LELAKI PENAKUT (Cerpen) By Ami Daria. (Bagian 2/Tamat)
LELAKI PENAKUT
(Cerpen) By
Ami Daria
Sinopsis
Kadang Rasa takut yang berlebih
menimbulkan suasana jadi lucu. Dan bisa merubah sudut pandang seseorang. Yang
jelas kalau orang terlalu penakut jadi terlihat lemah, tidak berwibawa. Hal itu
juga menghilangkan simpati seseorang. Apakah ada seseorang yang menerima akibat
dari sifatnya yang terlalu penakut, untuk tahu kelanjutannya, bacanya cerpennya
‘Lelaki penakut’.
Planetcerpen.com
Malam belum begitu larut, baru
sekitar jam sepuluh malam. Tapi kost-kostan sudah sepi. Mungkin sudah tidur
semuanya Aku
mendengar gemericik air dari salah satu kamar mandi. Tapi pintunya terbuka
sedikit. Kupikir pasti Aris atau mas Burhan yang ada dalam kamar mandi. Aku
takuti ah.......
Aku
melompat-lompat mondar-mandir didepan kamar mandi sambil tertawa terkikik,
“Hihihi..........”
“Ngapain, mbak....?”
Tanya Ferry dari dalam kamar mandi.
“Haa?
Kupikir Aris atau mas Burhan....kok kamu?” Aku tertawa geli.
“Hoalah....ceritanya
mbak Atik mau menakuti mereka??” Ferry tertawa geli.
“Iya....salah
sasaran deh.....” Aku salah tingkah juga.
“Kok jalannya
lompat lompat?”
“Biar
seperti pocong........”
Kami berdua
tak mampu menahan tawa lagi. Akhirnya pecahlah tawa kami hingga terbahak. Lita
dan Santi, dua kakak beradik yang kost di kamar depan, datang.
“Kenapa? Kok kalian pada tertawa begitu....?” Tanya Lita
penasaran.
“Kalian dari
mana? Kok baru pulang?” Tanya Ferry.
“Tadi
ceritanya kami makan diluar. Pingin pecel lele.....”Kata Lita lagi.
“Oh.....bunder.....”Kataku,
masih tertawa.
“Terus....kok
tertawa geli, kenapa?”
“Tadi itu
mbak Atik melompat lompat sambil tertawa terkikik, mondar-mandir di depan kamar
mandi......”
“Aku
tahu...pasti maksudnya mau menakuti Aris atau mas Burhan....”Kata Santi
tertawa.
“Betul. Tapi
ternyata salah sasaran.......”Kata Ferry tertawa lagi.
“Jadi...yang
di kamar mandi, kamu......??”Kata Lita dan Santi tertawa bareng.
“Kasihan......deh.....”Kata
Lita lagi.
“Hist.....!
Terus mereka berdua, kemana?”Tanya Santi.
Aku dan
Ferry hanya mengelengkan kepala. Lita dan Santi menuju ke depan kamar mas
Burhan dan mencoba mengintip ke dalam.
“Sepertinya
kosong........”Kata Lita.
“Pada kemana
mereka?” Aku kecewa juga. Inginnya menakuti mereka, e..merekanya tidak ada.
“Yang
kecewa......”Kata Ferry tertawa lagi. Akhirnya kami berempat membicarakan
mengenai rasa takut mereka bertiga yang terlalu berlebihan.
Malam
Minggu, bagi yang sudah punya pacar bisa shoping atau makan-makan di luar. Lha
aku? Ngapain, ya.....? Masa aku terima ajakan mas Teguh untuk makan diluar?
Tapi.....aku kan bukan ceweknya. Lebih baik baca buku saja. Ada satu buku yang
belum aku baca. Rahasia Mewujudkan Impian Terdahsyat Anda, karya Mike Dooley.
Belum aku buka halaman pertama, ketika tiba-tiba, “mbak Atik....sedang
ngapain...”Terdengar suara Ferry dibalik pintu.
“Ferry....”Aku
membukakan pintu.
