RANJANG KAYU (Cerita Misteri) By Ami Daria
RANJANG
KAYU
By : Ami Daria
Sinopsis
Dulu aku pernah menduga, kalau keluarga Wewe yang sering
menganggu penghuni rumah yang tidur di kamar tengah. Tapi ternyata dugaanku
meleset. Ternyata yang selalu menganggu adalah...makhluk yang menempel di
ranjang kayu. Ranjang yang kubeli dari penjual keliling.
Planetcerpen.com Aku sedang
duduk di teras rumahku ketika tiba-tiba seorang perempuan muda melintas dari
arah samping rumahku.
“Becik
ketitik olo ketoro.....” Kata dia sambil menoleh ke arahku.
“Siapa
kamu?” Aku penasaran.
Tanpa
menjawab pertanyaanku, dia pergi menjauh.......
Aku
mencoba menginggat-inggat dia. Yach....aku ingat. Dia adalah perempuan yang
dulu boyongan ke pohon asem. Dimana tanah bekas pohon asem itu dibuat kamar
tengah. Dan siapapun yang tidur di kamar itu, selalu diganggu dalam
tidurnya.Selama ini kami menduga kalau yang menganggu adalah keluarga Wewe.
Keluarga dari perempuan yang tadi melintas dari arah samping rumah. Tapi kok
dia ngomong begitu?
Becik
ketitik olo ketoro itu artinya, baik ketahuan buruk juga ketahuan, jadi baik
buruknya sesuatu akan ketahuan. Disini mengandung makna, kalau aku telah
menuduhkan suatu hal yang tidak dia lakukan. Apakah itu? Aku mencoba
mengingat-ingat.....
Pagi
hari suamiku, yang tidur di kamar tengah, mengeluh tidak bisa tidur sampai pagi
karena diganggu mimpi buruk. Tiap kali mau tertidur, antara sadar dan tidak
sadar mimpi dikejar-kejar Gendrawo hingga kaget dan terbangun. Begitu terus
menerus hingga pagi hari.
“Aku
mau tidur di kamar depan saja.....tidur di kamar tengah diganggu keluarga Wewe
terus....capek.”
“Tidurnya
ya, nanti......kalau anak-anak sudah berangkat sekolah.....masa bangun tidur,
tidur lagi....kayak lagunya mbah Surip saja.....”Kataku.
Aku
memang kurang suka melihat orang sehat wal’afiat tidur dipagi hari.....kesannya
malas begitu........
Siang
menjelang sore aku masuk ke kamar tengah. Aku masih tergiang kata-kata
‘perempuan itu’ yaitu. Becik ketitik olo ketoro....Apa maksudnya, bukan
keluarga Wewe itu yang menganggu di kamar tengah? Kalau bukan dia, lalu siapa?
Aku masuk kamar, mengamati sekeliling....semua baik-baik saja. Aku duduk di
ranjang dan mengelus kayu ranjang itu.
Tiba-tiba perinding......bulu kudukku berdiri semua. Aku benar-benar merinding......Ada
apakah dengan kayu ini? Yah....aku merasa ada sesuatu di ranjang kayu
itu.........
Malam
harinya aku ke rumah bu Sumi, tetangga dekatku yang juga paranormal.
“Bu...aku
kok merasa, yang menganggu di kamar tengah itu bukan keluarga Wewe, tapi ada
makhluk tak kasat mata yang nempel di ranjang kayu itu....benar begitu, bu...?”
Tanyaku penasaran.
Bu
Sumi diam sejenak. Selang beberapa menit beliau tersenyum, “Iya
betul.....diranjang itu ada yang nempel....kamu dapat darimana ranjang itu?”
“Dari
penjual keliling, bu.......Dari kayu kuburan ya, bu....?”
“Mungkin...yang
jelas dulu pohonnya merupakan pohon yang angker......”
“Bearti
perkiraanku selama ini salah, ya bu?”
“Memangnya
selama ini kamu mengira apa?”
“Aku
mengira yang menganggu di kamar tengah, ya keluarga Wewe....Masalahnya di kamar
tengah dulunya kan pohon asem, tempat tinggal keluarga Wewe.....tapi ternyata
bukan, ya bu......?”
“Memang
keluarga Wewe dulu sempat tinggal di kamar itu, tapi cuma sebentar langsung
pindah. Ya....nggak enak tidur bareng keluarga kamu.....”Kata bu Sumi sambil
tersenyum geli.
“Iya
ya bu......? Gerah.....”Kataku sambil tertawa geli, “Lalu cara mengusir
penghuni ranjang kayu, bagaimana bu?”
Bu
Sumi diam sejenak, “Setiap habis Mahgrib kamu bakar kemenyan dikolong tempat
tidur itu.”
