PUASA BISU (Cerpen) By Ami Daria
PUASA BISU
(Cerpen ) By Ami Daria
Planetcerpen.com.Tadi
siang mbak Ratna memanggilku agar sore ini aku datang ke rumahnya. Katanya
ingin mengajakku diskusi mengenai masa depan Lintang, putri sulungnya. Lintang sudah dua tahun kerja di Jakarta.
Kerja di pabrik garmen. Aku dengar-dengar Lintang sudah menjalin hubungan
asmara dengan atasannya, yang bernama Prabowo, orang Jawa Timur. Malah
rencananya habis lebaran ini kekasihnya mau menemui mbak Ratna dan mas Dony,
suaminya mbak Ratna, untuk melamar sekalian mencari hari yang bagus guna
melangsungkan pernikahan.Tapi kok tiba-tiba mbak Ratna dan mas Dony menelepon Lintang
agar pulang dengan alasan mas Dony sakit parah. Padahal mas Dony baik-baik saja
alias sehat-sehat saja. Ada apakah gerangan?
Aku
menuju ke ruang tengah rumah mbak Ratna. Disitu sudah ada Lintang dan mas Dony.
“Ini
Bunga....mbak mau mengajak diskusi denganmu, mengenai pernikahan
Lintang........” Kata mbak Ratna to the point.
“Nikah?
Memangnya pacarnya Lintang sudah melamar?” Aku kaget. Misalnya sudah melamar
kok aku tidak tahu.....
“Belum.
Tapi bukan sama dia kok....aku sudah menerima lamaran orang lain.....” Kata
mbak Ratna sambil tersenyum senang.
“Menerima
lamaran orang lain?” Aku makin tak mengerti.
“Iya
Tante....masa ibu menerima lamaran pak Dahlan untuk anaknya Eddy.....ya aku
nggak mau.......” Lintang tampak sangat kecewa.
“Kamu
harus mau Lintang......pak Dahlan itu orang terkaya didesa atau mungkin
kecamatan sini......dan Eddy anak tunggal......” Kata mas Dony ikut bicara.
“Oh...jadi mas Dony menelepon Lintang menyuruh pulang karena hal ini?” Tanyaku.
“Oh...jadi mas Dony menelepon Lintang menyuruh pulang karena hal ini?” Tanyaku.
“Iya......masalahnya
Eddy ingin menikah secepatnya. Kalau bisa bulan depan.” Kata mbak Ratna penuh
percaya diri.
“Betul.
Nah Bunga.....mungkin kamu bisa mencarikan perias pengantin terbaik....katering
terbaik....pokoknya semua yang terbaik. Masalah semua biaya pernikahan mau
ditanggung pak Dahlan.”Kata mas Dony.
“Yah......aku
nggak bisa menerima perjodohan sama Eddy.........aku nggak mencintainya.” Kata
Lintang.
“Nanti
lama-lama kamu juga akan cinta padanya......” Jawab mbak Ratna.
“Tapi
aku nggak mencintanya bu....aku sudah
punya calon....mas Prabowo....” Jawab Lintang memelas.
“Sebaiknya
mbak Ratna jangan memaksa Lintang, mbak......masalah jodoh biar dia cari
sendiri. Apalagi dia sudah punya pacar....”Aku membela Lintang.
“Hist.....!
Eddy itu benar-benar naksir Lintang.....sayang kan kalau dilepas.....?”
“Sayang
kenapa? Kalau mereka nggak saling cinta, buat apa dipaksakan?” Kataku lagi.
“Bunga....kamu
tahu pak Dahlan, orang tuanya Eddy, kan? Dia itu sangat kaya. Dan Eddy anak
tunggal. Jadi besokya seluruh warisannya buat Eddy.......”Kata mas Dony lagi.
“Yang
kaya itu pak Dahlan...juragan beras, kan? Sedangkan Eddy? Dia Cuma pengangguran....luntang
lantung.”Kata Lintang lagi.
“Nantinya
Eddy kan melanjutkan usaha ayahnya.....tenang saja.....yang jelas kamu akan
hidup berlebihan.....kaya raya......”Kata mas Dony sambil tertawa senang.
“Kaya
raya tapi nggak bahagia, buat apa, Yah.....”Kata Lintang putus asa.
“Ya,
kalau kaya raya otomatis kamu bahagia.....karena mau beli apapun dapat
terwujud.”Kata mbak Ratna.