“Mbak, nggak
ada acara...?”Tanya Ferry.
“Nggak
sih.....sini ngobrol.”
Ferry masuk
kamar. Pintu kubuka lebar-lebar.
“Kamu kok
nggak apel.......”Tanyaku.
“Apel sama
siapa, mbak....? Mending ngobrol sama mbak, saja lah.....”
“Bearti dua
orang jomblo......”Kataku sambil tertawa.
Aku mengambil
cemilan juga membuat dua kopi dan menyodorkan ke depan Ferry.
“Ini yang
kusuka dari mbak Atik. Kopi dan cemilan tak pernah lupa.”
Aku cuma
tertawa, “Yok silahkan.....”
“Makasih
mbak.....oh ya, mbak....kok nggak jalan-jalan sama mas Teguh?”
“Sama mas
Teguh? Kenapa harus sama dia?” Aku heran.
“Bukankah
mas Teguh suka sama mbak....?”
“Oh....itu...?”
“Dia tampan,
sukses, baik....lengkaplah sudah. Mau pilih yang bagaimana lagi?”
“Sangat
lengkap. Sampai-sampai sifat yang seharusnya nggak dimiliki cowok, dia juga
memilikinya.” Kataku sambil tertawa.
“Maksudnya sifat apa, mbak?”
Ferry menebak-nebak.
“Sifat yang dominan
cewek....”Kataku lagi.
“Penakut, maksud mbak?”
“Betul sekali.......itu yang
memberatkanku untuk menerima dia.”
“Mbak...mbak...cinta ditolak karena
penakut? Yang benar saja....” Kata Ferry sambil tertawa geli.
“Coba kamu bayangkan. Misal mas
Teguh di rumahku....malam-malam mau kencing....karena takut, dia bangunin aku
untuk ngaterin....mau minum juga bangunin aku....repot sekali deh..”
“Ya enggaklah......Mbak ini ada
ada saja...”Kata Ferry sambil tertawa geli.
“Malam-malam anak sakit...karena
takut, nunggu besok pagi....repot, kan...? Jangan dianggap sepele lho.......”
“Okelah...anggap penakut itu
sebagai kekurangannya....tapi kan masih ada kelebihannya.”
“Memang sih...tiap orang punya
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tapi kekurangannya itu....penakutnya
yang sudah keterlaluan, nggak bisa aku toleransi lagi.....yach, bagaimana
lagi.”Kataku sambil angkat bahu.
“Ya udah. Kalau sifat penakutnya
nggak bisa ditoleransi lagi, mau bagaimana lagi?” Kata Ferry sambil mengangkat
kopi dan minum.
Pagi
harinya, di ruang tengah tempat kostku, yaitu ruang pembatas kamar kost lelaki
yang saling berhadapan. Lebih tepatnya tempat telepon berada, ada mas Burhan, Aris, Ferry dan yang lain
sedang ngobrol-ngobrol santai. Kamar tidur mas Burhan terbuka. Kulihat Lita
yang sedang masak didapur, masuk kekamar mas Burhan dan keluar sambil membawa
botol bekas air mineral yang berisi air kekuningan. Mungkin minyak goreng. Mas
Burhan dan Aris tidak menghiraukan hal itu. Mereka masih asyik mengobrol ngalor
ngidul dengan yang lain. Setelah selesai mencuci aku ikut bergabung.
“Mbak...ada
salam dari Teguh.”Kata mas Burhan.
“Terima
kasih. Salam balik....”Jawabku.
“Sekarang
mas Teguh kemana, mas?” tanya Ferry lagi.
“Tadi pagi
dia pulang untuk menengok rumahnya. Kan hampir sebulan Teguh nggak pulang ke
rumahnya.”Kata mas Burhan.
“Dia nggak
pulang, kan demi mas. Demikian.....”Kata Ferry sambil melempar senyum ke arahku.
Tapi aku cuek saja.
Saat kami
sedang ngobrol dengan santainya mas Teguh datang dengan seorang perempuan yang
cukup manis. Mas Teguh dan perempuan itu bersalaman dengan kami semua.