“Bakar
kemenyan? Bukannya malah mengudang setan?”
“Tidak...bakar
kemenyan bisa mengusir setan.....tiga malam berturut-turut.”
“Oke
deh.......belinya kemenyan dimana, ya bu?” Aku bingung.
“Biasanya
penjual kembang ada kemenyan...”Kata bu Sumi.
Keesokan
harinya aku beli kemenyan. Sore hari sesudah sholat Maghrib aku membakar menyan
dikolong ranjang kayu itu.
“Ibu
ngapain bakar kemenyan dikolong tempat tidur? Minta nomor, ya.....?” Kata Rino,
anak sulungku.
“Hist!
Minta nomor buat apaan?”
“Ya
buat dibeli lah......kemarin pakdhe Carban dapat nomor. Katanya dua nomor kalau
beli seratus ribu dapatnya dua ratus ribu apa...enam ratus ribu......kan
lumayan, bu......”Kata Rino sambil tertawa ngakak.
“Sudah
sono. Jangan ganggu ibu.......”Kataku sambil mengipaskan teapak tangan mengusir
Rino.
“Oke
Bunda...........”Kata Rino sambil melangkah pergi.
Aku
mulai fokus menaburkan kemenyan ke atas arang yang sudah menjadi bara. Asap
mulai memenuhi kamar.
“Pak....itu
ibu kok bakar kemenyan di kamar tengah, kenapa?” Kudengar Rino bertanya pada
Bapaknya.
“Ssst.....!
Ayo keluar. Nanti Bapak jelaskan diluar.....” Jawab Bapaknya.
Selesai
bakar kemenyan aku bergabung dengan kedua putraku dan suamiku.
“Sudah
pergi bu? Setannya?” Tanya Rino.
“Ya
belum....masa cepat amat? Paling nggak kan tiga malam.......”
“Jadi
ibu bakar kemenyannya selama tiga malam?”
“Iya...kenapa....mas
Rino takut?” Tanyaku.
“Nggak
apa-apa mas Rino....malah kebetulan. Kalau banyak asap kan nyamuk pada
kabur....”Kata Adit, putra bungsuku.
“Iya....betul
betul betul.......”Kata Rino sambil tertawa geli.
“Kalau
malam Minggu aku berani pak......kalau bukan malam Minggu takut ngantuk di
sekolah. Kan diganggu terus...jadi nggak bisa tidur sampai pagi....” Jawab
Rino....
“Kalau
dik Adit, gimana....” Tanya suamiku.
“Adik
idem sama mas Rino pak.....”Jawab Adit sambil tertawa.
“Bukannya
karena takut.....” Tanya suamiku lagi.
“Takut
sih, nggak....Cuma kaget. Bagaimana nggak kaget. Kalau mau les tertidur,
tiba-tiba dikejar-kejar gorila. Ya kaget lah......”Kata Rino membela diri.
“Betul
itu.....kalau nggak bisa tidur, di sekolah ngantuk.” Adit menambahkan.
“Sudah......untuk
sementara kamar tengah biar kosong dulu.....nanti kalau sudah tiga malam
dibakari kemenyan, baru buat tidur....”Kataku.
Pada
malam ketiga aku bakar kemenyan. Malam hari sekitar jam sebelas malam, aku yang
sedang mengetik di ruang tengah tepatnya depan kamar tengah, ekor mataku
melihat orang bungkuk ada punuk dipunggung sebelah atas, berjalan keluar dari
kamar. Dia yang berjalan pakai tongkat, ke arah dapur dan keluar menembus
dinding. Wujud orang itu hanya hitam seperti bayangan.
Hem....berarti
penghuni ranjang kayu sudah pergi. pagi harinya aku menceritakan kejadian itu.
Malam harinya Rino tidur dikamar tengah. Sampai pagi hari dia tidur begitu
nyenyaknya....tapi ada gangguan sama sekali. Bearti makhluk gaib penunggu
ranjang kayu memang sudah pergi. Sejak itu Rino selalu tidur di kamar tengah.
Sudah
seminggu kamar tengah aman sentosa. Malam itu aku seperti biasa, ngetik cerita
misteri sampai tengah malam, di ruang tengah. Tiba-tiba ekor mataku melihat
bayangan hitam berbentuk lelaki bertongkat dengan punuk dipunggungnya, masuk
kamar tengah.
Bahaya!
Dia datang lagi............
Kudengar
Rino mengigau seperti ketakutan.
“Mas
Rino....bangun.” Aku membangunkan Rino yang tidur di kamar tengah.
“Kenapa
bu....” Rino terbangun.
“Sana
kamu pindah ke kamar depan, tidur bareng dik Adit........”
