SEMINGGU LAGI (Cerita Misteri) By Ami Daria
(Kamis Legi, 18
Oktober 2018)
By : Ami Daria
Sinopsis
Planetcerpen.com Kadang mimpi bisa menjadi kenyataan. Karena itu,
walau dalam mimpi usahakan kita masih sadar. Sadar bahwa itu mimpi, sadar
bahwa segala sesuatu ada konsekuensinya, seperti halnya dalam kehidupan
nyata.Cerita mengenai mimpi, ada pengalaman menarik yang dialami tetangga
nenekku.Peristiwa ini terjadi pada tahun 1970an. Dalam mimpinya, dia diajak
pulang ibunya yang sudah meninggal. Dia menjanjikan Seminggu lagi. Lalu apa
yang terjadi seminggu kemudian?
Dasri
merupakan seorang janda tua dengan dua anak yang sudah dewasa. Mereka sudah
berkeluarga. Sang kakak Kendar, mempunyai rumah di sebelah Dasri. Adiknya
Raswid, tinggal bareng dengan Dasri. Kedua kakak-beradik ini, yang bekerja
sebagai buruh harian, terhadap ibunya tidaklah sayang. Mereka seringkali
mengabaikan ibunya yang sudah tua, yang sering sakit-sakitan.
Mbah
Dasri yang biasanya berkunjung ke rumah nenek, sampai seminggu ini tidak tampak
batang hidungnya.
Casmi,Nenekku
was was, “Jangan-jangan Yu Dasri sakit.....coba kulihat.” Nenek menuju rumah
mbah Dasri yang ada didepan. Antara rumah nenek dan rumah mbah Dasri hanya
dibatasi kebun milik nenek. Sampai lama Nenek tidak muncul juga, hingga
akhirnya ibu menyusul kesana.
Begitu
ibu sampai didalam. Nenek buru-buru menyuruh ibu pulang untuk mengambil nasi.
“Kebangeten
temen mantu sampean......masa ibu mertua sakit tidak dikasih makan.....Nduk,
sana kamu pulang. Ambil nasi sepiring dan lauk yang ada....” Kata Nenekku.
“Iya
Mak.......”Jawab ibuku, buru-buru pulang rumah.
“Surti.....sini
kamu!” Nenek memanggil Surti menantunya mbah Dasri, yang sedang membuat anyaman
disamping rumah.
“Iya
bulek.......ada apa?” Surti meletakkan bambu yang sedang dianyam, setengah
berlari menuju kamar mbah Dasri.
“Kok
bisa-bisanya emakmu tidak dikasih makan....?” Nenek terlihat sangat marah.
“Wong
tadi aku tawari nggak mau......” Surti menunduk ketakutan.
“Kalau
tadi nggak mau, kamu tawari lagi dong.....jangan dibiarkan kelaparan. Namanya
orang sakit, mulutnya pahit. Kalau makan ya agak susah....kamu yang sehat
menyuapi dong......sekarang ambilkan makan.”
“Maaf
bulek....sudah habis. Tadi sudah ku makan sendiri.”
“Keterlaluan
kamu.......aku sudah menduga. Pasti makanannya kamu habiskan agar Yu Dasri
tidak ikut makan! Terlalu pelit kamu.”
“Tadi
nasinya tinggal sedikit kok bulek.....” Surti mencoba membela diri.
“Alah....mboh!”
Bentak Nenek.
Surti
hanya diam menunduk. Dia tidak menduga sama sekali kalau nenek akan datang ke
rumahnya untuk melihat mertuanya.
Ibu
muncul sambil membawa sepiring nasi beserta lauknya.
“Nah...ini
makanan datang.......Sudah Surti. Sana kamu keluar.....bikin kamar sesak saja!”
Kata Nenek sambil menerima sepiring nasi dari ibu.
Surti
buru-buru keluar kamar. Ibu hanya memperhatikan Surti dengan pandangan tak
mengerti.
“Ee....Surti!
Buatkan teh anget....yang manis!” Kata Nenek.
“Maaf
bulek.....nggak punya gula.” Jawab Surti dari samping rumah.
“Oalah.....gula
saja kok nggak punya to, Surti....” kata nenek sambil meletakan nasi tadi di
meja kecil dekat tempat tidur. “Oh, ya nduk....sana kamu pulang...buatkan teh
manis buat mbah Dasri, ya....?”
Ibuku
mengangguk dan buru-buru pulang. Nenek langsung menuju ke dapur mbah Dasri,
melihat ke rak bambu. Diatas rak ada plastik kresek, setelah dibuka ternyata isinya
gula pasir.