“Ayo ngobrol
di dalam saja. Mbak Atik ayo ikut......”Kata mas Burhan.
“Kenapa aku
harus ikut? Aku disini aja, lah......”Kataku tak enak hati.
“Ya...nemenin
dia...masa dia cewek sendiri.....Yang lain tinggal dulu, ya.....”Kata mas
Burhan.
Tidak enak
juga kalau menolaknya. Akhirnya aku ikut ke kamar mas Burhan. Mas Burhan memperkenalkan
perempuan itu, yang ternyata pacarnya, dan mereka akan tunangan. Dia bernama
Nelly.
“Ini yang
namanya Atik? Mas Burhan sering cerita.”Kata Nelly.
“Cerita yang
jelek jelek tentunya.....”Kataku.
“Enggak
sih......yang bagus bagus kok. Apalagi kalau yang cerita mas Teguh. Memuji-muji
melulu....”Kata Nelly sambil melirik mas Teguh.
Aduh...tengsin
aku dibuatnya. Kalau mas Teguh sih, cuma senyum-senyum.
“Mas Burhan!
Ini apaan?!” Tiba-tiba Lita nyelonong masuk sambil membawa botol bekas air
mineral, disodorkan ke mas Burhan.
“Lha,
apaan?” Tanyaku tak mengerti.
Kenapa Lita
terlihat sangat marah tapi juga tertawa geli.
“Tadi aku
mengoreng tempe. Kehabisan minyak goreng....kupikir ini minyak, jadi kuambil.
Kutuangkan ke pengorengan. Ternyata........”Kata Lita sambil tertawa geli.
“Ternyata
apaan?” Tanya Nelly penasaran.
“Minyak
gorengnya bau pesing, mbak........”Kata Lita setengah teriak.
“Kok
bisa....?!” Nelly kebingungan.
“Hist....!
Jangan keras keras. Itu bukan minyak goreng.....”Kata mas Burhan sambil menempelkan
jari telunjuk di bibirnya.
“Maksudnya
air kencing?”Tanya Lita kaget.
“Kok bisa?”
Tanya Nelly makin kebingungan.
“Aku
tahu....aku tahu....”Kataku sambil tertawa geli.
“Jangan
bilang, kalau mas takut kencing ke kamar mandi, lalu kencing di botol.”Kata Nelly.
“Tapi memang
itu yang terjadi....”Kata mas Burhan dengan suara pelan.
“Astafirullah......saking
takutnya, kamu sampai kencing di dalam botol?!”Nelly benar-benar kaget.
Mas Burhan
hanya mengangguk, “Lupa belum aku buang.....”
Aku, Lita dan
mas Teguh tidak mampu menyembunyikan tawa geli kami. Apalagi Lita, dia tertawa
terbahak sampai perutnya sakit. Penghuni kost yang sedang ngobrol di ruang
tengah datang semua. Ingin tahu apa yang sedang terjadi.
“Mas Burhan
keterlaluan. Masa kencing dalam botol......”Lita tak dapat melanjutkan
ceritanya karena tertawa.
“Terus....kamu
kira minyak goreng, gitu po.....?”Tanya Aris sambil tertawa geli.
“Iya.....aku
sedang mengoreng tempe...karena kurang minyak, kumasukan air dalam botol ini.....jadinya....jadinya.....”Tawa
Lita pecah lagi.
“Jadinya
nggak bisa dimakan sekalian......”Aris melanjutkan omongan Lita. Kami semua tak
mampu menahan tawa.
“Keterlaluan
mas Burhan. Ini sangat keterlaluan......”Nelly terlihat sangat kecewa.
“Namanya
juga takut, mbak......”Kata Aris.
“Tapi rasa
takutnya udah kelewatan. Kamar mandinya itu, kan? Sangat dekat. Kok bisa takut?
Keterlaluan!” Nelly terlihat tidak dapat menahan emosi.
Melihat
Nelly emosi, tawa kami semua langsung berhenti. Kep klakep. Sepi.
