SUMUR TUA (Cerita Misteri) By Ami Daria
(Jumat Paing, 19 Okktober
2018)
By : Ami Daria
SINOPSIS
Aku sedang duduk
santai menunggu bakso yang sedang kupesan ketika kulihat bu Arini dan bu Yayuk,
keduanya guru SD-ku, kerepotan membawa barang-barang yang begitu banyak.
Kutawarkan diri untuk membantu mereka. Mereka menuju ke gedung tingkat tiga.
Sampai disana sudah ada banyak orang namun mereka mengacuhkan senyumku. Aku
disuruh duduk lesehan. Begitu banyak makanan dan minuman yang disajikan padaku
juga tamu yang lain. Aku tak tahu apa nama makanan itu. Bentuknya membuatku tak
selera. Walau tamu yang lain makan dengan begitu lahapnya, namun aku tak minat
sama sekali. Hatiku merasa tak nyaman. Apalagi tamu yang lain ngobrol dengan
temannya dengan begitu akrabnya, namun aku tak dapat menangkap kata-kata
mereka. Saat aku sedang bingung, kulihat di lantai atas ada wanita muda yang
memberi kode agar aku keluar. Aku buru-buru keluar. Aneh! Kok tangganya naik?
Harusnya kan turun. Masalahnya saat masuk tadi aku naik tangga. Tapi biarlah....aku
ikuti terus tangga itu, hingga akhirnya aku sampai di luar. Kok aku ada di
lapangan.....?? Kutengok ke belakang. Ternyata ada sumur tua. Aku baru saja
keluar dari sumur tua.....??
Planetcerpen.com - Aku
bingung dengan anakku Fino. Susah sekali disuruh makan. Mungkin karena sedang
sakit. Dia maunya dibelikan bakso. Daripada Fino tidak mau makan, habis maghrib
aku buru-buru beli bakso di depan lapangan, di desaku.
Saat
aku sedang menunggu pesananku, kulihat bu Arini dan bu Yayuk lewat dijalan
depanku. Mereka berdua menjinjing dua plastik kresek ukuran besar dan gulungan
tikar. Mereka terlihat kewalahan.
“Bu
Arini...bu Yayuk... dari mana?” Ak u berlari mendekati mereka.
Mereka
menolehku sambil tersenyum.
“Sini
bu, aku bawakan. Ibu mau kemana?” Aku mengambil gulungan tikar dari tangan
mereka.
Mereka
hanya menunjuk ke suatu tempat. Sambil membawa dua gulungan tikar itu, aku
mengikuti mereka.
“Bagaimana
kabar ibu? Sudah lama sekali kita tak pernah bertemu ya, bu....?”Aku mengajak
bicara mereka. Tapi mereka hanya menoleh sambil tersenyum.
Aneh.
Kenapa mereka tak mau bicara denganku? Apa mereka sakit hati karena aku tak
pernah mengunjunginya? Entahlah.......
Aku
terus saja mengikuti mereka yang berjalan dengan begitu cepatnya, sampai-sampai
aku setengah berlari. Keringat deras meluncur dari sekujur tubuhku. Hampir saja
aku tinggalkan mereka. Tapi....rasa-rasanya kurang sopan. Maka kuputuskan untuk
tetap membantu membawakan barang mereka sampai ke tempat tujuan.
Kami
memasuki gedung. Menuju ke tangga. Setelah sampai di lantai tiga, pintu didepan
kami terbuka. Kami segera masuk. Di dalam sudah ada banyak orang yang duduk
sambil ngobrol-ngobrol dengan begitu akrabnya. Tapi aku tak dapat menangkap
kata-kata mereka. Suara mereka mendengung seperti tawon. Cuek sajalah....yang
penting kuikuti bu Arini dan bu Yayuk yang menuju ke sudut ruangan.
Bu
Arini memberi kode agar aku meletakkan bawaanku dan menyuruhku duduk. Sebelum duduk aku bermaksud untuk
salaman dengan yang lain. Tapi semua mengacuhkan uluran tanganku. Aneh.......
Aku
ambil tempat duduk disudut yang lain. Duduk menyendiri sambil mengamati
sekeliling. Tampak sepasang sejoli bicara dengan mesranya. Dan cowoknya selalu
melempar senyum ke arahku. Deg! Mata itu terlihat kosong. Mengerikan. Senyum
itu jadi terlihat seperti menyeringga.....hii.....