“Surti....!
ini ada gula! Kok tadi kamu bilang, nggak punya gula!” Nenek mulai emosi, “Sini
kamu!”
“Maaf
bulek.....gula itu buat bapake....kalau pulang dari buruh, bapake selalu minta
dibuatkan teh manis.” Kata Surti, yang
tiba-tiba sudah didepan pintu dapur.
“Alasan!”
Kata Nenek melewati tubuh Surti yang berdiri di tengah pintu. Nenek menuju
kamar mbah Dasri dan menyuapinya. Surti hanya bengong beberapa saat.
Ibu
datang sambil membawa segelas teh manis dan langsung menyerahkan pada Nenek
yang sedang menyuapi mbah Dasri.Ternyata mbah Dasri benar-benar lapar. Buktinya
nasi sepiring dimakan sampai habis. Nenek tersenyum senang.
“Habis....makan
yang banyak biar cepat sehat ya, Yu.....Ini teh angetnya diminum.....” Kata
nenek sambil mendekatkan teh manis ke mulut mbah Dasri. Mbah Dasri minum hingga
setengah gelas.
“Kamu
lihat Surti. Emakmu menghabiskan nasinya....dia kelaparan. Berapa hari kamu
nggak kasih dia makan?”
Surti
yang berdiri di depan pintu kamar hanya diam sambil menunduk, ketakutan.
Ibu
merekam dalam-dalam semua perlakuan nenek terhadap mbah Dasri. Ternyata dibalik
sifat nenek yang keras, beliau berhati budiman. Nenek memberikan piring dan
gelas bekas makan mbah Dasri agar dibawa pulang ibu.
Setelah
ngobrol-ngobrol sejenak Nenek pamit pulang.
Keesokan
harinya mbah Dasri datang ke rumah. Nenek sangat gembira melihat mbah Dasri
sudah sehat.
“Kesuwun
ya, Cas.......kamu mau menyuapi aku.....memang sebenarnya kemarin aku lapar
sekali....tapi aku nggak bisa masak....” kata mbah Dasri memelas.
“Nggak
apa-apa, Yu.....aku iklas kok. Yang penting sampean cepat sehat.” Jawab nenek.
“Cas.....semalam
aku mimpi ditemui almarhum Simak......dia mengajakku pulang. Katanya disana
hidupnya enak...banyak makanan....tidak usah kerja, makanan selalu
tersedia....”
“Maksud
Yu Dasri...almarhum mbah Tarwen?” Nenek kaget.
“Iya....Simak
Tarwen. Aku bilang pingin sehat dulu........pingin ngobrol-ngobrol sama kamu,
Yah.......” Jawab mbah Dasri.
“Alhamdulillah.....jadi
sampean nggak mau, Yu?” Nenek lega.
“Aku
menjanjikan seminggu lagi.....” Jawab mbah Dasri.
“Seminggu
lagi, Yu....??” Nenek sangat kaget.
“Iya....aku
ingin jalan-jalan ke rumah tetangga...pingin pamitan.” Jawab mbah Dasri sambil
tersenyum.
“Yu....kalau
aku ada salah, aku minta maaf ya, Yu.....?” Kata nenekku dengan wajah sedih.
“Kamu
nggak pernah salah padaku. Kamu sangat baik. Justru aku yang sering
merepotkanmu. Tapi ya sudah.....kita saling memaafkan, ya....?” Kata mbah Dasri
masih tersenyum ceria.
Nenek
mengangguk dengan wajah lesu.
“Kamu
kok kelihatan lesu. Kenapa? Kamu sakit?” Tanya mbah Dasri.
“Aku
baik-baik saja, Yu.....Cuma aku sedih....Minggu depan sampean pulang....Nanti
kalau sampean sakit yang nyuapi siapa, Yu....” Nenek tidak mampu menyembunyikan
kesedihannya.
“Aku
akan selalu sehat, Cas....kata Simak...di rumah barunya, orang-orangnya sehat
semua.” Jawab mbah Dasri dengan yakinnya.
“Apa
nggak sebaiknya mantu sampean Surti diajak sekalian, Yu.....biar dia diajari
cara menghormati dan menyayangi mertuanya?” kata Nenek.
“Iya,
ya.....kalau begitu seminggu kemudian, Surti aku ajak kesana.....biar dia
ngerti unggah-ungguh. Wong sama mertua kok sukanya membentak-bentak.” Jawab
Mbah dasri.
