PENGEMAR LAGU NOSTALGIA (Cerita Misteri) By Ami Daria
(Rabu Kliwon, 17 Oktober
2018)
By : Ami daria
SINOPSIS
Mungkin benar orang-orang bilang, kalau
sekolah selalu ada penghuni dari dunia lain. Alasannya karena, kalau malam hari
tidak dihuni. Seperti di kelasku, ada makhluk manis yang selalu menampakkan
diri bila aku menyenandungkan lagu-lagu nostalgia.
Planetcerpen.com - Sebagai guru,
aku selalu menganjurkan pada siswa agar selalu menabung. Dan mereka memang giat
menabung. Setiap harinya lebih dari sepuluh siswa yang menabung. Otomatis untuk
menulis jumlah tabungan ke buku tabungan mereka maupun ke buku besar,
membutuhkan waktu yang lumayan lama. Dan tidak mungkin kalau aku lakukan
bersamaan dengan waktu mengajar di kelas. Jadi kulakukan saat istirahat.
Waktu
istirahat, aku tidak langsung ke kantor untuk kumpul dengan teman-teman sambil
minum dan makan jajan. Aku memilih tetap di kelas untuk menulis tabungan para
siswa. Sambil mengisi buku tabungan aku bersenandung. Menyanyikan lagu
nostalgia yang berjudul “Balada Seorang Biduan”, Kalau tidak salah ciptaan Bimbo.
Aku hafal lagu itu karena dulu saat kakakku
menyanyikan lagu itu, aku selalu menyimak dengan seksama.
“Dari
sebuah desa berbekal gitar tua
Datang
ke ibu kota dengan penuh harapan
Jadi
seorang biduan jadi seorang biduan......
Kau
biduan pujaan pujaan tua muda
Kau
ditaburi cahya dan sinar kekaguman
Dan
riuhnya tepukan dan riuhnya
tepukan.........
Meskipun kau tersenyum namun orangpun tahu
Apa isi hatimu tak kala kau lagukan
Lagumu lagu sendu
Perjalanan hidupmu
Ditinggal kekasihmu....di tinggal
kekasihmu........”
Deg!
Ekor mataku menangkap ada sosok perempuan muda yang bersandar disudut dinding sambil mengoyang-goyang tubuh dan
kepalanya, menari seiring lagu yang kunyanyikan. Tangannya sedakep. Aku diam.
Dia juga diam seperti menunggu. Aku menunggu bagaimana reaksi dia. Dia diam
mematung. Aku menyanyikan lagu tadi lagi. Dan dia mengoyang-goyangkan
tubuh dan kepalanya lagi. Setelah itu
aku diam. Dia juga diam mematung seperti tadi Kuputuskan untuk tidak menyanyi
lagi, dan perempuan itu, terlihat semakin kabur..... dan lenyap. Siapa dia?
Selesai
menulis tabungan siswa aku ke kantor, yang letaknya bersebelahan dengan
kelasku. Aku sama sekali tidak menceritakan kehadiran perempuan muda disudut
kelasku. Biarlah ini menjadi rahasiaku.
Di
lain hari, saat istirahat aku bermaksud menulis tabungan siswa di kelas saja.
Tapi bu Atik (Nama samaran), salah satu teman guruku, memanggil dan bilang
pingin ngobrol-ngobrol denganku. Biasa....curhat. Akhirnya aku ke kantor.
Padahal aku ingin nyanyi lagu nostalgia.
Siapa tahu dia muncul lagi.
“Mau
curhat apa, sih.....?” Tanyaku santai.
“Bu....dari
tadi aku kan duduk disini....,aku melihat ada perempuan keluar masuk kelas ibu.”
“Perempuan.....siapa?”
“Nggak
tahu. Dia masih muda, tinggi langsing tapi bajunya kok seperti kebaya.
Hiii.....aku takut sekali bu.” Kata Atik dengan wajah pucat.
“Maksud
ibu, dia makhluk dari alam gaib?
“Iya.......dia
itu setan atau jin, atau apalah....tapi dia nggak terlihat jelas seperti kita
bu. Cuma seperti samar-samar gitu......”
“Berarti
aku punya temen tak kasat mata dong......”Aku tersenyum meledek.
