PUASA BISU BAGIAN 2/TAMAT (Cerpen) By Ami Daria
PUASA
BISU
(Cerpen ) By Ami Daria
BAGIAN
2/TAMAT
Malam
harinya pak Dahlan dan Eddy datang mengunjungi keluarga mbak Ratna. Katanya ada
hal penting yang perlu dibicarakan. Aku ikut nimbrung sambil mengandeng
Lintang. Seperti biasa. Lintang diam membisu dengan pandangan kosong. Gila.....bisa
juga Lintang berakting dengan pandangan kosong begitu......
“Bagaimana
keadaan Lintang, Bu Ratna?” Tanya Eddy
“Masih
tetap begini....aku sampai bingung...mau diobatkan kemana lagi?” Mbak Ratna
terdengar putus asa.
Pak
Dahlan dan Eddy saling pandang. Mereka seperti saling memberi kode.
“Maaf
sebelumnya ya bu Ratna......melihat keadaan Lintang yang seperti ini, aku
bermaksud mengurungkan niat untuk menikahkan dengan Eddy.” Pak Dahlan bicara
dengan sangat hati-hati. Takut menyingung perasaan mbak Ratna.
Hampir
saja aku bersorak gembira, tapi melihat keadaan Lintang yang masih membisu
dengan pandangan kosong, aku jadi sadar kalau akting ini belumlah berakhir.
“Iya
bu Ratna......mana mungkin aku menikah dengan perempuan yang bisu dan diam
mematung. Seperti orang stres begitu....amit-amit....” Kata Eddy sambil melirik
Lintang, terlihat jijik.
“Eddy!
Hati-hati kalau bicara!” Pak Dahlan memperingatkan.
“Memang
kenyataannya begitu, kok.” Jawab Eddy ketus.
“Nggak
apa-apa pak.....memang seperti ini keadaannya.” Jawab mas Dony, yang terdengar
menahan emosi.
Akhirnya
pernikahan itu diurungkan. Pak Dahlan meminta kembali uang Tukon yang telah
diberikn pada mas Dony. Dengan berat hati mas Dony mengembalikan uang tukon
itu. Uang Tukon yang sangat besar untuk ukuran keluarga mbak Ratna dan mas
Dony.
Setelah
saling minta maaf antara pak Dahlan dengan mas Dony juga mbak Ratna, atas
keadaan ini, pak Dahlan dan Eddy pulang. Hatiku terasa sangat lega. Namun
kulihat Lintang masih saja seperti sebelumnya. Mematung, membisu dengan
pandangan kosong. Aku jadi sangat khawatir. Jangan-jangan Lintang kesurupan?
“Payah.....!Gagal
punya besan kaya raya...!” Mas Dony masuk ke ruang tengah dengan langkah
terburu-buru.
“Iya....payah.......”
Kata mbak Ratna.
“Mbak.......jangan
menyesali gagal besanan sama pak Dahlan......yang penting sekarang Lintang
sembuh dulu.....”Kataku dengan nada pelan. Takut mbak Ratna tersinggung.
“Alah
mbuh....!” Kata mbak Ratna menyusul suaminya ke ruang tengah.
Aku
cuma mampu geleng-geleng kepala. Lintang tersenyum geli sambil mencubit
lenganku.
“Alhamdulillah.....akhirnya
aku lepas dari Eddy.......” Kata Lintang berbisik.
“Iya....Tante
ikut senang....tapi ngomong-ngomong kenapa kamu nggak mau sama Eddy? Dia kan
lumayan tampan juga anak orang kaya raya.......” Aku penasaran juga.
“Pertama
aku memang sudah mencintai mas Prabowo...kedua, memang Eddy nggak ada
istimewanya. Malah banyak kekurangannya. Dia kan nggak kerja, suka main burung
dara, mengadu burung dara gitu.....terus nanti dia menafkahi aku dapat duit
darimana?”
“Ya...dari
orang tuanya yang kaya raya itu....yang dibanggakan sama ayah
ibumu.......”Jawabku sambil tertawa geli.
“Memang
ayah ibu payah...mata duitan......”Kata Lintang sambil melongok ke ruang
tengah.