“Betul
Yu....biar sekolah sopan santun.” Jawab Nenek lagi.
“Ya
sudah...aku pamit dulu, ya....aku mau ke rumahnya Kasno.” Pamit mbah Dasri.
Sepeninggalan
mbah Dasri, nenek termenung sedih.....beliau melamun. Pandangannya jauh ke
depan.
“Mak.....kenapa
mamak sedih.....” Tanya Ibuku.
“Nenek
sangat sedih, karena minggu depan Yu Dasri mau pulang....” Jawab Nenek masih
dengan wajah sedih.
“Pulang
kemana, Mak?” Tanya ibuku tak mengerti.
“Ya
pulang ke akherat.....” Jawab Nenek makin kelihatan sedih.
“Maksud
Mamak, minggu depan mbah Dasri meninggal....??” Ibuku sangat kaget.
Nenek
mengangguk, “Semalam waktu diajak mbah Tarwen, janjinya minggu depan. Berarti
minggu depan dijemput.....” Kata Nenek.
“Apa
itu pasti, Mak.....itu kan cuma mimpi......” Ibuku jadi berpikiran tak menentu.
“Pasti......”Jawab
Nenek dengan pandangan kosong.
“Terus......minggu
berikutnya, Yu Surti menyusul meninggal juga?” Tanya Ibu.
“Kok
jadi kamu bawa-bawa Surti...?” Nenek kaget.
“Kan
tadi Mamak menyuruh mbah Dasri mengajak Yu Surti agar disana diajari cara
menghormati mertua....” Jawab Ibu.
“Oh....iya,
ya......kalau begitu aku mau bilang Yu Dasri agar nggak usah ajak-ajak
Surti.....kasihan Sri......kalau masih kecil ditinggal mamaknya....” Kata Nenek
keluar rumah setengah berlari.
“Tadi
katanya mau ke rumahnya Pakde Kasno, Mak.....” Ibuku mengingatkan.
“Iya
betul. Aku mau ke rumah Kang Kasno. Siapa tahu Yu Dasri masih disana.
Ibu
hanya bengong. Apa benar kalau mimpi diajak pulang sama orang yang sudah
meninggal, berarti akan meninggal juga? Rasa-rasanya aneh.
Benar
saja. Seminggu kemudian mbah Dasri meninggal. Nenek terlihat sangat kehilangan.
Bagaimanapun juga mbah Dasri teman Nenek sejak kecil....mereka selalu hidup
rukun.
“Mak....berarti
minggu depan, Yu Surti meninggal juga?” Tanya Ibu hati-hati.
“Mungkin........”
Jawab Nenek, masih dengan wajah sedih.
“Lha...waktu
Mamak mau bilang mbah Dasri agar jangan mengajak Yu surti, gimana jawabannya?”
Tanya Ibuku.
“Kata
Yu Dasri tetap mau dijemput. Biar disana diajari cara menghormati dan menyayangi
mertua. Yu Dasri sakit hati atas perlakuan Surti selama ini.....” jawab Nenek.
“Kok
bisa ya, Mak......?” Tanya Ibuku, yang masih belum mengerti semua ini.
“Salahku
juga. Kenapa aku menyarankan agar mengajak Surti.....” Nenek penuh penyesalan.
“Kalau
memang minggu depan Yu Surti meninggal, itu memang sudah takdirnya,
Mak......”Jawab Ibu menghibur hati Nenek.
Nenek
hanya mengangguk sambil tersenyum.
Benar
saja. Seminggu kemudian Surti meninggal. Tidak sakit atau kecelakaan. Semua
baik-baik saja. Hanya saja sampai siang yu Surti tidak bangun-bangun
juga.....biasanya bangun pagi, buat sarapan, beres-beres rumah lalu memandikan
Sri. Ini kok sampai siang belum bangun juga. Kang Raswid, suaminya yu Surti
membangunkan. Eee ternyata Yu Surti sudah tidak bernapas. Denyut nadinya juga
tidak ada. Kang Raswid benar-benar bingung. Dia mengoyang-goyangkan tubuh
sambil memanggil-manggil Yu Surti. Namun Yu Surti tidak bergerak sama sekali. Yu
Surti meninggal ........Apakah yu Surti
meninggal karena diajak mbah Dasri? Disana mau diajari cara menghormati dan
menghargai mertua. Entahlah......apakah memang benar seperti itu? Hanya Tuhan
yang tahu....
SELESAI
Belum ada Komentar untuk "SEMINGGU LAGI (Cerita Misteri) By Ami Daria"
Posting Komentar