“Iya
bu......tadi aku mimpi dikejar-kejar gorila.......”Kata Rino sambil berjalan ke
kamar depan.
Hem.....ternyata
dia datang lagi.......
Siang
hari aku ke rumah bu Sumi untuk menanyakan bayangan lelaki itu.
“Hem......dia
datang lagi. Katanya dia nggak mau pergi. Kayu itu adalah rumahnya.”
“Hem.....begitu....?”
“Kata
dia, enak saja....aku mau diusir dari rumahku sendiri......” Kata bu Sumi
menjelaskan.
“Oh...jadi
kayu itu rumahnya? Kalau aku nggak bisa mengusirnya, masa ranjang itu dibuang?
Ya sayang duitnya dong.....”Kataku.
“Jalan
satu-satunya dia diusir dri ranjang itu....masa kita manusia kalah dengan
setan?” Kata bu Sumi.
“Cara
mengusirnya, bagaimana bu......”
“Untuk
sementara ini, ya bakar kemenyan. Setelah itu setiap malam Jumat atau malam
Kliwon, kamu selalu bakar kemenyan....”
“Dikolong
ranjang kayu itu?” Tanyaku heran.
“Iya......kan
yang ada setannya ranjang kayu itu.....”
“Kok
jadi mistik, bu.......?Nggak ada cara lain?”
“Ada....kamu
kalau sholat dikamar itu. Nantinya setan itu nggak betah. Kepanasan....dan
pergilah......”
“Kira-kira
perginya, lama nggak bu?”
“Seminggu
sampai dua minggu.......”
“Lama
juga........”
Tapi
ya....mau nggak mau...hanya itu jalan satu-satunya. Cuma kalau buat sholat,
tempat yang longgar tepat didepan pintu masuk. Itupun hanya cukup buat satu
orang. Sementara keluargaku biasa sholat berjamaah sekeluarga.
Akhirnya
aku memutuskan untuk sholat berjamaah dengan keluarga di ruang tengah.
Sementara ini yang tidur di kamar tengah suamiku. Kadang mimpi buruk itu
datang....tapi itu cuma kadang-kadang, tidak tiap malam. Suamiku mengabaikan
hal itu. Kalau mimpi buruk itu datang, suamiku membawa kasur ke ruang tengah
dan tidur disitu.
Hari
ini Lukman, adikku yang tinggal di Jakarta, datang ke rumah orang tuaku.
Kebetulan rumahku dan rumah orang tuaku berhadapan, dibatasi halaman yang
lumaayan luas. Aku ngobrol-ngobrol, sampai akhirnya topik peembicaraan sampai
ke masalah ranjang kayu itu.
Lukman
tertawa geli, “Untuk mengusirnya, gampang sekali mbak......”
“Oh,
ya......caranya gimana?” Aku penasaran.
“Dikencingi
saja.......” Kata Lukman masih sambil tertawa geli.
“Cuma
dikencingi....”Aku heran.
“Kalau
bau pesing, setannya kan nggak mau......pasti dia pergi.....kalau bukan
kencing, buang air besar juga bisa......”
“Kalau
buang air besar ya repot.....bau juga menjijikan......”
“Makanya
yang gampang dikencingi saja......pasti langsung ngibrit....”Kata Lukman
menyakinkan.
“Oke
deh.....nanti biar mas Rino dan dik Adit yang kencing di situ.....”Kataku.
“Kasurnya
diambil dulu......yang penting tempat tidurnya yang dikencingi.....kan setannya
ada di tempat tidurnya, kan? Bukan di kasurnya.”
“Iya.....kalau
yang dikencingi kasurnya, pesingnya nggak hilang hilang dong.....”Kataku sambil
tertawa.
Setelah
ide Lukman aku beberkan ke keluarga, suamiku berpendapat, tidak ada salahnya
untuk mencoba ide itu. Malam itu suamiku, mengambil kasur dari kamar tengah dan
mengencingi ranjangnya. Semenjak itu ranjang itu aman dari gangguan makhluk
gaib itu. Suamiku tak pernah diganggu mimpi buruk. Ternyata mengusirnya gampang
sekali...Cuma dikencingi......benar-benar tak terpikir olehku.....padahal aku
sudah susah payah bakar kemenyan segala.....ternyata.....hehehe.....cara alami,
tak perlu biaya serupiah-pun. Terima kasih ide cemerlangnya ya, Lukman........
NB: Kisah ini merupakan pengalamanku
sendiri. Sekarang ranjang kayu itu masih menghiasi kamar tengah.
Belum ada Komentar untuk "RANJANG KAYU (Cerita Misteri) By Ami Daria"
Posting Komentar