“Tenang.....ayah
ibumu ada di kamar mungkin. Menumpahkan kekesalannya.” Kataku sambil menahan
tawa.
“Oh,
ya...Tante.....Minggu depan mas Prabowo mau kesini.....”Lintang tampak bahagia.
“Mau
ngapain?” Tanyaku heran.
“Melamarku.”
“Kok.......kamu
tahu kalau Prabowo akan melamarmu?”
“Ya....tahu
lah....aku selama ini kan berWA ria sama dia......mas Prabowo juga kuceritain
actingku ini.......”Kata Lintang sambil tertawa geli.
“Terus
dia setuju sama akting kamu ini?”
“Setuju......asal
jangan sampai kebablasan.........”
“Iya...kalau
kebablasan kan berabe.....terus sekarang kamu berhenti berakting, kan? Eddy
sudah mengagalkan pernikahannya ......”
“Belum
saatnya Tante........”
“Kok
belum saatnya? Kan kamu sama Eddy gagal menikah?”
“Takutnya
kalau melihat aku sembuh, Eddy jadi tahu kalau aku pura-pura, terus ngotot
pingin nikah denganku lagi....kan berabe.....”
“Oh
begitu? Oke deh....Tante selalu mendukung kamu.....berarti kapan kamu berhenti
puasa bisu?”
“Puasa
bisu.....?” Lintang kaget.
“Iya
lah....apa namanya kalau bukan puasa bisu.......”Kataku sambil tertawa geli.
“Ya....kalau
mas Prabowo sudah datang melamarku.....Minggu depan tolong dipersiapkan segala
sesuatunya ya Tante......beli makanan yang banyak.....juga masak yang enak-enak
untuk hidangan keluarga mas Prabowo......” Lintang terlihat sangat berharap.
“Ini
berarti ibu kamu nggak tahu....?”
“Iya.
Kan aku masih puasa bisu......tenang Tante.....masalah dana, mas Prabowo udah
kirim duit ke rekeningku. Nanti atau besok, Tante bisa ambil di ATM-ku....”
Lintang mengedipkan sebelah matanya.
“Wah....wah...wah.....ternyata
rencanamu benar-benar matang. Siip!” Aku mengacungkan jempol.
“Ayo
tante.....aku ambilkan ATM-ku. Tante bisa ambil kira-kira berapa biayanya.
Sstt...! Ibu jangan sampai tahu. Ini rahasia kita berdua......” Kata Lintang
sambil menempelkan jari telunjuk di bibirnya.
Kami
menuju ke kamar Lintang untuk mengambil ATM.
Sebuah
mobil mewah warna hitam memasuki halaman rumah mbak Ratna. Aku menebak itu
pasti keluarga Prabowo. Tapi tenang saja....aku sudah mempersiapkan segalanya.
Hidangan untuk mereka berupa makanan kecil juga hidangan untuk santap siang.
Bahkan akupun sudah dandan secantik mungkin. Hem...kalau dipikir-pikir kok jadi
aku yang seperti akan bertemu calon besan? Ya, biarkan saja.....tapi bagaimana
dengan mbak Ratna? Apa dia sudah siap? Tentunya belum. Bagaimana dia sudah
siap? Dia kan tidak tahu kalau akan ada tamu istimewa. Aku buru-buru ke rumah
mbak Ratna lewat pintu samping.
“Bunga....ini
bagaimana? Kok tiba-tiba ada tamu....” Mbak Ratna tampak gugup.
“Tamu
siapa, mbak?” Tanyaku pura-pura tidak tahu.
“Keluarga
Prabowo....tadi dia memperkenalkan diri. Tampan juga dia, ya..?” Mbak Ratna
tersenyum simpul.
“Makanya
Lintang sangat mencintainya......”
“Tadi
aku menemuinya pakai pokek. Malu deh, aku.......” Kata mbak Ratna.
“Ya
sudah.....sana cepet dandan....ganti baju yang rapi dan sopan. Masa mau
menerima tamu agung kok pakai pokek begini.........”
“Iya....kamu
kok sudah rapi.......sana kamu menemui mereka dulu.......”Kata mbak Ratna
sambil masuk kamar.
“Oke
beres!” Jawabku mantap. Aku menuju ke ruang tamu.