Seorang
wanita muda menyajikan berbagai macam makanan dan minuman. Kulihat makanan itu.
Kotak-kotak seperti tahu lamongan tapi warnanya merah muda. Apa tahu dimasak
pakai cabe merah, ya? Tapi warnanya terlalu muda.....Entahlah. yang jelas aku
tak minat dengan makanan itu. Walau perut ini keroncongan kelaparan, aku tak akan makan makanan yang aneh itu.
Minumannya juga merah muda. Kupikir es kelapa muda dikasih buah naga....tapi
kok nggak ada kelapa mudanya. Adanya kecil-kecil panjang warna merah muda. Apa
itu? Ada roti bronis, lapis legit juga yang lain. Minumannya ada warna coklat,
mungkin susu coklat, ada juga yang hijau seperti jus apokat. Tapi warna-warna
dari minuman dan makanan itu tampak buram. Entahlah.....aku geli melihat semua
makanan dan minuman itu. Tapi sepasang sejoli itu, juga tamu yang lain tampak
begitu lahapnya menyantap makanan dan minuman itu.
Tiba-tiba
Roni, keponakanku bersama lima temannya muncul dan duduk di sampingku.
“Ron?
Ngapain kamu kesini?” Aku bingung,
bagaimana dia bisa menyusul kesini?
“Nggak
tahu bulek, aku juga bingung. Kok tiba-tiba sudah sampai sini.....” Roni
tolah-toleh mengamati keadaan sekeliling.
Pelayan
muda tadi menyajikan enam gelas minuman yang berwarna merah muda dan enam minuman
yang berwarna coklat. Kulihat salah satu teman Roni mengangkat salah satu
minuman yang merah muda dan berniat meminumnya.
“Tunggu.
Jangan diminum!” Aku buru-buru mencegahnya.
“Kenapa?
Aku sangat haus!” Dia protes.
“Aku
curiga......tempat apa, ini?” Aku mengamati sekeliling.
“Alah....!
Curiga curiga segala! Ada makanan dan minuman enak, ya disantap.” Kata dia siap
meminum.
“Kamu
dibilangin ngeyel....”Kataku sambil mendorong gelas itu hingga jatuh dan isinya
tumpah.
Dia
terlihat sangat marah. Tatapannya menancap sampai ke ulu hatiku. Aku tak
perduli. Yang jelas aku merasa ada yang aneh.......dan aku merasa bertanggung
jawab atas keselamatan Roni dan kelima temannya.
“Jangan
ada yang makan juga minum....kalau kalian melanggar, tanggung sendiri akibatnya.”
Ancamku pada mereka.
Mereka
termasuk yang tadi ngeyel, mengangguk-angguk menuruti perintahku.
Aku
melihat-lihat ke loteng. Di lantai dua dekat tangga kulihat perempuan muda,
rambut dikepang dua pakai kaos ketat wrna putih kombinasi merah muda du
lengannya, dia memberi kode padaku agar kami keluar. Gerak bibirnya
kuperhatikan mengucapkan, pergi! pergi!
pergi! sambil tangannya menunjuk ke arah pintu keluar.
“Roni.....perempuan
itu menyuruh kita pergi.....ayo kita pergi....” Aku mengandeng Roni. Tapi Roni
kelihatan sangat kebingungan.
“Ini
dimana bulek.......ini tempat apa, bulek.....?” Roni terlihat linglung.
“Nggak
penting ini tempat apa? Yang penting sekarang kita keluar dari sini. Kalian
semua! Ayo kita keluar.” Kataku sambil mengandeng Roni yang tampak sangat
kebingungan.
Kelima
teman Roni berdiri. Sebelum pulang mereka berniat salaman dengan yang hadir
disitu. Namun niat baik mereka diacuhkan.
“Sudah.....nggak
usah salaman-salaman segala...! cepat keluar! Sini lewat sini!” Aku menunjuk ke
pintu kecil yang tertutup.
“Ini
dimana sih, bulek....?” Roni tolah toleh kebingungan.
“Sudah
kamu diam! Kalian berlima di depan. Aku dan Roni di belakang kalian!
Cepat....!” Aku setengah mendorong kelimt teman Roni menuju pintu itu.
Sebenarnya
aku berniat pamit pada bu Arini dan bu Yayuk. Tapi aku tak menemukan mereka.
Jadi ya, biarlah.........Kelima teman Roni membuka pintu. Didepannya terdapat
tangga. Mereka segera menaiki tangga itu. Aku mengikuti di belakangnya.
