DEWI KEMUNING (Cerita Misteri) By Ami Daria

By Ami daria
Dunia
gaib, antara ada dan tiada, namun aku sendiri sering mengalami bertemu dengan mereka. Mereka
banyak juga yang baik hati. Memberiku nasehat agar aku selalu sabar dan
tawakal, bahkan saat aku terkena penyakit, diberi obat tradisional Obat yang kadang tak
terpikir olehku, yang kadang ada di sekitar kita. Dan obat itu benar-benar
mujarab. Inilah beberapa pengalamanku dengan mereka. Makhluk-makhluk dari dunia
gaib.......
DEWI KEMUNING
(Sabtu, 25 Agustus
2018)
Planetcerpen.com. Aku
ingin mengunakan waktu seefisien mungkin. Dan agar waktu tidak terbuang percuma
aku menjadwalkannya sedemikian rupa. Jadwal itu kutulis di secarik kertas dan
kutempelkan di tembok ruang tengah. Ruang yang merangkap sebagai tempat
kerjaku. Sebenarnya bukan tempat kerja, tapi lebih tepatnya tempat aku
mengetik, menulis apa-apa yang perlu ditulis. Aku punya hoby menulis. Yang
paling sering aku tulis ya...cerita-cerita non fiksi. Ini
jadwalnya.
No.
|
WAKTU
|
KEGIATAN
|
1.
|
04.00
- 04.15
|
Sholat
Subuh
|
2.
|
04.15
- 05.15
|
Mengetik
|
3.
|
05.15
- 06.00
|
Lari
Pagi – langsung beli sarapan.
|
4.
|
06.00
- 07.00
|
Mandi,
sarapan, persiapan berangkat kerja
|
5.
|
07.00
- 12.30
|
Kerja.
(Ini tidak bisa diganggu gugat)
|
6.
|
12.30
- 13.00
|
Beli
lauk buat anak-anak, sholat dhuhur.
|
7.
|
13.00
- 14.15
|
Memberi
les
|
8.
|
14.15
- 16.00
|
Beres2
rumah (cuci piring, baju, menyapu dll)
|
9.
|
16.00
- 17.00
|
Mandi,
sholat Ashar, Mengaji
|
10.
|
17.00
- 21.00
|
Kegiatan
dengan keluarga, anak2 belajar dll.
|
11.
|
21.00
- 01.00
|
Mengetik,
sholat malam / Do’a
|
12.
|
01.00 -
04.00
|
Tidur
alias Istirahat............
|
Disini
berarti aku tidur sehari semalam cuma tiga jam. Tapi tak apa-apa. Semua
baik-baik saja. Kalau pikiranku mengatakan baik-baik saja, bukankah memang
seperti itu yang terjadi? Semua tergantung dari pikiranku sendiri.
Setahun
sudah berlalu. Aku menjalani segala rutinitas yang sudah aku jadwalkan. Dan
semua baik-baik saja. Kesehatanku juga baik-baik saja. Ibu menasehatiku agar
aku menjaga kesehatan, istirahat yang cukup, jangan terlalu ngoyo. Aku cuma
tersenyum menanggapi semua nasehat ibu. Aku tahu maksud ibu baik. Tapi
bagaimana lagi? Aku harus dapat mencapai semua itu. Dan caranya...ya, dengan
menjadwalnya. Manajemen waktu sedemikian rupa.
Itu
semua teorinya, ternyata prakteknya sulit juga, khususnya jadwal yang
ke
6, jam 12.30 – 13.00, beli lauk dan sholat dhuhur. Sebagai guru, pulang dari
sekolah jam 12.30 langsung ke penjual lauk tapi antriannya panjang. Banyak
ibu-ibu yang beli lauk juga. Mereka ibu- ibu rumah tangga, maksudku bukan ibu yang kerja di luar rumah, kalau
lauk beli, mereka di rumah ngapain? Tapi biarlah itu urusannya mereka. Kenapa
pula aku jadi usil? Habis
beli lauk aku cuma sempat sholat dhuhur tanpa pernah sempat makan. Teman
kerjaku menyarankan, agar saat istirahat
ke 2 aku beli makanan yang mengenyangkan. Nasi apa Mie ayam atau bakso.
