaskan Adit. Kasihan kalau ditarik kesana-kemari, tentunya badannya sakit.
Lelaki berkepala kuda itu masuk salah satu kamar, aku mengikutinya lagi.
Pokoknya bagaimanapun caranya Adit harus
aku rebut dari dia.
Tiba-tiba aku seperti mendengar suara Syahadat sayup-sayup.
Aku ikut-ikutan membaca syahadat terus menerus sambil tanganku terbentang
menghalangi orang berkepala kuda yang mau keluar kamar.
Entah dapat kekuatan darimana, tiba-tiba aku pandai
karate. Kutendang orang berkepala kuda itu. Dia jatuh terlentang. Adit segera
kerebut. Kupeluk erat-erat. Adit tampak sangat ketakutan. Aku berniat keluar
kamar itu, untuk pulang. Tapi jalanku dihalangi lelaki gendut, bercelana
selutut, tanpa baju. Pakaian lelaki gendut itu seperti dalam ketoprak jaman
kerajaan. Orang berkepala kuda itu bangun. Mereka mengeroyokku.
Sambil
membopong Adit, aku berkelahi melawan mereka. Aneh sekali.....disini aku
benar-benar jago karate. Bahkan badanku mampu melayang sambil melancarkan
tendangan pada mereka. Mereka terkapar sambil memegangi perutnya. Aku segera
berlari keluar rumah ibuku, menuju rumahku sendiri.
Karena terburu-buru aku tersandung sandal didepan
pintu masuk. Dug! Aku terjatuh. Oh! Ternyata aku bermimpi. Aku terjatuh dari
tempat tidur.
Keesokan harinya aku menceritakan perial mimpiku itu
pada mas Aris. Kata mas Aris karena dalam perkelahian itu aku berhasil merebut Adit
dan menang, maka Adit akan sembuh.
Keesokan harinya badanku sakit semua. Badanku juga
panas. Aku segera menelpon kantor. Ijin tidak masuk kerja karena sakit.
“Kamu kecapekan karena semalam kamu berkelahi,
dikeroyok ....” Kata suamiku.
“Itu Cuma dalam mimpi lho.....”Kataku mengingatkan.
Benar juga. Keesokan harinya Adit membaik. Badannya
sudah tidak panas lagi. Dia bermain dan makan dengan lahapnya. Aku lega. Tapi
ternyata kelegaanku hanya berjalan dua hari. Pada hari ketiga badan Adit panas
lagi juga mengigau lagi.
“Kok dik Adit sakit lagi ya, pak...?” Tanyaku
bingung.
“Iya. Padahal waktu kamu berkelahi menang,
kan?”Tanya mas Aris ikut bingung.
“Lha dalam mimpi ibu, orang berkepala kuda itu pergi
apa, nggak?” Tanya Rino.
“Ya enggak....aku cuma merebut dik Adit dan
pergi...”Kataku.
“Bearti dia masih dalam rumah?”Tanyanya lagi.
“Iya.....”Jawabku.
“Ya benar saja, wong dia masih dalam
rumah....harusnya kamu mengusirnya...”Kata mas Aris.
“Pak...itu kan dalam mimpi.....dalam mimpi itu,
begitu aku berhasil merebut dik Adit langsung lari...terus
terbangun.....”Jawabku
“Bearti ibu harus bermimpi lagi. Agar dapat mengusir
orang berkepala kuda itu...” Kata Rino.
“Bagaimana caranya bisa bermimpi lagi...? Memangnya ibu
yang mengatur...?” Kataku bingung.
“Iya ya....?
Gimana caranya?” Kata Rino sambil berpikir keras.
Kami tidak menemukan cara agar aku bisa bermimpi
ketemu orang berkepala kuda itu.
Aku hanya duduk bersandar ranjang sambil memandangi
Adit yang terlelap tidur. Gimana caranya? Gimana caranya agar bertemu orang
kepala kuda itu....? Pikiranku benar-benar
buntu. Oh, ya.....dalam mimpiku yang dulu, saat aku berkelahi dengan
orang berkepala kuda, sayup-sayup ada suara orang membaca syahadat. Baik. Aku
akan melakukan hal itu lagi.
Maka aku membaca syahadat berkali-kali, lalu aku
hembuskan ke sekujur tubuh Adit. Begitu kulakukan terus menerus. Aku tidak akan
tidur. Mataku terbuka terus. Aku tak ingin terpejam......aku benar-benar tak
ingin terpejam walau hanya sebentar. Aku mengamati Adit dengan seksama sambil
terus menerus membaca syahadat dan menghembuskan ke sekujur tubuh Adit. Aku tak
tahu, apakah perlakuanku itu ada pengaruhnya. Aku tak tahu. Yang aku tahu, aku
hanya pasrahkan semuanya padaNya.
Kuperhatikan, samar-samar tubuh Adit jadi dua. Yang
satu duduk. Tapi.....yang duduk bukan Adit. Bukan! Aku hanya mengamati. Menunggu apa yang akan
terjadi.....Oh my God...yang duduk itu, orang berkepala kuda?? Dia berdiri
meninggalkan tubuh Adit.
Lagi lagi aku hanya mengamati. Menunggu yang akan
terjadi. Dia berdiri diam, membelakangiku. Aku siap siap. Kalau dia mau masuk
ke tubuh Adit lagi, maka aku akan bertindak. Entah tindakan apa yang akan
kulakukan, aku belum tahu.
Dia menoleh padaku lalu keluar kamar. Aku mengikuti
dengan pandangan mataku. Dia menembus tembok ke arah pojok selatan-timur. Aku
mencoba menerawang ke arah kepergiannya. Tapi aku tak bisa. Hehehe sejak kapan
aku bisa menerawang? Kupikir aku bisa menerawang seperti dalam mimpiku yang
bisa menembus tembok. Teryata tak bisa..... Memang itu sekedar mimpi......
Masih pagi buta Adit sudah bangun. Dia tampak segar.
“Bu....Adik udah sehat. Nanti adik berangkat
sekolah, ya....”Kata Adit dengan ceria.
“Sekolah? Rajin amir....” Kataku sambil tertawa
geli.
“Adik mau
menyapu halaman kali bu....” Kata Rino sambil tertawa.
“Memang kenapa?”Adit tampak kebingungan.
“Ini kan hari Minggu.......”Kata Rino lagi.
“Haaaa......??” Kata Adit sambil tertawa.
Kami semua tertawa. Betapa bahagia hati kami
sekeluarga. Adit sudah sembuh. Sehat walafiat.......
Sejak ituAdit betul betul sembuh. Badannya tidak
panas lagi. Kami sekeluarga sangat lega dan bahagia. Orang berkepala kuda itu
sudah pergi jauh. Entah kemana? Siapa dia, dan apa tujuan dia, akupun tak tahu.
Aku tak perduli dengan semua itu. Yang penting keluargaku dalam keadaan selamat
dan sehat tanpa suatu apapun. Alhamdulillah.....Allah masih melindungi kami
sekeluarga.
(Ini benar-benar terjadi padaku, sekitar setahun
yang lalu. Tanggal dan bulannya aku sudah lupa)
Belum ada Komentar untuk "BEREBUT ANAK DENGAN ORANG BERKEPALA KUDA (Cerita Misteri) By Ami Daria"
Posting Komentar