“Memangnya
bisa beli cinta juga.......”Kata Lintang.
“Memangnya
ada toko yang jualan cinta.......”Tanya mbak Ratna.
“Karena
nggak ada toko yang jualan cinta itulah, maka cinta tak dapat
dibeli.....”Kataku.
“Maksudmu,
bagaimana?” Tanya mbak Ratna, tak mengerti.
“Maksudku
rasa cinta itu nggak dapat digantikan oleh uang......”
“Aku
setuju. Walau Eddy anak orang kaya......anaknya tapi....bukan Eddy yang
kaya.....aku tetap tak cinta.” Kata Lintang mulai ketus.
“Ayah
tidak minta pendapatmu, Lintang.....” Kata mas Dony mulai ketus juga.
“Bagaimana
mungkin mas Dony nggak minta pendapat Lintang? Kan Lintang yang akan
menjalaninya?” Aku protes.
“Bunga....aku
memanggilmu, untuk mendukungku. Menbujuk Lintang agar mau menikah dengan
Eddy.....tapi kamu kok malah menentangku......”Mbak Ratna tampak kecewa.
“Maaf
mbak......Aku nggak mungkin mendukung mbak......bagaimanapun juga aku nggak
setuju dengan ide mbak ini....”
“Payah....kamu!”
mbak Ratna masuk ruang tengah.
“Pokoknya
Ayah sudah memutuskan. Kamu harus menikah dengan Eddy. Titik.” Kata mas Dony
tegas.
Dony
masuk ruang tengah juga. Tinggal aku dan Lintang yang masih tertegun.
“Pokoknya
aku nggak mau. Bagaimanapun caranya aku nggak mau.” Kata Lintang sedih.
“Tante
mendukungmu. Kita cari cara untuk mencegah pernikahanmu dengan
Eddy.....”Kataku.
“Mungkin
sebaiknya aku minggat, ya Tante......” Lintang tampak memelas.
“Tante
kurang setuju. Nanti kita pikirkan jalan keluarnya. Yang jelas, banyak jalan
menuju Roma. Oke......?”
“Oke
Tante......makasih atas dukungannya...” Lintang tersenyum lega.
Hari
ini keluarga besar pak Dahlan datang untuk membicarakan hari pernikahan Eddy
dan Lintang. Mbak Ratna dan mas Dony, aku juga suamiku ikut menemui. Namun
sampai lama Lintang belum keluar membawakan minuman.
“Kok
Lintang belum keluar juga, ya......” Mbak Ratna terlihat gelisah.
“Coba
kamu lihat didalam....?” Kata mas Dony.
Ratna
mengangguk dan melangkah ke ruang tengah. Sampai lama mbak Ratna belum keluar
juga.
“Lama
sekali......Sebentar ya, permisi sebentar......” Kata mas Dony sambil berdiri.
“Aku
saja..... Sebaiknya mas Dony tetap disini.” Kataku sambil beranjak ke ruang
tengah, menyusul mbak Ratna.
Sampai
di ruang tengah aku tak menemukan mbak Ratna juga Lintang. Aku menuju ke kamar
Lintang. Siapa tahu dia masih dandan untuk menyambut keluarga dari calon
suaminya.
Di
kamar Lintang terlihat duduk ditepi tempat tidur ditemani mbak Ratna.
“Kenapa,
mbak......?” Tanyaku bingung.
“Nggak
tahu. Dari tadi aku bujuk agar keluar menemui mereka, tapi dia diam saja.....?”
Wajah mbak Ratna terlihat bingung.
“Ya
sudah....aku bikin minum buat mereka dulu....mbak Ratna bujuk Lintang lagi,
ya....?” Kataku sambil beranjak ke dapur.
“Lintang.....ayo
temui mereka.....nggak enak kan? Kalau kamu nggak menemui mereka.” Aku masih
sempat mendengar bujukan mbak Ratna.
Ada
apa dengan Lintang, Kenapa dia hanya diam
membisu dengan pandangan kosong?
Aku membawakan minuman dan
beberapa makanan ringan untuk tamu juga tuan rumah dan mempersilahkan mereka
agar segera meminumnya.
“Mana ibu dan Lintang? Kok
belum keluar juga….?” Mas Dony tampak gelisah.
“Mereka masih didalam. Nggak
tahu, dari tadi Lintang nggak mau keluar.” Jawabku.
“Coba aku susul mereka…..”
Kata Dony sambil beranjak ke ruang tengah.