Mas
Dony dan Lintang sedang menemani mereka. Aku bergabung dan bersalaman dengan
keluarga Prabowo, yang berjumlah lima orang. Terdiri dari Prabowo sendiri,
ibunya, ayahnya, kakak laki-laki beserta istrinya, aku permisi sebentar untuk
membuatkan minum. Aku masuk ke ruang tengah, dan dari pintu samping aku pulang
untuk mengambil segala macam cemilan yang sudah kupersiapkan dari kemarin.
Begitu aku sampai di pintu samping mbak Ratna kembali, aku hampir bertubrukan
dengan mbak Ratna yang sudah dandan rapi.
“Mbak,
mau kemana?” Tanyaku.
“Ya....mau
beli cemilan lah......aku belum punya.....lha gimana? Semua ini serba
mendadak.” Mbak Ratna tampak kalut.
“Tenang.....aku
sudah punya, nih... banyak......”Kataku sambil menunjukan plastik kresek ukuran
besar yang berisi berbagai macam cemilan itu.
“Alhamdulillah.......ya
sudah. Ayo kita bikin minumannya.” Mbak Ratna terlihat sangat lega.
“Aku
sendiri saja yang bikin minuman, mbak Ratna kedepan saja menemui
mereka......”Kataku setengah mendorong mbak Ratna agar kedepan menemui tamu.
Mbak Ratna buru-buru ke ruang tamu.
Air
panasnya belum ada. Aku buru-buru menjarang air......Lintang muncul sambil
senyum-senyum.
“Gimana
Tante.....sudah ada semuanya?” Tanya Lintang dengan wajah ceria.
“Makanannya
sudah ada. Air panasnya yang belum ada.....kamu cantik sekali...? Kalau dandan
begini kan cantik....nggak seperti biasanya. Diam membisu dengan pandangan
kosong.”
“Namanya
juga akting, Tante......tapi tenang saja.....akting ini sudah hampir
berakhir....” Kata Lintang sambil sibuk menata cemilan di piring.
Aku
sibuk mempersiapkan gelas untuk tempat minuman. Setelah semua beres kami segera
membawa minuman dan cemilan itu ke ruang tamu.
Kami
menghidangkan minuman dan makanan itu di meja dan mempersilahkan mereka untuk
menyantapnya, lalu kami duduk.
“Nah...sekarang
Lintang sudah disini....mas Prabowo ingin bicara denganmu.” Kata Dony sambil
tersenyum.
“Iya
Lintang......mas Prabowo mau melamarmu....bagaimana? Kamu mau apa nggak...?”
Tanya Ratna.
“Mau
Ibu.......”Kata Lintang sambil tersenyum malu.
“Lho!
Kamu bisa bicara......?” Dony tampak kaget.
“Bisa....dulu
aku kan sangat bingung. Jadi tenggorokan aku terasa sangat sakit juga kering.
Mau bicara sulit sekali.....” Kata Lintang dengan wajah memelas.
“Oh...jadi
begitu?” Mbak Ratna sangat kaget.
Aku
cuma bisa menahan tawa. Ternyata Lintang memang benar-benar jago akting.
Prabowo juga kulihat menahan tawa. Bagaimanapun juga dia sudah tahu semua
rencana Lintang.
“Iya
Mbak....kemarin Lintang sangat bingung......jadi langsung jadi bisu....sekarang
hal yang membuatnya bingung sudah hilang, jadi Lintang langsung sembuh....iya
kan, Lintang?” Kataku.
“Iya
Tante. Sekarang aku sudah sembuh total.......”Jawab Lintang dengan ceria.
Kami
semua gembira. Akhirnya kedua belah pihak membicarakan kelanjutan hubungan
Lintang dengan Prabowo. Setelah rundingan secara kekeluargaan, diputuskan kalau
mereka akan menikah bulan depan. Keluarga Prabowo menyerahkan uang Tukon.
Dengan senang hati mbak Ratna menerima uang Tukon itu.
Selagi
mereka membicarakan itu semua aku menyingkir untuk mempersiapkan hidangan makan
siang untuk mereka. Repot juga. Makanan beserta lauk aku bawa ke rumah mbak
Ratna. Mondar-mandir dari rumahku ke rumah mbak
Ratna, dibantu Yu Ijah, yang tadi juga membantuku memasak. Lintang sibuk
menata piring kosong juga lain-lain. Setelah semua siap, aku memberitahu mbak
Ratna agar mengajak tamu untuk makan siang.
