BERISTRI JIN (Cerita Misteri) By Ami Daria
By Ami Daria
Alam gaib, antara ada dan tiada.....tanpa kita
sadari , mereka ada di sekitar kita, berbagi tempat tinggal. Dan kita sering
berurusan dengan mereka, baik sengaja maupun tak sengaja. Inilah kisah-kisah
mengenai keberadaan mereka...........
Senin,
25 juni 2018
BERISTRI
JIN
Planetcerpen.com - Mas Karto sudah menduda selama lima tahun. Dia hidup sendiri hanya ditemani Pak Kardan, pembantu laki-laki satu-satunya. Ya Pak Kardan ini yang mengerjakan semua pekerjaan rumah, dari menjaga toko sampai urusan dapur. Mas Karto membuka usaha toko material lengkap, sampai mengecerkan bensin segala. Sikap Mas Karto terhadap tetangga sangatlah ramah, ditambah lagi dermawan. Apalagi terhadap anak-anak, sangatlah dermawan. Seringkali membelikan bakso atau es krim anak-anak yang sedang main didekat rumahnya secara ramai-ramai. Makanya anak-anak banyak yang akrab, kalau memanggil mas Karto, Om To. Duda masih muda, tampan, sukses dan ramah tamah.
Tetangga banyak yang heran. Kenapa Mas Karto tidak berniat
beristri lagi? Katanya cukup ditemani Pak Kardan saja. Kalau ada acara syukuran
yang membutuhkan masak-memasak, cukup pesan katering, dan beres. Simpel memang.
Sebenarnya banyak gadis ataupun janda yang naksir, malah ada yang
terang-terangan minta tolong Pakdhenya untuk meminta Mas Karto jadi suaminya,
namun semua itu sia-sia. Mas Karto benar-benar kuat imannya, tak tergoyahkan
oleh perempuan cantik manapun juga. Alasannya, belum bisa melupakan almarhum
istrinya, kesetiaannya dibawa sampai mati.
Tetangga
tak ada yang tahu kalau Mas Karto dulu diajak oleh Pak Kardan untuk pergi ke Gunung Slamet
mencari kekayaan pada Jin cantik, Siti Zulillah. Oleh juru kuncinya, Mbah
Murdo. Mas Karto disuruh untuk menjadi suaminya
Jin cantik bernama Siti Zulillah. Dan tiap Malam Selasa Kliwon Mas Karto
harus melayaninya. Tapi syaratnya tidak boleh melakukan hubungan badan dengan
perempuan manapun juga. Kalau dilanggar maka akan celaka. Mas karto menyanggupi
semua itu. Apalagi setelah melihat Siti Zulillah yang kecantikannya sampai
‘sundul langit’ istilah Mas Karto sendiri yang maksudnya, tak terkalahkan alias
tiada tara. Benar-benar canntiikk.....pemain sinetron manapun tak ada yang
mampu menandinginya. Tentu saja Mas Karto sangat senang, apalagi dapat bonus,
tiap habis melayaninya dikasih setumpuk uang yang di taruh dibawah bantal.
Benar-benar hidup ini sangat
menyenangkan. Dapat istri cantik dengan bonus setumpuk uang...Dan karena Pak
Kardan yang memberitahu juga mengantarnya serta hidup sebatangkara, maka Mas
Karto mengajaknya tinggal bareng selayaknya orang tua kandung. Memang Mas Karto
memperlakukan Pak Kardan secara istimewa. Tidak pernah menyuruh-yuruh mengerjakan
sesuatu. Tapi Pak Kardan tahu diri. Dia akan melakukan segalanya sebatas
kemampuannya.
Ada
rumah dengan jarak sekitar 300 meter dari tempat tinggal Mas Karto, yang hampir
setahun kosong, karena pemiliknya meninggal dan anak-anaknya yang sudah
berkeluarga sudah punya rumah sendiri di Jakarta. Rumah itu dibeli oleh seorang
pengusaha sukses, buat hadiah istri simpanannya yang bernama Asih.
Asih
seorang janda kembang yang berprofesi sebagai high class, mempunyai kecantikan
yang begitu sempurna. Bodynya yang tinggi semampai, kulitnya putih bersih.
Wajahnya yang oval dengan lesung pipit selalu menghiasi senyumnya. Tidak heran kalau di mata lelaki, dia tampak
sempurna. Itu karena Asih memakai ‘susuk’ di sekujur tubuhnya. Dari pipi,
bibir, mata, bahkan pinggul dan dadanya juga pakai susuk berlian. Susuk yang
paling mahal dan khasiatnya paling dahsyat. Jadi lelaki manapun, kalau melihatnya
langsung klepek-klepek tak berkutik. Ditambah lagi dia punya pengasihan ‘Sir
Pandeleng’ .Sir :naksir, Pandeleng : melihat. Artinya, Siapa yang melihat
langsung naksir. Maka lelaki manapun yang diinginkan, selalu tekuk lutut
padanya.