Tapi ya, tak enak sama temen-temen. Mereka hidangannya makanan ringan atau
gorengan, masa aku makanan berat. He..he..he. Jadinya aku makan siangnya pulang dari
ngelesi.
Tapi
seringkali aku melangar jadwal itu. Pulang memberi les tidak langsung
membereskan pekerjaan rumah. Tapi kalau makan, tak pernah terlewat, masalahnya
aku lapar. Habis makan tidak langsung membereskan pekerjaan rumah. Malah ke
rumah ibu, kebetulan rumah kami dekat, sekedar membaca majalah berbahasa Jawa
‘Penjebar Semangat’. Kalau pulang ngelesi langsung mengerjakan pekerjaan rumah,
kok hidup ini seperti diburu-buru waktu. Tak ada santainya sama sekali. Nanti
jadi tegang dan stres.
Entah
kenapa tiba-tiba lutut sampai paha kiriku
bengkak dan terasa sakit sekali. Dengan keadaan seperti itu, sebagian besar
aktivitasku berhenti total. Aku ijin tidak berangkat kerja, tidak memberi les,
tidak lari pagi. Jangankan untuk semua itu, untuk sekedar tidur juga kerepotan.
Kalau mau tidur, aku sudah duduk di tempat tidur, kaki harus
ada yang mengangkatkan. Tidur juga tak bisa nyenyak, merasakan kesakitan yang cekot-cekot tak karuan. Ganti celanapun
repot. Bagaimana tidak repot? Kalau
sekedar mengangkat kaki juga tak mampu? Aku bingung menghadapi keadaan ini. Ada
apakah gerangan?
Pagi-pagi
aku sudah bangun. Sudah terbiasa bangun pagi untuk mengetik, jadinya secara
otomatiis jam 04.00 mata ini sudah terbuka. Namun tidak bisa berbuat apa-apa.
Kaki kiri merasakan sakit yang tiada tara, untuk sekedar duduk juga sangat
kerepotan. Kedua tanganku berpegangan pada bibir tempat tidur untuk menopang
tubuhku agar dapat duduk. Benar-benar tersiksa. Jadinya sebagian besar
aktivitas yang biasa kulakukan digantikan suamiku. Oleh ibu, disarankan agar
kakiku yang sakit diolesi air jahe. Mandi pakai air hangat, banyak
istirahat. Namun sampai dua hari tak ada perubahan sama sekali.
Akhirnya
kuputuskan berobat ke dokter. Setelah diperiksa, katanya aku terkena penyakit
asam urat. Sudah 67. Apanya yang 67 aku juga tidak tahu. Aku disuruh memilih.
Mau disuntik dibagian yang sakit, sebanyak empat suntikan atau pakai pil saja.
Aku memilih yang kedua. Aku agak trauma kalau disuntik. Dulu waktu remaja, pernah berobat dengan cara
disuntik. Entah salah obat atau bagaimana, seluruh persendian tubuhku terasa kaku. Empat
hari hanya tidur-tiduran. Tidak mampu berdiri apalagi jalan-jalan. Setengah
lumpuh. Setelah itu memang sembuh dengan sendirinya, tapi aku masih trauma.
Hari
kedua setelah berobat, rasa sakit dikakiku berkurang. Walau untuk mengangkat
kaki ke tempat tidur masih butuh bantuan orang lain, tapi paling tidak aku
tidak merasakan cekat-cekot yang tak karuan. Hari ketiga sudah mulai bisa
mengangkat kaki. Hari kelima sudah mendingan. Walau masih agak sakit, aku sudah mulai berangkat kerja.