Mbak
Ratna bengong, kebingungan.....
“Makan
siang? Aku belum siap semuanya......kamu ini bagaimana, sih?”
“Tenang
mbak.....semua sudah beres.....”Kataku.
“Beres
bagaimana?” Mbak Ratna masuk ke ruang tengah.
Aku
mengajaknya ke ruang makan, “Lihat mbak....semua sudah beres....”
Mbak
Ratna bengong, tanpa mampu bicara sepatah katapun.
“Ayo
bu.....kok bengong....?” Kata Lintang.
“Ibu
bingung dengan semua ini. Kok bisa-bisanya Bunga sudah mempersiapkan semuanya.
Jangan-jangan ini rencana kalian berdua......” Kata mbak Ratna.
“Sebenarnya
semua ini serba kebetulan mbak....kebetulan aku mau ada pertemuan teman-teman
SMA, yah...semacam reuni....ee...tiba-tiba ada tamu penting disini....ya udah,
pertemuannya aku cancel dan semuanya buat tamu pentingnya mbak Ratna juga
Lintang....beres, kan?”
Memang
benar, setiap ada kebohongan selalu ada kebohongan berikutnya untuk menutupi
kebohongan sebelumnya. Seperti yang aku lakukan sekarang. Aku berbohong dengan
mengatakan mau ada reuni SMA yang di cancel segala....hehehe.
“Aku
juga bingung bu.....kok bisa-bisanya tante Bunga sudah mempersiapkan semuanya,
ternyata begitu to, ceritanya.....”Kata Lintang.
Aku
dan Lintang saling mengedipkan mata.
Setelah
keluarga Prabowo makan siang, bicara seperlunya, memantapkan segala sesuatu
yang sudah dibicarakan sebelumnya, lalu mereka pamit pulang.
Setelah
mereka pulang, mbak Ratna buru-buru membuka amplop yang berisi uang Tukon dan
menghitungnya. Mbak Ratna sangat kaget juga gembira.
“Kok
bisa.....? Jumlahnya sama persis dengan Tukon dari keluarga Eddy?”
“Ya
bisa saja......bagi mas Prabowo uang segitu, tidaklah sulit.....”Kata Lintang
sambil tertawa.
“Kok
Prabowo bisa tahu....kamu yang kasih tahu, ya....?” Mas Dony mulai curiga.
“Enggak.....mungkin
itu kebetulan saja....yang jelas itu uang tabungan mas Prabowo...bukan uang
orang tuanya.....”Kata Lintang lagi.
Mas
Dony dan mbak Ratna saling pandang. Mereka salah tingkah.
“Iya
lah...uang tabungan sendiri...Prabowo kan sudah bekerja.....jabatannya lumayan
tinggi juga, kan....”Kataku sambil melirik mbak Ratna.
“Ya
sudah.....yang jelas Ayah minta maaf.....tidak akan memaksa kamu untuk menikah
dengan siapapun.....”Kata mas Dony.?
“Ya,
iya lah......nggak mungkin to....Lintang kan mau menikah dengan pemuda
pilihannya.....harinya sudah dihitung. Tinggal pesen undangan.....”Kataku
sambil tertawa.
“Dan
yang membuat ibu lega....kamu sudah sembuh dari penyakit bisu....”Kata mbak
Ratna sambil memeluk Lintang.
“Berarti
sudah bisa makan sendiri dan mandi sendiri dong......”Kataku sambil tertawa.
“Iya
tante....kalau menikahnya sama mas Prabowo, aku ya sehat sehat saja....malah
sangat bahagia....”Jawab Lintang ceria.
Kami
semua bahagia menerima anugrah itu. Tinggal mempersiapkan segala sesuatu untuk
menyambut hari pernikahan Lintang. Lintang keponakanku yang cantik, dan juga
cerdas.
SELESAI
Belum ada Komentar untuk "PUASA BISU BAGIAN 2/TAMAT (Cerpen) By Ami Daria"
Posting Komentar