“Mbak....namanya
juga takut...Mau bagaimana lagi?”Kata Lita.
Nelly hanya
geleng geleng kepala.
“Yang
laki-laki penakut. Yang perempuan malah super berani.....”Kata Ferry.
“Yang
perempuan siapa?”Tanya Nelly penasaran.
“Ya...mbak
Atik. Mereka sekabupaten, kan?” Jawab Ferry.
“Iya....aku
ingat. Dua malam yang lalu mbak Atik kan lompat lompat sambil tertawa terkikik,
ceritanya mau menakuti Aris atau mas Burhan.....nggak tahunya....”Lita tidak
sanggup menahan tawa.
“Hist.....!
Jangan berisik.” Kataku memberi tanda agar mereka diam.
“Nah, lu.
Yang cewek malah mau menakuti yang cowok. Terbalik, kan? Itu karena terlalu
penakut. Di luar kewajaran. Aku mau pulang dulu......”Kata Nelly sambil
berjalan keluar.
“Aku juga
mau membuang gorengan tempe tadi. Nggak mungkin dimakan.” Kata Lita ikut keluar.
Mas Burhan,
Aris dan mas Teguh saling pandang, kebingungan.
Apa yang
harus kulakukan? Lebih baik aku mengejar Nelly. Aku segera berlari keluar.
“Mbak
Nelly....tunggu sebentar.” Teriakku.
Nelly yang
sudah sampai teras kostan, menghentikan langkahnya.
“Mbak Nelly
kenapa pergi? Tadi mau bicara mengenai rencana pertunangan, kan?” Tanyaku.
“Gampang kapan-kapan saja.”Jawab Nelly
“Gampang kapan-kapan saja.”Jawab Nelly
“Lho!
Kenapa?” Aku bingung.
Mas Burhan
dan mas Teguh mengejar kami.
“Mas Burhan.
Aku pulang dulu.......”Kata Nelly sambil menatap tajam mas Burhan.
“Nanti
dulu...tadi belum dapat kesepakatan....”Mas Burhan tampak sangat bingung.
“Kapan-kapan
saja. Aku sedang nggak mood.”Jawab Nelly.
“Kapan
kapan, gimana? Ya sudah....nanti malam aku ke kost kamu” Kata Mas Burhan.
“Nggak usah.
Nanti aku kabari lewat telpon. Aku pulang dulu....Assalamu alaykum.....” Nelly
melangkah pergi.
Kami bertiga
menjawab salam itu.
“Dikabari
lewat telpon? Apa maksudnya”Mas Burhan tampak bingung.
“Semoga
kabar gembira, mas. Positif think aja....”Kataku sambil menepuk pundak mas
Burhan dan masuk ke kost kembali.
Aku ingin
tahu bagaimana nasib tempe goreng Lita. Tempe goreng aroma pesing.........
Sore hari,
aku baru bangun dari tidur siang. Mau mengangkat jemuran, lalu disetrika.
Kulihat di kamar mas Burhan cukup ramai. Ada mas Burhan, Aris, mas Teguh, Lita,
Santi, Ferry.
“Semua
salahku, mas.....aku minta maaf....”Kata Lita terdengar memelas.
“Bukan
salahmu.....mungkin memang bukan jodohnya.....”Kata mas Teguh.
Kok ada kata
salahku....bukan jodohnya....ada apakah gerangan? Aku mau ikut bergabung, tapi
kok malu....mendingan aku mengangkat jemuran saja.
“Mbak
Atik......”Kudengar mas Teguh memanggilku. “Sini sebentar....”
Akhirnya aku
bergabung dengan mereka, “Kenapa mas? Ada apa?”
“Tidak
apa-apa, sih.......” Mas teguh tampak bingung menjawab pertanyaanku.
Kulihat mas
Burhan tidur tengkurep di tempat tidur. Matanya memerah. Seperti habis
menangis. Kenapa, ya.....?
“Mas Burhan,
kenapa?” Tanyaku sambil mendekati mas Burhan.