Aneh. Hari kedua berangkat kerja, tiba-tiba tangan kananku sakit. Aku tidak kuat kalau mengangkat tangan melebihi pundakku. Tapi tetap berangkat kerja. Mengendarai motor masih dapat kulakukan. Toh, stang motor tingginya tidak melebihi pundakku. Di sekolah saat harus menulis di papan tulis, aku menulis pakai tangan kiri.
Kudengar murid-muridku mengeluh, "Susah bu.....sulit sekali bu...."
Kudengar murid-muridku mengeluh, "Susah bu.....sulit sekali bu...."
Aku tidak mengindahkan mereka. Masih serius menulis.
"Gimana sih, bu......sulit sekali....." Faisal, salah satu muridku yang suara serak-serak basah protes.
"Apanya yang sulit?" Aku penasaran, menoleh ke mereka. Oh My God......ternyata mereka menulis pakai tangan kiri. Pantas saja mereka kesulitan.
"Kenapa kalian menulis pakai tangan kiri?" Aku tertawa geli.
"Kan, ikut-ikutan ibu......."
"Pantas saja kalian kesulitan. Ibu nulis pakai taangan kiri karena tangan kanan ibu sakit. Ibu tidak bisa mengangkat tangan yang tingginya melebihi pundak......." Aku masih tertawa.
"Bearti boleh nulis pakai tangan kanan ya, bu...." Tanya Faisal sambil tertawa geli.
"Ya boleh....."
"Asyik........" Teriak mereka kompak.
Dasar anak-anak, mereka tahunya meniru apa yang dilakukan gurunya tanpa tahu apa alasan guru melakukan hal itu. Hehehe....lucu sekali.
Sejak itu aku mulai melakukan segala aktivitas sesuai jadwal. Hanya untuk lari paginya aku ganti dengan jalan pagi. Aku lega, sudah sembuh 98%. Namun ternyata kelegaan itu hanya sementara, gantian kaki kananku yang bengkak. Sama seperti keadaan kaki kiriku saat itu. Ibu dan suamiku sangat bingung. Ada apakah gerangan? Akhirnya, walau baru dua hari kerja, aku ijin lagi. Mau bagaimana lagi. Wong aku tidak bisa jalan lagi. Sama seperti saat kaki kiri yang sakit. Suami menganjurkan untuk ke dokter. tapi aku menolak. Kurasa aku kurang cocok pakai obat dokter. Aku lebih suka obat tradisional. Tapi apa, ya......?
Sejak itu aku mulai melakukan segala aktivitas sesuai jadwal. Hanya untuk lari paginya aku ganti dengan jalan pagi. Aku lega, sudah sembuh 98%. Namun ternyata kelegaan itu hanya sementara, gantian kaki kananku yang bengkak. Sama seperti keadaan kaki kiriku saat itu. Ibu dan suamiku sangat bingung. Ada apakah gerangan? Akhirnya, walau baru dua hari kerja, aku ijin lagi. Mau bagaimana lagi. Wong aku tidak bisa jalan lagi. Sama seperti saat kaki kiri yang sakit. Suami menganjurkan untuk ke dokter. tapi aku menolak. Kurasa aku kurang cocok pakai obat dokter. Aku lebih suka obat tradisional. Tapi apa, ya......?
Pagi
hari, setelah kedua putraku berangkat sekolah, aku mandi. Mandinya sebentar,
sekitar lima belas menit. Tapi ganti bajunya yang lama sekali.....apalagi kalau
urusan memakai celana, repot sekali. Selesai mandi aku mengetik. Kalau dalam
keadaan normal, aku berangkat kerja. Tapi sekarang aku ijin, sebenarnya malu juga, tapi bagaimana lagi.
Memang keadaan kakiku tidak memungkinkan untuk berangkat kerja. Kursi plastik
disamping aku tarik untuk menompang kaki yang sakit. Nah....kalau begini lebih
nyaman. Kalau keadaan kaki dibawah, rasa cekat-cekotnya makin terasa. Mas Tris,
suamiku mendekati sambil membawa bungkusan nasi.