Hari
itu Asih beli bensin di toko Mas karto. Kebetulan yang melayaninya Mas Karto
sendiri. Saat membayar bensin, tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan. Asih
dengan beraninya mengelus-elus bulu ditangan Mas Karto. Dan Mas Karto menikmati
sentuhan itu. Dia memang ingin jadi istri Mas Karto. Baginya lebih baik jadi
istrinya Mas Karto daripada jadi istri simpanan. Toh Mas Karto duda, kaya lagi. Hal itu makin
memantapkan niatnya.Melihat gelagat Mas Karto yang menikmati elusannya, Asih
berkeyakinan kalau Mas Karto ada hati padanya. Dia segera memasang jerat.
Malam
Jumat, hujan rintik-rintik, Asih menuntun motornya sampai didepan rumah Mas
Karto. Toko sudah ditutup. Maklum, sudah larut malam. Asih mengetuk pintu dan
memanggil-manggil. Dengan wajah terkantuk-kantuk Mas Karto membuka pintu. Pucuk
di cinta ulam tiba. Kebetulan sekali, Mas karto yang membuka pintunya.
“Maaf
menganggu mas Karto......” Kata Asih dengan kemayunya.
“Oh
Mbak Asih......ada apa malam-malam kesini?” Tanya Mas Karto heran.
“Sekali
lagi maaf Mas Karto, motorku kehabisan bensin. Nggak bisa jalan. Dari tadi aku
tuntun, capek....makanya aku mau beli bensin. Boleh, kan?”
“Ya,
boleh....masa beli bensin nggak boleh.....” Kata Mas Karto sambil membuka pintu
agar Asih masuk, dan dia langsung mengambil bensin. “Mau berapa liter.....?”
“Dua
liter deh. Biar awet....”Kata Asih sambil tertawa genit.
Mas
karto segera mengisikan bensin. Asih menyentuh lengannya sambil tersenyum. Mas
Karto jadi gugup. Hatinya dag dig dug.
“Berapa
mas Kartooooo.......” Tanya Asih manja.
“Dua
liter berarti dua puluh ribu.....”Jawab Mas Karto gemetaran.
Asih
segera membayar, “Kok hujan,ya.....bolehkah aku duduk disini sambil menunggu
hujan reda...?”
“Bo...boleh.
Silahkan masuk saja. Disini dingin......”
“Bener.....?Mas Karto minta aku yang jelek ini, untuk masuk?” Tanya Asih genit.
“Bener.....?Mas Karto minta aku yang jelek ini, untuk masuk?” Tanya Asih genit.
“Kata
siapa Mbak Asih jelek? Mbak Asih kan sangat cantik....”
Asih
tersenyum sambil duduk di teras, “Disini aja deh. Nggak enak. Nanti apa kata Pak
Kardan?”
“Pak
Kardan nggak disini kok. Dia sedang ke rumah Pakdhenya yang masih hajatan”
“Oohh........”
Tiba-tiba
hujan membesar malah disertai guntur segala. Saat guntur mengelegar Asih segera
menyembunyikan wajahnya didada mas Karto. Hati Mas Karto makin dag dig dug der.
“Aduh....kok
hujannya jadi gede gini sih.....gimana aku bisa pulang...?” Asih tampak
kebingungan.
“Kalau
misalnya....ini cuma misalnya lho....” Mas Karto ragu-ragu.
“Misalnya
apa Mas Karto? Menginap disini, ya....? Aku mau...daripada basah kuyup....”Kata
Asih.
“Ka..kamu
mau menginap disini? Rumahnya jelek...banyak nyamuk.”
“Rumah
ini bagus. Malah dapat dikatakan paling bagus di desa ini....Kalau Mas Karto
nggak keberatan, aku mau menginap disini...” Kata Asih manja.
“Oh...silahkan.
Silahkan. Mbak Asih masuk dulu. Motornya biar aku saja yang memasukan.”
Asih
segera memberi kunci kontaknya, dan Mas Karto memasukkan motornya.
Mas
Karto menyuruh Asih agar tidur di kamar utama sementara dia tidur di kamarnya
sendiri. Sampai lama Mas Karto tidak dapat tidur. Dia memikirkan Asih yang
tidur di rumahnya. Asih yang cantik dan seksi, yang manja.....yang suka
mengelus-elus bulu di tangannya. Andai.....andai saja....baru saja Mas Karto
berhayal tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar.
“Siapa....?”
Tanya Mas Karto.
“Aku.....Asih......”
Mbak
Asih....? Ngapain dia kesini? Dengan hati penuh tanda tanya Mas Karto membuka
pintu kamar. “Mbak Asih...kenapa kamu kesini?” Mas Karto gugup.