“
Ibu nggak takut?”
“Nggak....kenapa
mesti takut? Toh dia nggak menganggu.” Kataku mantap.
Apa
perempuan itu, makhluk yang mengoyang-goyangkan tubuhnya bila aku menyanyikan lagu
nostalgia? Belum sempat aku menanyakan ciri-ciri perempuan itu keburu guru yang
lain berdatangan. Akhirnya kami mengalihkan pembicaraan ke hal yang lain. Atik
hanya mau membicarakan hal itu denganku, karena dia tahu kalau aku kadang bisa
melihat makhluk tak kasat mata. Walau cuma sekedar melihat sih.....tidak lebih.
Kata dia, aku punya indera ke enam. Tapi aku sendiri merasa tidak mempunyai
keistimewaan itu. Paling-paling baru lima seperempat, belum sampai enam, He he
he......
Sampai
rumah aku segera menanyakan perempuan yang dilihat bu Atik pada bu Sumi,
tetangga dekat rumah, yang mempunyai kelebihan supranatural.
“Namanya
Devinia.....dia sudah lama tinggal di kelasmu.”
“Kok
dia memperlihatkan diri pada temenku, maksudnya apa?” Aku penasaran.
“Dia
ingin mengatakan pada temenmu, agar jangan sampai ada guru yang suka
mencari-cari kesalahan orang lain. Agar semua guru hidup rukun damai” Kata bu
Sumi.
“Lha....kalau
misalnya ada guru yang suka mencari-cari kesalahan orang lain, apa yang akan
dia lakukan?” Aku penasaran.
“Entahlah......mungkin
dia akan menakuti guru itu agar tidak betah.....” jawab bu Sumi lagi.
“Apa
temenku Atik sekarang sedang jadi korban guru lain yang suka mencari kesalahan
orang lain?” Tanyaku lagi.
“Tidak
juga. Dia cuma ingin memperlihatkan pada guru
selain dirimu. Agar kalau kamu menyampaikan pesan dia ke guru-guru yang
lain, dia bisa sebagai saksinya.”
“Oh.....begitu?”
Sampai
di sekolah aku segera menyampaikan pesan dari Devinia, perempuan dari alam gaib
itu kepada Atik. Dan Atik segera menyampaikan ke guru-guru yang lain, juga
mengenai penampakan Devinia.
“Alhamdulillah.....kalau
disini ada makhluk lain, yang nggak suka sama orang yang suka menjelek-jelekkan
orang lain.......” Kata pak Anton sambil mengerling ke bu Yanti.
Aku
tahu isi hati pak Anton. Memang bu Yanti kadang-kadang membicarakan keburukan guru
lain. Atau tepatnya mencari kesalahan guru lain. Namanya manusia, tempatnya
kesalahan, apalagi kalau dicari kesalahannya....ya bisa setinggi gunung. Tapi
sepertinya bu Yanti tidak menyadari kerlingan itu, dia masih sibuk berWA ria.
Kecewa berat deh pak Anton....he he he.Ternyata pesan Devinia yang disampaikan
Atik ada manfaatnya juga, sehingga suasana di sekolahku menjadi lebih nyaman.
Hari
ini aku datang terlambat karena mengantar putraku ke dokter dulu. Saat aku
datang, kelasku diisi bu Yanti. Begitu aku masuk kelas bu Yanti langsung
menjabat tanganku erat-erat.
“Tangan
ibu dingin sekali....Kenapa?” Aku heran.
“Untung
ibu sudah datang. Entah kenapa, di kelas ini perasaanku takut bu.....” Bu Yanti terlihat lega.
“Takut
kenapa.....Ibu takut mendengar ceritanya bu Atik, kan?”
“Bukan
karena itu......tapi entah kenapa bulu kudukku merinding.....” Bu Yanti
buru-buru keluar kelas.
“Ah,
bu Yanti ada-ada saja. Ibu terbawa perasaan.....ya udah bu. Makasih, ya.....”
Kataku sambil masuk kelas. BuYanti mendekatiku dan bicara setengah berbisik, “Bu.....sepertinya
guru baru kok caper sama KS, ya.......” Kata bu Yanti.
“Nah….ini dia…..penyebab bu
Yanti merinding di kelas
ini.” Kataku sambil tertawa.