“Ini
dimakan, setelah itu kakinya diolesi air jahe. Ini sudah aku parutkan jahenya.”
“Terima
kasih suamiku yang baik hati......”
“Ngeledek........bagaimana,
sudah mendingan?”
Aku cuma mengeleng. “Lihat sendiri, kaki kiri sembuh, gantian kaki kanan.”
“Aku
merasa ada yang nggak beres sama kakimu.”
“Ya,
memang nggak beres. Buktinya bengkak. Bearti ada penyakitnya.” Aku tertawa.
“Maksudku,
penyakit itu nggak wajar....” Suamiku terlihat sangat serius.
“Jangan
suka su’ujon sama orang lain....tidak baik....”
“Buktinya.
Kaki kiri sembuh gantian kaki kanan. Aneh, kan?” Kata suamiku lagi.
“Ya...namanya
asam urat....ya begitulah.....”Kataku santai. Aku paling tidak suka berpikiran
negatif.
“Siapa
ya, kira-kira yang mengirim.....” Suamiku berpikir keras.
“Ini
teguran dari Allah agar istrimu menjaga kesehatan tubuhnya. Istirahat yang
cukup. Mungkin pikiran tidak merasakan capek.....tapi tubuhnya yang merasa
capek.....”Kata ibuku yang tiba-tiba muncul dari depan.
Mungkin benar kata ibu. Karena aku melakukan
semua ini dengan iklas dengan senang hati, maka pikiranku tidak merasakan capek.
Tapi badan ini yang kecapekan. Butuh istirahat.
Siang
ini aku di rumah sendirian. Dengan adanya penyakit ini aktivitasku sehari-hari
hanya duduk-duduk dan tiduran. Daripada jenuh, aku ke rumah ibu dan mencari
majalah ‘Penjebar Semangat’ untuk dibaca. Mencari-cari obat tradisional untuk penyakit asam urat. Aku duduk di dipan sehingga kedua
kakiku bisa kuangkat sekalian. Aku mencoba mencari-cari, mana ya...obat herbal? Namun konsentrasiku buyar. Aku masih terpikir kata-kata
suamiku kemarin. Ada seseorang yang mengirimkannya padaku. Tapi siapa?
Lagipula, misalnya ada seseorang yang mengirimkan, apa alasannya? Iri? Iri dari
segi apa?Kekayaan? Untuk kategori orang kaya, aku tidak termasuk. Rumahku
biasa-biasa saja. Mobil aku tak punya. Motor cuma satu. Lalu apa yang membuat
orang iri? Apa karena kesombongan? Aku juga merasa bukan orang yang sombong.
Lalu apa?
Di
saat pikiranku sedang sibuk mencari-cari penyebab penyakitku itu. Intan, adik
bungsunya duduk disampingku, “Mbak Ami....aku lihat di internet, katanya minum
kopi bisa menyebabkan sakit asam urat.”
“Betulkah?
Padahal tiap malam, kalau mengetik aku selalu minum kopi segelas besar. Apa
karena itu, tiba-tiba aku punya penyakit asam urat?”
“Mungkin.
Bearti mbak Ami harus membuang kebiasaaan minum kopi.” Kata Intan.
“Akan
aku coba.....masalahnya aku sudah maniak minum kopi. Jadi kalau nggak minum,
mulut ini terasa pahit.” Kataku sambil tertawa.
“Tapi
mbak kan harus memikirkan efek sampingnya juga. Mungin kalau minum secukupnya
saja, seminggu dua kali, mungkin nggak apa-apa.
“Iya....iya...betul
katamu. Aku harus memikirkan efek sampingnya juga.”
“Lha
betul begitu.......”kata Intan sambil melangkah pergi.