“Semua
salahku mbak.....semua salahku....”Kata Lita terlihat sangat menyesal.
“Memangnya
ada apa, sih?” Aku masih bingung.
“Nelly
mbak.....dia mutusin aku.” Kata mas Burhan dengan muka sedih.
“Kok bisa?
Emang apa salah mas Burhan?”Aku tak mengerti.
“Katanya
karena aku terlalu penakut. Keterlaluan katanya.” Mas Burhan menunduk sedih.
“Kok bisa,
ya....? Diputusin karena penakut....?”Kata Lita dan Santi bebarengan..
“Memangnya
kalau Lita berposisi sebagai Nelly, tidak akan memutuskan mas Burhan...?”Tanya
mas Teguh.
“Ya nggak,
lah....aku akan mutusin cowokku, kalau ketahuan dia selingkuh. Bukan
penakut.”Jawab Lita.
“Sama. Aku
juga begitu....”Kata Santi.
“Seandainya
Nelly punya sifat seperti kamu Lita......” Kata mas Burhan.
“Seandainya
waktu itu aku nggak menunjukan air dalam botol itu....mungkin mas Burhan nggak
diputus.?” Lita sangat menyesal.
“Kalau
memang yang jadi alasan sifat penakutnya mas Burhan, ya.....bagaimana lagi?”
Kata Ferry sambil melirik padaku.
Mas Teguh
berjalan mendekat, dan menepuk-nepuk pundak mas Burhan, “Kita senasib mas...ditolak
cewek karena punya sifat sangat penakut.” Kata mas Teguh sambil melirik ke
arahku.
Ferry
mendekatiku dan berbisik, “Bukan aku yang bilang lho, mbak......”
“Memang
bukan Ferry yang bilang......aku dengar sendiri pembicaraan kalian tadi malam.”Kata
mas Teguh sambil menatapku tajam.
Duh! Tatapan
itu benar-benar menghujam sampai ke relung hatiku yang paling dalam. Aku jadi
salah tingkah. Apalagi Ferry, Lita juga mas Burhan menatapku dengan pandangan
protes.Tapi bagaimana lagi? Itu sudah menjadi keputusanku. Tadinya aku bingung,
bagaimana harus memberi alasan pada mas Teguh, tapi kalau ternyata sudah tahu,
ya sudah. Aku tak perlu bersusah payah merangkai kata demi kata agar terdengar
logis dan tidak menyakiti hati.
Kulihat mas
Teguh berjalan mendekatiku dan mengenggam jemariku. Tanpa bicara apapun Lita mengandeng
Santi keluar kamar diikuti Ferry.
“Aku juga
mau keluar....”Kata mas Burhan langsung keluar kamar
“Mereka
keluar. Memberi kesempatan agar kita bisa bicara berdua....”Kata mas Teguh
sambil tersenyum.
“Ya, aku
tahu.......” Kataku lirih.
“Lalu
bagaimana jawabmu?”
Aduh.....ternyata
aku harus merangkai kata demi kata agar terdengar logis dan tidak menyakiti
hati. Repot sekali....
“Kalau kamu
menerimaku, duduklah disini. Tapi kalau kamu menolakku, silahkan keluar dari
kamar sekarang juga” Kata mas Teguh dengan tatapannya yang teduh.
Aku sempat
bimbang, antara duduk disini atau keluar kamar? Tapi setelah kupikir-pikir,
akhirnya aku memutuskan untuk keluar kamar. Walau senyum mas Teguh teduh...walau
sifatnya lemah lembut, walau sudah sukses, walau seabrek kelebihan dia.....aku
tetap tak suka dengan satu sifatnya itu. Yaitu sangat penakut! Begitu aku
melewati pintu kamar, mas Teguh membanting tubuhnya di tempat tidur sambil
menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya. Maafkan aku mas
Teguh.........ketakutanmu yang sangat besar itu membuatku takut.
TAMAT
ceritanya joss..
BalasHapusterima kasih........atas pendapatnya.
Hapus