Beberapa menit kemudian mas
Dony keluar diikuti mbak Ratna sambil mengandeng Lintang.
“Duduk.” Bentak Dony sambil
mendudukan Lintang.
“Mas…jangan kasar begitu…..”
Kataku berbisik.
“Habis dia
memalukan…..ditunggu dari tadi tidak mau keluar!” Jawab Mas Dony.
“Ada apa dengan Lintang,
Om…?” Tanya Eddy yang terlihat gusar.
“Nggak tahu mas Eddy….Dari
tadi diam tak mau bicara.” Jawab mas Dony sambil menghela napas panjang.
“Mungkin Lintang shock.
Karena harus menikah dengan lelaki yang tidak dicintainya…..”Kataku. Aku
sengaja mengutarakan hal itu agar kelaurga Eddy tahu hal yang sebenarnya.
“Ya…kalau memang belum cinta,
itu wajar….namanya juga tidak pernah ketemu. Tapi nantinya lama-lama kan bisa
cinta. Bukankah cinta dapat tumbuh karena sering ketemu? Kalau isitilah
Jawanya, witing tresno jalaran soko
kulino?” kata pak Dahlan sambil mengerling ke Eddy.
“Betul itu, pak…..” Kata
Eddy sambil tertawa senang.
Ah, ternyata ceplosanku tadi
tidak membuat pak Dahlan dan Eddy mengurungkan niatnya.
Sejak itu sehari-harinya
Lintang hanya diam mematung. Kadang dia duduk diteras. Menyembunyikan wajah
diantara kedua lututnya yang ditekuk atau menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia benaar-benar terlihat sangat putus asa.Dia tidak mau mandi juga makan.
Terpaksa mbak Ratna yang memandikan juga
menyuapinya. Aku benar-benar trenyuh dengan keadaan ini. Kenapa
Lintang yang dulu lincah dan energik menjadi bisu dan diam mematung seperti
patung. Apa yang terjadi? Apakah Lintang benar-benar shock? Aku mendekati Lintang dan mbak Ratna yang sedang
duduk di teras.
“Mbak
juga sih yang salah.....orang nggak cinta kok dipaksa menikah...ya shock!” Aku
menyalahkan mbak Ratna.
“Ini
kan demi kebaikan Lintang juga.....biar hidupnya berkecukupan.” Mbak Ratna
membela diri.
“Sekarang
Lintang juga sudah berkecukupan. Kan sudah kerja.....” Kataku lagi.
“Berapa
sih gaji Lintang....paling habis buat makan juga bayar kost.”
“Yang
jelas aku nggak iklas. Kalau sampai terjadi sesuatu sama Lintang, itu semua
salah mbak Ratna....” Kataku lagi.
“Kok
kamu bicara, begitu?” Mbak Ratna terlihat kaget.
“Memang
begitu kenyataannya....ambisi mbak Ratna pingin dapat besan kaya raya, telah
mengorbankan Lintang!”
“Huh!
Kamu bukannya memberi solusi malah menyalahkanku.” Mbak Ratna terlhat sangat
marah.
“Solusinya.
Bawa dia ke psikiater......”Kataku.
Mbak
Ratna cuma mengangguk dan berjanji akan membawanya ke psikiater.Tapi tidak sembuh juga.Seminggu sudah Lintang
menjadi bisu dengan pandangan kosong.
Dua
minggu lagi acara pernikahan Lintang dengan Eddy. Mereka
sudah memberikan uang Tukon. Kalau di Jawa Tengah selalu ada uang Tukon yang
diberikan pihak keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan. Tukon itu berupa uang
untuk keperluan pernikahan. Untuk jumlahnya tergantung dari pihak pengantin
pria atau rundingan dari kedua belah pihak.
Tapi mungkinkah pernikahan itu jadi dilaksanakan dengan keadaan Lintang saat
ini? Kulihat mbak Ratna sedang menyuapi Lintang.
“Untung kamu datang,
Bunga…tolong dilanjutkan menyuapi Lintang. Aku mau melipat baju.” Kata mbak
Ratna sambil menyerahkan piring berisi nasi buat menyuapi Lintang.
Aku menerima piring itu
sambil memandangi Lintang. Aku benar-benar trenyuh sampai tak mampu menahan air
mata.
“Lintang….kenapa kamu jadi
begini……Tante benar-benar merasa kehilangan kamu yang dulu….”Aku mengelus-elus
rambut Lintang lembut.
