SERIBU TAKTIK (Bagian 5) (Cerbung) By Ami Daria
SERIBU
TAKTIK
By Ami Daria
BAGIAN 5
Kensi pergi dari rumah, menuju ke kostan
Yuni sahabat karibnya. Kensi diterima kerja di stasiun radio tempatnya melamar,
dimana Yuni sudah bekerja disana, sehingga mereka satu tempat kerja dan satu
kostan. Ternyata Santi bekas selingkuhan ayahnya Yuni.
Planetcerpen.com Yuni seorang
gadis yang sangat manis. Postur tubuhnya mungil, dengan kulit kuning langsat ditambah
lesung pipit dikedua pipinya. Makin manislah dia, apalagi kalau tersenyum.
Merasa dirinya cukup menarik dan manis. Yuni memanfaatkannya sedemikian rupa.
Memanfaatkan untuk menaklukan hati lelaki-lelaki kaya untuk dapat memporotinya.
Katanya hidup hanya sekali, kenapa tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya? Entah
sudah berapa kali dia ganti pacar...? Selama ini selalu Yuni yang meninggalkan
pacar-pacaranya dengan alasan bosen....terlalu dikekang...ingin bebas dan masih
seabrek alasan. Padahal yang sebenarnya, dia meninggalkan pacarnya karena sudah
dapat pacar baru yang lebih tajir.
Sudah
sebulan Yuni bekerja sebagai penyiar radio. Sebelumnya bekerja sebagai SPG. Dia
kost di sebuah rumah besar yang terdiri dari sepuluh kamar. Empat kamar di
bagian depan. Dua kamar paling depan yang dibatasi ruang tamu, yang dilengkapi
meja kursi untuk tamu. Dibelakangnya dua kamar yang dibatasi ruang santai yang
ada TVnya. Bagian belakang ada enam kamar yang berjajar, berhadapan dengan
empat kamar mandi dan tempat mencuci. Agak belakang ada dapur, dimana lotengnya
digunakan untuk tempat jemuran. Semua penghuni kost perempuan.
Yuni
sengaja duduk di ruang tamu sambil baca-baca tabloid wanita, karena sedang
menunggu taman akrabnya, yang katanya mau datang. Sepuluh menit yang lalu,
temannya itu kirim WA, mau kost bareng. Memang kost disini maximal diisi dua
orang. Kebetulan Yuni masih kost sendirian. Jadi kalau temannya mau kost
bareng, ya...boleh-boleh saja. Jam di dinding menunjukan pukul 21.30 menit.
Sudah terlalu malam untuk bertamu. Tapi bagaimana lagi? Kata temannya, tidak bisa diundur-undur
menunggu esok. Terlalu mendadak.
“Assalamu’alaikum......Yuni.....”
Terdengar ketukan di pintu.
Ah....akhirnya
dia datang juga.....Kata Yuni dalam hati sambil melangkah menuju pintu,
“Wa’alaikum salam...siapa, ya......?”
“Aku.......si
cantik.....”Kata suara dari depan pintu.
Yuni
tertawa geli. Siapa lagi kalau bukan sahabat karib yang suka konyol itu. Yuni
membuka pintu dan melihat Kensi dengan tas besar sedang berdiri di depan pintu.
“Apa
kabar say....” Kata Kensi sambil memeluk Yuni. Mereka saling menempelkan pipi.
“Kabar
baik tentunya, say.....ayo masuk.” Yuni membuka pintu lebar-lebar.
Kensi
masuk dan duduk di kursi.
“Ayo
langsung masuk kamar aja. Kamarku di belakangnya sini doang kok....”Kata Yuni
sambil membawakan tas besar milik Kensi.
Mereka
masuk ke kamar yang dibatasi ruang tengah.
“Duduk
dulu...aku buatkan minum dulu, ya....ini cemilannya.”Kata Yuni sambil
menyodorkan toples berisi cemilan. Yuni segera ke dapur, menjerang air sedikit
untuk membuat dua gelas teh panas.
Kensi
duduk di tempat tidur sambil mengamati keadaan kamar.