“Kok bisa, bu….” Bu Yanti
kebingungan.
“Bu Yanti masih ingat
omongan bu Atik beberapa hari yang lalu, nggak…..?”
“Omongan apa?”
“Itu lho…..kalau di kelas ini ada makhluk gaib, yang nggak suka sama guru yang suka
mencari kesalahan guru lain….”
“Maksud ibu, gimana? Aku kok
nggak paham.”
“Maksudnya, baru saja bu
Yanti bilang kalau guru baru suka caper sama KS, itu kan sama saja
menjelek-jelekkan dia….lha makhluk itu nggak suka. Makanya di kelasku tadi bulu
kuduk bu Yanti jadi merinding…..mungkin dia yang mengelelitik bu Yanti…….”
“Memangnya bisa begitu, bu….”
“Ya bisa aja……Coba hilangkan
segala pikiran buruk mengenai temen-temen guru. Mungkin hati bu Yanti lebih
tenang.”
“Apa iya, ya bu……?” Bu Yanti
seakan tak percaya.
“Hati-hati bu….kalau ibu
masih mencari keburukan guru lain, nanti dia memperlihatkan diri dengan wajah
yang serem lho…..”Aku menakut-nakuti.
“Hiii…..iya deh. Aku nggak
akan komentar yang jelek-jelek sama temen guru…” Bu Yanti setengah
berlari meninggalkan kelas.
“Nah….begitu dong…..”Kataku.
Memang sejak itu kebiasaan Yanti,
sedikit demi sedikit mulai berkurang. Dan hal itu membuat hatiku lebih tentram.
Sejak itu diantara kami para guru tidak ada saling menghujat baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kami jadi rukun dan kompak.
Saat
istirahat, kami semua kumpul di kantor. Bersenda gurau dengan akrabnya.
Tiba-tiba Ningsih menyeplos, “Si boros kok nggak ada. Kemana dia? Pa sedang
shoping....?
“Siapa
maksud ibu?” Aku tak mengerti.
“Siapa
lagi, kalau bukan bu Yanti....?”
“Perasaan
bu Yanti orangnya biasa-biasa aja.....nggak terlalu boros.” Kata bu Atik
“Iya...lagian kalaupun boros, toh pakai
uangnya sendiri....kenapa juga dipikirin.....”Kataku.
“Memang sih.....Cuma kalau dengar ceritanya yang
suka pamer habis beli ini, beli itu....risih juga.” Kata Ningsih.
Kami
semua diam. Keadaan hening.
“Kok
sepertinya ada yang mengintip dari balik pintu.........” Bu Ningsih menutupi
wajahnya, ketakutan.
“Mana....nggak
ada siapa-siapa.....” Bu Atik melihat ke arah pintu.
“Ada.....tadi
dia melotot.....” Kata Ningsih, masih menutupi wajahnya.
“Itu
peringatan agar bu Ningsih nggak mengosipkan guru lain.....” kataku.
“Betul
itu......Dulu kan kan pernah bilang, kalau Devi....siapa bu, namanya?
“Devinia.......”Jawabku.
“Iya.
Devinia pernah bilang, dia paling nggak suka kalau ada guru yang suka
mengosipkan guru lain. Kalau tetap dilakukan, ya...inilah akibatnya.” Kata
Atik.
“Oh...begitu....”
Kata Ningsih sambil melirik ke arah pintu.
“Sudah
hilang, kan....? Dia.....?”
“Iya
bu......” Ningsih tersenyum lega.
Jadi
memang benar. Dia, Devinia tidak suka pada guru yang suka mencari kesalahan
guru lain. Dan kalau ada yang melanggar, dia akan menampakan diri. Dan pengalaman
Yanti dan Ningsih menjadi bahan pelajaran bagi kami semua. Sehingga diantara
kami tidak ada lagi yang saling mengosip. Suasana sekolah jadi terasa
nyes.....sejuk tiada tara, walau matahari sedang terik-teriknya. Memang benar,
apa yang dirasakan bukan tergantung dari keadaan alam tapi lebih tepatnya
tergantung keadaan batin.