“Tenang Tante….ini hanya
sandiwara….” Kata Lintang berbisik.
“Apa? Kamu bisa
bicara…..”Aku sangat kaget.
“Sstt….! Jangan keras keras
Tante….nanti ibu denger…..”Kata Lintang sambil menempelkan jari telunjuk di
bibirnya.
“Hah…??Astafirullah wal
Adzim…..Lintang…..”Aku mengacak-acak rambut Lintang saking gemasnya.
“Bunga! Apa yang kamu
lakukan pada Lintang?!” Tiba-tiba mbak Ratna sudah berdiri di belakangku.
“Nggak apa-apa, mbak….tadi
aku mencari kutu di rambutnya…aku acak-acak juga untuk tahu rambutnya kumal
apa, nggak….?kan lama nggak keramas.” Kataku memberi alasan.
“Ya nggak mungkin kumal,
lah….aku kan selalu mengeramasi seminggu dua kali…..”Jawab mbak Ratna terlihat
tersinggung.
Tiba-tiba Lintang pergi
menuju kamarnya.
“Mbak….aku lanjutin nyuapi
Lintang di kamar, ya….? Tadi makannya masih sedikit.” Kataku sambil mengikuti Lintang.
“Iya sana lanjutin. Tapi
jangan acak-acak rambutnya lagi, ya…..?” Kata mbak Ratna yang masih terlihat
tersinggung.
“Oke bos!” Jawabku sambil
memberi hormat.
Begitu aku sampai didalam
kamar, Lintang buru-buru mengunci pintunya.
“Kenapa dikunci?” Aku kaget.
“Takut kalau tiba-tiba ibu
nyelonong masuk. Kan berabe….”Kata Lintang dengan suara pelan.
“Kenapa kamu lakukan ini…?”
Aku masih belum mengerti.
“Begini Tante…….dengan
mematung dan membisu…siapa tahu bisa mengagalkan rencana pernikahanku dengan
Eddy…” Lintang bicara di telingaku.
“Tapi kamu kan jadi seperti
orang stress…”Aku protes.
“Nggak apa-apa…..Kan hanya
seperti. Tapi kalau aku menikah dengan Eddy aku bisa benar-benar stress.” Kata
Lintang sambil tertawa geli.
“Hem…. nekat juga
kamu…”Kataku sambil mengacak-acak rambutnya.
“Tante tahu sendiri, kan?
Keputusan Ayah apalagi ditambah ibu, tidak bisa diganggu gugat. Aku nggak
berkutik menghadapi keinginan mereka….Tiba-tiba muncullah ide ini….”Kata
Lintang, masih sambil tertawa geli.
“Lalu kapan kamu akan
menghentikan ide konyol ini…” Aku pensaran.
“Sampai keluarga Eddy
mengagalkan pernikahanku dengannya.” Jawab Lintang santai.
“Oke deh….Tante selalu
mendukungmu…..”Kataku sambil memeluknya.
“Awas piringnya jatuh
Tante….sini biar aku makan sendiri….” Lintang makan dengan lahapnya.
“Nah...begitu
dong.....mkn yang banyak dan mandi sendiri....jangan bikin repot ibumu.....”
Kataku sambil geleng-ge;eng kepala. Konyol juga idenya....tapi sip juga.....
“Kalau
aku mandi sendiri, nggak kelihatan seperti orang despresi dong Tan.....”
kata sambil tersenyum nakal.
“Kalau
ibumu nggak sempat memandikan kamu, gimana?” Tanyaku penasaran.
“Ya....pakai
talk aja yang banyak. Biar nggak gatal.” Lintang tertawa geli.
Terdengar
ketukan di pintu kamar.
“Kok
dikunci sih....bukakan dong.....” Terdengar suara mbak Ratna.
“Iya
mbak...sebentar....”Aku buru-buru membuka pintu.
“Nggak
tahu, mbak....Lintang yang mengunci.” Jawabku.
“Kenapa
dikunci, Lintang.....” Suara mbak Ratna terdengar lembut.
Lintang
menoleh, menatap wajah mbak Ratna sejenak dan membuang pandangannya jauh
menerawang. Mati-matian aku menahan diri agar tidak tertawa melihat acting
Lintang yang begitu sempurna.
BERSAMBUNG
Belum ada Komentar untuk "PUASA BISU (Cerpen) By Ami Daria"
Posting Komentar