Sepuluh
menit kemudian Yuni muncul sambil membawa dua gelas teh manis dn meletakan
dimeja kecil dekat tempat tidur.
“Silahkan
diminum.....”Kata Yuni.
“Makasih....repot-repot
amat?”
“Iya,
ya....? Amat aja nggak repot.” Kata Yuni sambil tertawa geli, “Naik apa kamu
tadi?”
“Naik
taksi....jam segini sudah nggak ada angkutan.”Jawab Kensi sambil makan cemilan.
“Memang.....Kenapa
kok mendadak amat?”
“Dari
kemarin siang ibu tiri nyindir-nyindir terus pingin aku pergi dari rumah
secepatnya......”
“Terus bokap kamu, gimana?”
“Terus bokap kamu, gimana?”
“Justru
bokap yang tiba-tiba mengajak aku bicara, menyuruh aku kost secepatnya. Ya
udah...aku langsung beres-beres sambil kirim WA ke kamu.”
“Kok
gitu, ya.....”
“Biasa...terpengaruh
ibu tiri.....”
“Apalah
artinya punya papa, kalau dia nggak sayang sama kita.......mendingan aku. Nggak
punya papa punyanya Om, tapi dia menyayangiku selayaknya papa sendiri. Iya,
kan?”
“Oh
ya, papa kamu sudah meninggal.....” Kata Kensi.
“Tiga
tahun. Selama ini yang membantuku ya Omku itu. Tiap bulan aku dikirimi duit. Katanya
karena gajiku kecil...takut nggak cukup buat kebutuhanku sehari-hari....enak,
kan?” Kata Yuni sambil tersenyum manis.
“Iya...enak
juga. Om kamu itu adik dari ibu atau dari ayah?”
“Dari
ibu....namanya Hasan.....bisnis gede....”
“Bisnis
gede itu bisnis apaan?”
“Nggak
tahu.....pokoknya duitnya sangat banyak......real estit mungkin.....”
“Kamu
ini aneh.....tapi nggak apa. Yang penting om Hasan baik sama kamu....”
“Betul
itu.....”
“Besok aku bantuin cari kostsan, ya....?”
“Besok aku bantuin cari kostsan, ya....?”
“Ngapain
cari kost? Bareng aku saja...besok pagi aku mau ngomong sama ibu kost.”
“Memangnya
pasti boleh....?”
“Ya
pasti lah.....kebanyakan kan berdua. Hanya aku yang sendiri...Nanti kalau kamu
kost disini, ya...berdua juga. Makanya tempat tidurnya lumayan besar...karena
jatahnya buat dua orang.”
Kensi
hanya mengangguk-angguk sambil minum tehnya.
“Kok
ada spanduk stasiun radio tempatku melamar....”Kata Kensi sambil menunjuk
spanduk itu.
“Kamu
melamar disitu....?” Yuni sangat kaget.
“Iya.
Seharusnya tadi siang aku dapat kabar diterima atau ditolak.....”Kata Kensi.
“Pengumumannya
besok kok. Semoga diterima deh......”Kata Yuni sambil memeluk Kensi.
“Amin......”Jawab
Kensi.
Pagi hari Yuni berangkat kerja setelah
sebelumnya bersama Kensi menemui ibu kost. Di tempat kost Kensi menyapu ruang
depan sambil menyapa anak kost yang lain. Memang Kensi termasuk cewek yang
supel. Terdengar hp berdendang. Kensi buru-buru menerima telepon. Ternyata
telepon dari stasiun radio tempatnya melamar. Memberitahukan kalau dirinya
diterima, dan disuruh datang paling lambat jam sembilan pagi. Kensi buru-buru
menyelesaikan pekerjaannya, mandi dan siap-siap berangkat.
Sampai
di stasiun radio disambut oleh Yuni dengan suka cita.
“Alhamdulillah......nona
manis.....kau diterima.......” Teriak Yuni di depan pintu.
Kalian
sudah saling kenal?” Tanya pemilik stasiun radio.
“Sudah
pak....kami teman akrab kok. Malah kami satu kost.....”Jawab Yuni penuh
semangat.