Aneh....kok tangganya naik? Harusnya kan turun, karena tadi waktu memasuki
gedung ini aku naik. Kok ini naik lagi. Jangan-jangan menuju ke lantai
berikutnya. Tidak keluar dong.......Tapi biarlah......kami bertujuh terus
mengikuti tangga itu.
“Kok
tangga terus, kapan sampainya?” Salah satu temaan Roni protes.
“Aku
tak tahu. Hanya ini jalan satu-satunya. Ikuti saja sampai finis.” Kataku.
“Tapi
sampai kapan? Aku sudah kehabisan napas, nih.....”Kata yang lain dengan napas
terenggah-enggah.
“Jangan
berhenti di tengah jalan. Jalan terus sampai ke tempat tujuan.”Kataku tegas.
“Tempat
tujuannya dimana?Masih lama, nggak?” Kata dia lagi.
“Aku
tak tahu. Yang jelas kita jalan terus........Ayo...jangan putus asa.” Aku
menyemangati mereka.
Pada
tangga ke tujuh belas, kalau aku tidak salah hitung, kami melihat cahaya bulan.
“Itu
ada bulan....kita hampir sampai.” Teriak salah satu teman Roni, kegirangan.
Dengan
penuh semangat mereka berlari menaiki tangga. Akhirnya kami sampai diluar. Kami
sampai di tanah lapang. Roni dan kelima temannya berbaring sambil memandangi bulan.
Mereka tampak kelelahan.
Aku
mengamati sekeliling. Kutengok ke belakang, tampak sebuah sumur tua. Sumur itu
tertutup rerumputan. Sudah tidak begitu kelihatan. Jadi tadi kami bertujuh baru
saja keluar dari sumur tua itu? Aku menoleh ke kanan, kiri, depan juga ke
belakang. Kulihat menara itu.....kulihat persawahan itu....kulihat juga warung
bakso, tempat tadi aku beli bakso. Kalau melihat sekeliling, aku merasa ada di
lapangan. Lapangan desaku sendiri. Tapi kok ada sumur tua? Memangnya di
lapangan desaku ada sumur tuanya?
“Hei....kalian
bangun. Ayo kita ke arah gerobak bakso itu. Kita harus pergi dari sini
secepatnya.” Aku membangunkan mereka.
Aku
berniat jalan paling depan. Tiba-tiba......aduh! Aku tersandung batu besar. Aku
jatuh terduduk. Saat aku menengok kanan dan kiri........Kok aku ada di kamarku
sendiri...? Jadi tadi aku bermimpi.........Mimpi yang sangat aneh.....Apa
menuju ke dunia tak nyata? Entahlah......
“Kamu
semalam kenapa? Katanya mau beli bakso. Habis sholat Maghrib langsung tidur
nyenyak sekali. Dibangunkan tidak bergerak sama sekali. Sampai-sampai kamu
tidak sholat Isyak.” Kata Suamiku.
“Apa,
iya.....?” Aku masih bingung dengan semua ini.
“Iya.
Dahi kamu tidak panas. Berarti kamu baik-baik saja.”Kata suamiku sambil
menyentuh dahiku.
“Iya....aku
memang baik-baik saja. Ini sudah subuh apa belum?” Tanyaku.
“Tadi
sudah Adzan subuh....sana kamu sholat dulu. Semalam kamu aneh sekali. Bisa
tidurnya nyenyak sekali. Tidak bergerak sama sekali. Aku sampai bingung.”kata
suamiku lagi.
Aku
hanya tersenyum sambil menuju kamar mandi untuk ambil wudhu.
Pagi
harinya aku tanya pada orang tua yang asli orang desaku. Kata beliau memang
benar kalau di lapangan desaku, sudut antara selatan-barat ada sebuah sumur
tua. Sumur keramat. Mengenai bu Arini dan bu Yayuk, mereka berdua sudah
meninggal beberapa tahun yang lalu. Lalu siapa yang ketemui dalam mimpiku itu?
Apakah sukmanya mereka? Atau makhluk dari dunia lain yang menyerupai mereka
agar aku mengikutinya? Entahlah...........
Nb: ini
pengalamanku sendiri yang terjadi pada malam Jumat, 7 September 2018.
Belum ada Komentar untuk "SUMUR TUA (Cerita Misteri) By Ami Daria"
Posting Komentar