Kalau memang betul kopi
dapat menyebabkan asam urat, aku akan menguranginya. Yang penting sekarang
adalah bagaimana aku dapat mengobati penyakit ini? Disaat aku sedang berpikir
keras, tiba-tiba masuklah seorang perempuan muda, memakai baju terusan panjang warna
hijau pupus. Perempuan itu terlihat sangat cantik dan kulit tubuhnya terlihat
segar. Dia tinggi semampai berkulit kuning langsat dan tubuhnya padat berisi.
Aku menebak dia berusia sekitar 25 tahun.
"Jenengan sinten....?(Maksudnya, Anda
siapa.....?)” Aku sangat penasaran dengan kehadiran perempuan itu.
“Aku Dewi Kemuning. Obati nganggo godong kemuning.....seminggu
pisan ngunjuk kemuning, ben awet nom......” Kata dia sambil berjalan ke arah dapur.
(Artinya : Aku Dewi Kemuning. Obati pakai daun kemuning.....Seminggu sekali minum kemuning biar awet muda)
“Terima
kasih, mbak........” Aku mencoba mengejar dia, namun gagal. Saat aku sedang
kesulitan menurunkan kaki dari dipan, dia sudah menghilang.
Daun
kemuning.......aku mencamkan kata-kata itu dalam sanubariku yang paling dalam.
Aku tidak tahu siapa dia. Yang jelas dia sudah memberiku obat. Dan aku nekat.
Entah apa yang akan terjadi. Aku akan mencoba sarannya. Semoga saja sakit di
kakiku bisa sembuh.
Sore
harinya aku minta tolong pada suamiku untuk mencarikan daun kemuning. Setelah
tanya kesana-kemari akhirnya suamiku menemukan pohon kemuning di desa tetangga.
Banyak juga kemuning yang dibawa pulang. Yang cabangnya lumayan besar
ditancapkan di kebun agar bisa tumbuh. Lainnya aku ambil secukupnya, cuci
sebersih mungkin dan ditumbuk. Setelah tumbukan lembut aku tambahkan air putih,
disaring dan kuminum. Hem...rasanya getir....agak hangat. Setelah itu untuk
menghilangkan rasa getir itu aku minum air putih sebanyak mungkin.
Pagi
hari sakit di kakiku berkurang banyak. Aku sudah mampu mengerak-gerakkan kaki.
Untuk dudukpun tak perlu lagi berpegangan pada tepi tempat tidur. Hem......daun
kemuning itu betul-betul cespleng. Agar lebih cepat sembuh aku memutuskan untuk
minum tumbukan daun kemuning dua kali sehari, pagi dan sore, selama tiga hari
berturut-turut. Alhamdulillah......kakiku sembuh total. Aku sudah bisa lari
pagi bahkan menari jingkrak-jingkrak hehehe.
Sejak
itu aku lebih hati-hati menjaga kesehatan tubuh. Mengurangi konsumsi kopi juga
istirahat yang cukup.Aku juga membuat ulang jadwal harianku, sebagai berikut :
No.
|
WAKTU
|
KEGIATAN
|
1.
|
04.00 -
04.15
|
Sholat Subuh
|
2.
|
04.15 -
05.15
|
Mengetik
|
3.
|
05.15 -
06.00
|
Lari Pagi –
langsung beli sarapan.
|
4.
|
06.00 -
07.00
|
Mandi,
sarapan, persiapan berangkat kerja
|
5.
|
07.00 -
12.30
|
Kerja. (Ini tidak
bisa diganggu gugat)
|
6.
|
12.30 -
13.00
|
Beli lauk buat
anak-anak, sholat dhuhur.
|
7.
|
13.00 -
14.15
|
Memberi les
|
8.
|
14.15 -
16.00
|
Beres2 rumah
(cuci piring, baju, menyapu dll)
|
9.
|
16.00 -
17.00
|
Mandi, sholat
Ashar, Mengaji
|
10.
|
17.00 - 21.00
|
Kegiatan dengan
keluarga, anak2 belajar.
|
11.
|
21.00 -
01.00
|
Tidur /
istirahat.
|
12.
|
01.00 - 01.30
|
Sholat malam /
Do’a
|
13.
|
01.30 -
04.00
|
Tidur lagi (he
he he)
|
Waktu mengetik malam hari, yaitu jam 21.00 - 01.00 aku hilangkan. kuganti dengan tidur. Sehingga waktu tidurku lumayan lama. Dengan
jadwal yang baru ini, dapat dikatakan aku tidak pernah sakit di persendian lagi.