Seperti
biasa, aku akan mengisi buku tabungan siswa. Namun kali ini aku akan
menyenandungkan lagu-lagu terkini. Apakah Devinia akan menampakan diri sambil
mengoyang-goyangkan tubuh dan kepalanya? Ternyata
setelah aku menyanyikan beberapa lagu, dia tidak muncul juga. Oke....coba aku
nyanyi lagu nostalgia. Dan karena aku sudah selesai menulis buku tabungan siswa
maka aku hanya duduk-duduk sambil nyanyi. Belum selesai satu lagu kunyanyikan
dia muncul sambil mengoyang-goyang kepalanya seirama lagu yang kunyanyikan.
Hem.....jadi dia pengemar lagu nostalgia?
Sejak
itu tiap mengisi buku tabungan siswa aku akan menyanyikan lagu-lagu nostalgia.
Dan Devinia akan menikmati nyanyianku. Padahal suaraku sangatlah tidak merdu.
Tapi mungkin bagi dia sangatlah merdu, he he he.......
Hari
ini pelajaran bahasa Indonesia. Aku biasa mendikte agar ditulis para siswa.
Tapi tadi para siswa minta agar aku mengambar buah-buahan, dan mereka
menuliskan nama buah-buahan itu. Itu sama artinya dengan pelajaran menulis. Aku
mengambarkan sepuluh buah-buahan yang bentuknya berbeda-beda. Ada nanas, salak,
jeruk, durian, mangga, pepaya, apel, sirsak, jambu dan anggur. Gambar
buah-buahan itu aku susun menjadi tiga bagian. Kesamping tiga tiga dan paling
bawah empat buah. Para siswa terlihat begitu
semangatnya dalam mengambar.
“Bu,
dikasih warna ya, bu....?” tanya salah satu siswaku.
“Boleh
saja diberi warna, tapi tulis dulu nama-nama buah ini, ya.....” Jawabku.
“Iya
bu......” Jawab mereka kompak.
Selesai
mengambar, aku bermaksud keliling kelas untuk mengecek hasil pekerjaan siswa.
Saat aku membalikkan tubuh, kulihat Devinia berdiri di sudut kelas, ditempat
biasanya, sambil sedakep.
Hem.....kamu
datang di saat aku sedang mengambar. Oke, aku akan mengambar kamu nona
manis........Aku menarik garis lurus sebagai pembatas gambar buah-buahan, lalu
mulai mengambar. Setelah mengambar cukup lama, aku tidak mampu menghasilkan
gambar yang bagus. Begitu sulitnya membentuk hidungnya yang mancung. Juga
bibirnya yang mungil. Gambar itu terlihat tidak bagus. Tidak bisa secantik dia.
Aku hapus dan mencoba mengambarnya lagi. Salah satu siswaku yang suka usil,
kebetulan dia sudah menyelesaikan pekerjaannya, Mengambil Hpku yang tergeletak
di meja dan memfoto gambar yang sedang kubuat.
Ah...ternyata
sulit sekali mengambar wajah. Dan memang itu bukan bidangku. Kalau sekedar
mengambar buah-buahan bagiku gampang. Tapi kalau mengambar wajah.....ya maaf
saja...aku tidak bisa. Tadi kan cuma penasaran saja. Siapa tahu aku dapat
mengambarnya..... he he he. Ya sudahlah....sejadinya. Pikirku. Aku memandang
Devinia. Dia juga memandangku. Hatiku deg degan tak karuan. Apa dia marah....??
Terbersit rasa takut di dadaku. Apa yang akan dia lakukan? Ternyata dia
tersenyum sambil melambaikan tangan. Kenapa dia melambaikan tangan? Bukankah
lambaian tangan berarti sebagai isyarat perpisahan? Apakah dia akan pergi?
Kenapa dia akan pergi? Apakah dia marah karena aku mengambar wajahnya?
Entahlah.......lama dia melambaikan tangan hingga menghilang. Sejak itu aku tak
pernah melihat dia. Walaupun aku selalu menyanyikan lagu-lagu nostalgia, dia
tetap tidak muncul. Mungkin memang dia marah waktu aku mencoba mengambar
wajahnya. Mungkin........
Belum ada Komentar untuk "PENGEMAR LAGU NOSTALGIA (Cerita Misteri) By Ami Daria"
Posting Komentar