“Aku
takut. Tidur di kamar depan sendirian. Aku mau tidur disini bersama Mas Karto
aja, ya...boleh, kan?”
“Ya.....nggak
boleh...masa laki-laki dan perempuan bukan mukrim tidur sekamar.......Nanti di
gerbek tetangga....”
“Tetangga
nggak ada yang tahu.....kan hujan gede. Mereka sudah tidur semua.” Kata Asih
sambil tidur disamping Mas Karto.
Mas
Karto jadi deg degan tak karuan. Bagaimanapun juga baru sekarang dia tidur
dengan perempuan yang bukan istrinya, kecuali dengan Jin cantik, Siti Zulillah.
“Maaf
Mas Karto.....sudah lama Mas Karto menduda. Apa nggak pingin beristri lagi?”
“Mana
ada perempuan yang mau sama duda jelek kayak aku?” Mas Karto mencoba menutupi
kegugupannya.
“Kata
siapa Mas Karto jelek? Mas Karto ganteng kok.....banyak cewek yang suka Mas
Karto kok....”
“Masa....?”
“Masa....?”
“Bener......termasuk
aku.” Kata Asih sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Mas Karto.
“Masa
kamu yang cantik jelita bagai artis, suka padaku....nggak percaya aku...” Kata
Mas Karto sambil mencoba melepaskan tangan Asih dari pinggangnya.
“Ah...Mas
Karto meledek....Tapi aku memang suka and naksir sama Mas Karto kok. Apapun
akan kulakukan demi bisa mendapatkan hati Mas Karto....”
Mendengar
perkataan itu, hati Mas Karto berbunga-bunga. Asih yang melihat Mas Karto diam
terpaku segera pasang perangkap. Membuka bajunya dengan alasan gerah. Mas karto
cuma diam sambil memandangi, melotot. Asih memepet tubuh Mas karto sambil
menarik tangan Mas Karto agar memeluk pinggangnya. Setelah itu meremas-remas
tangan Mas Karto. Akhirnya apa yang akan terjadi, terjadilah.....Mas Karto
lupa daratan. Lupa perjanjinya dengan
Siti Zulillah.
Pagi
buta sebelum subuh Asih buru-buru pamit pada Mas Karto, takut ketahuan
tetangga. Mas Karto yang masih terlelap tidur hanya menjawab iya, iya saja,
masih dengan mata terpejam, dan selimut yang menutupi tubuhnya yang setengah telanjang.
Mas
Karto melanjutkan tidurnya. Dia kaget saat mendengar suara bentakan.
“Karto,
bangun!!”
“Eh,
ada apa Mbak Asih.......” Secara berlahan Mas Karto membuka matanya.
“Buka
matamu lebar-lebar. Lihat siapa aku!”
Mas
Karto membuka matanya lebar-lebar, dan terbelalak saat melihat Siti Zulillah
sudah berdiri di depannya sambil tolak pinggang.
“Kamu
sudah mengkhianati aku. Kamu akan
menanggung akibatnya....!!”
“Ampun......Maafkan
aku. Aku janji tidak akan mengulangi lagi....maafkan aku....” Mas Karto
langsung menubruk Siti Zulillah.
“Tidak
ada maaf! Semua sudah terlanjur!” Siti Zulillah mendorong tubuh Mas Karto
hingga jatuh terjengkang.
“Ampun......ampun....”
Mas Karto merangkak mendekati Siti Zulillah lagi.
“Tidak
ada ampun....Kamu akan menerima akibatnya!!” Siti Zulillah pergi menembus
dinding.
“Ampun..........”
Mas Karto bersujud. Tapi semua itu sia-sia. Siti Zulillah sudah pergi
meninggalkannya. Mas Karto ketakutan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi
kemudian, apa yang akan menimpa dirinya. Hanya menunggu waktu.........
Pak
Kardan pulang. Dia heran melihat pintu tidak terkunci, padahal hari masih
terlalu pagi, biasanya Mas Karto belum bangun. Pak Kardan menuju meja makan,
menaruh berkat bawaannya lalu melihat Mas Karto di kamarnya. Tampak Mas Karto masih
tidur.
“Mas
Karto sedang tidur. Tapi pintunya kok tidak terkunci.......apa tadi malam Mas
Karto lupa menguncinya?” Pak Kardan bicara sendiri.
“Siapa
itu......”Tanya Mas Karto dengan suara lirih.
“Aku.......Pak
Kardan....”
“Pak
Kardan? Kemari sebentar pak.......”
“Ada
apa Mas? Sepertinya penting sekali....?” Pak Kardan masuk kamar.
Mas
Karto segera menceritakan kejadian semalam.
“Aduh
gawat Mas! Gawat sekali....celaka!” Pak
Kardan tampak gugup.