Tapi.....ada tapinya lho.....hobyku menulis jadi terbengkalai. Sedikit sekali
karya yang kuhasilkan. Belum tentu sebulan menghasilkan satu cerpen. Blog-ku
‘Planetcerpen’ tidak berkembang. Hanya jalan di tempat. Aduh. Bagaimana ini?
Akhirnya kuputuskan, pada jadwal ke 10, yaitu jam 17.00 – 21.00, kegiatan
dengan keluarga, anak-anak belajar, aku mengetik. Jadi semua punya kegiatan
masing-masing. Ternyata aku tak dapat konsentrasi. Bisa dibayangkan, kalau
menulis tidak dapat fokus, maka hasilnya kurang maxsimal. Ya sudah, biarkan
saja. Untuk menulis sementara waktu aku ambilkan di sela-sela kegiatanku
sehari-hari. Suatu hari nanti aku pasti bisa menemukan cara agar dapat fokus ke
hoby-ku menulis. Fokus ke blog ‘planetcerpen’. Sekarang yang penting jaga kesehatanku.
Mengobati penyakit asam urat yang menurut dokter sudah stadium tinggi, yaitu
67. Caranya? Dengan minum perasan air kemuning
seminggu sekali.
Tapi setelah aku tidak pernah sakit di persendian, aku
jadi lengah. Tidak pernah minum perasan air kemuning lagi. Biasa.....sifat
manusia...kalau diberi kenikmatan suka terlena. Sampai tiba-tiba kedua lututku
sakit dan kalau dibawa jalan berbunyi, kletuk-kletuk.....pagi harinya buru-buru
aku memetik daun kemuning dan mengunakannya untuk obat, selama tiga hari
berturut-turut. Hasilnya, sembuh total. Kedua lututku normal kembali. Sejak itu kalau persendian terasa nyeri aku buru-buru minum
perasan daun kemuning,dan rasa nyeri itu langsung hilang. Kata ibuku, air perasan kemuning juga
bisa mengencangkan kulit. Jadinya
sekalian aku oleskan ke kulit muka, tangan juga kaki. Seminggu sekali
aku juga minum perasan daun kemuning.
Sejak itu aku jarang sakit persendian.
Kalau ada tetangga yang mengeluh sakit persendian, aku sarankan agar berobat
daun kemuning. Dan daunnya bisa memetik di kebunku, kebetulan tangkai kemuning
yang dulu ditancapkan oleh suamiku, sekarang sudah tumbuh subur. Dan sakit
persendian mereka sembuh. Alhamdulillah aku dapat menolong tetangga yang sakit
asam urat walau sekedar memberi informasi obat tradisionalnya, yaitu daun
kemuning. Puji syukur ya, Allah......aku
sudah sembuh dari sakit asam urat, berkat obat daun kemuning yang diberikan
padaku dengan perantara Dewi Kemuning. Bagiku semua ini merupakan karuniaMu yang
sangat besar. Dewi Kemuning.....dimana sekarang kau berada.......??Terima kasih
atas obatnya, ya........
( Ini adalah pengalamanku sendiri, yang terjadi pada bulan oktober tahun 2016. semoga bisa berguna untuk orang lain yang punya pengalaman sakit persendian, atau biasa disebut asam urat. Siapa tahu daun kemuning juga cocok untuk obatnya. Makasih........)
SELESAI
Belum ada Komentar untuk "DEWI KEMUNING (Cerita Misteri) By Ami Daria"
Posting Komentar