“Lalu
bagaimana, Pak Kardan? Apa aku perlu
datang ke Gunung Slamet lagi....? Minta tolong pada juru kuncinya, agar
dimintakan maaf pada Siti Zulillah....mungkin kalau juru kuncinya yang bicara,
dia mau memaafkanku......”Mas Karto benar-benar bingung.
Pak
Kardan geleng-geleng kepala. “Sepertinya percuma.Kesalahan sekali sudah
langsung menanggung akibatnya.” Pak Kardan lemas.
“Lalu
bagaimana, pak.....bagaimana nasibku selanjutnya....masa kita diam
saja....”Mas Karto kalang kabut.
“Ya
sudah...kita kesana saja. Siapa tahu Mas Karto dimaafkan.”Pak Kardan sangat
berharap.
“Aku
mandi dulu ya, Pak....”Mas Karto turun dari tempat tidur menuju kamar mandi.
Sambil
menunggu Mas karto mandi, Pak Kardan berniat menjarang air untuk membuat kopi.
Sudah menjadi kebiasaan dari dulu, tiap pagi selalu minum kopi. Malah dijadikan
sarapannya. Kalau tidak minum kopi mulut terasa pahit. Waktu mau menyalakan
kompor gas, macet. Berkali-kali kompor itu dinyalakan tidak bisa. Mas Karto
selesai mandi mendekati Pak Kardan.
“Kenapa
Pak.....?”
“Kompornya
macet mas.....Dari tadi aku nyalakan nggak bisa....”Jawab Pak Kardan.
“Mungkin
gasnya habis....”Kata Mas Karto.
“Ya
nggak mungkin....wong baru beli kemarin kok.......”
“Coba
Pak...biar aku yang menyalakan.” Kata Mas Karto mendekati kompor. Pak Kardan
minggir memberi tempat. Setelah berkali-kali mencoba menyalakan, akhirnya bisa
juga. Tapi tiba-tiba Wus! Api itu sangat besar dan menyambar tubuh Mas Karto.
“Tolong
pak......tolong......”Mas Karto teriak minta tolong.
Pak
Kardan menyalakan kran, menampung airnya dengan gayung, dan menyiramkan ke
tubuh Mas Karto.“Terlalu lama....aku mau ambil air di kamar mandi saja.....”Pak
Kardan berlari ke kamar mandi. Mas Karto ikut lari ke kamar mandi. Didepan
kamar mandi terdapat dirigen berisi bensin. Mas Karto yang lari kepanasan dan
sangat terburu-buru jatuh menubruk dirigen itu. Bensin tumpah. Dan ...wus!!
Api membakar sekujur tubuh Mas
Karto. Siraman air pak Kardan yang mengunakan gayung sia-sia belaka. Dalam
waktu sekejab api memenuhi dapur dan kamar mandi. Pak Kardan kalang kabut,
berlari keluar, teriak minta tolong. Tetangga berdatangan menolong dengan
bantuan seadanya. Namun api menjalar dengan cepatnya.
Kebakaran
rumah mewah bertingkat dua dengan tokonya, beserta pemiliknya Mas Karto. Pak
Kardan hanya mampu menangis sambil memandangi rumah itu. Hatinya sangat sedih
melihat rumah itu habis terbakar beserta majikannya. Majikan yang baik hati dan
dermawan. Yang memperlakukan dirinya selayaknya orang tuanya sendiri.
Pagi
harinya orang sedesa datang melayat. Mereka mengurusi mayat Mas Karto yang
badannya hitam terbakar. Sampai pemakaman selesai, pak Kardan masih duduk di
depan rumah sambil menangis tersedu-sedu. Tetangga-tetangga dekat menasehati
Pak Kardan, agar tabah menerima cobaan ini. Bukannya sadar, tapi tangis Pak
Kardan makin menjadi seperti anak kecil minta mainan.
Asih
yang ikut melayat juga ikut menangis. Menangis bukan menangisi kematian Mas
Karto, tapi menangis karena pengorbanannya tadi malam sia-sia belaka. Impian
untuk menjadi nyonya Karto yang kaya raya musnah
Terpaksa
Pak Kardan menceritakan hal yang sebenarnya pada pak Lurah, daripada
dilaporkan, dijadikan tersangka. Mendengar cerita Pak Kardan tersebut, pak
Lurah mengurungkan niatnya untuk melaporkan Pak Kardan. Mereka menuduh kalau
pak Kardanlah pelakunya. Tapi dari cerita itu mereka jadi tahu hal yang
sebenarnya.Bahwa kejadian itu akibat dari perbuatan Mas Karto sendiri. Mas
karto yang mencari kekayaan dari Jin Siti Zulillah di Gunung Slamet.
SELESAI
Belum ada Komentar untuk "BERISTRI JIN (Cerita Misteri) By Ami Daria"
Posting Komentar