“Oh....bagus
kalau begitu?”
Kensi
di beri penjelasan cara kerjanya dan segala sesuatu mengenai penyiaran.
Keesokan harinya Kensi sudah mulai mengudara. Tentunya masih jadi pendamping
dulu. Sekarang Kensi sudah lega. Paling tidak sudah bekerja, jadi tidak
khawatir lagi mengenai keuangannya.
Sementara
Santi di rumah sangat bahagia. Dia merasa bebas. Bebas didalam rumah. Juga
bebas mengunakan seluruh kekayaan Santoso. Keinginannya untuk mengusir Kensi
sudah berhasil dengan gemilang.
Santi
menonton TV sambil senyum-senyum, “Enaknya hidup ini....tinggal makan
tidur...hidupku terjamin...Nggak apa-apa suamiku tua peot....yang penting
hidupku makmur.....”
Tapi
dipikir-pikir bosen juga di rumah sendirian. Mendingan tidur..... Mau apa lagi? Menyapu? Tidak ada anak kecil
yang akan membuat sampah. Masak? Siapa yang mau makan? Yang di rumah kan dia
sendiri. Santoso pulangnya sore, malah kadang malam.Daripada repot repot masak
mendingan beli matang.......tinggal santap.
Santi
mematikan TV dan masuk kamar. Baru saja akan berbaring terdengar suara mobil.
“Hah?
Kok mas Santoso sudah pulang? Kan masih siang?” Santi heran.
Males
malesan Santi bangun dan membukakan pintu. Terlihat Santoso tersenyum didepan
pintu.
‘Tumben,
Pa....masih siang udah pulang.” Kata Santi sambil membukakan pintu.
“Papa
sengaja pulang siang untuk mengajak mama makan di luar.....hari ini kan ulang
tahun mama......”Jawab Santoso sambil melangkah masuk.
“Oh,
ya.....? Mama sendiri lupa. Masalahnya selama ini mama nggak pernah merayakan
ulang tahun.” Kata Santi dengan mata berbinar.
“Ya
sudah...sekarang ganti baju dulu, terus kita makan di luar.”
“Cuma
makan, pa? Nggak ada kadonya?”
“Untuk
kadonya, mama bisa pilih sendiri...oke?”
“Oke.......”
Santi
buru-buru ganti baju. Santoso menyimpan tas kerjanya dan melepas sepatu, ganti
pakai sandal.
Kensi
dan Yuni yang baru pulang dari stasiun, melihat Santi dan Santoso yang berjalan
dengan mesranya masuk ke “Restoran Bu Murni” yang berada diseberang jalan. Kensi
dan Yuni mengawasi mereka dengan pandangan heran.
“Kok
seperti Santi.......kok jalan sama papa kamu?” Yuni heran.
“Ya
sama papa....dia kan ibu tiriku....”Jawab Kensi.
“Ooo....dia
ibu tiri kamu?”
“Iya.
Kamu kenal dia?”
“Kenal.
Dia kan dulu selingkuhan ayah.”
“Haahh?
Selingkuhan ayahmu?” Kensi sangat terkejut.
“Gara-gara
dia ayah meninggalkan kami.......”Yuni terlihat sedih.
“Sama.
Gara-gara dia pula, Papa melupakan kami........”Kata Kensi.
“Saat
ayah masih kaya....hidup bareng dia...tapi saat ayah masuk rumah sakit, dia
kabur. Akhirnya ibu juga yang membiayai dan menunggui ayah.”
“Wah......licik
juga dia?”Kata Kensi lagi.
“Memang.
Dia ingin mengerogoti kekayaan ayah doang..” Kata Yuni dengan wajah penuh
dendam.
“Bagaimana
kalau kita ikuti mereka....?
“Terus
kita mau ngapain?”Tanya Yuni.
“Iya,
ya...kita mau ngapain?” Kensi bingung juga.
“Kita
pulang dulu aja....aku capek.” Kata Yuni.
Kensi
mengangguk. Mereka melanjutkan jalan.
BERSAMBUNG
Belum ada Komentar untuk "SERIBU TAKTIK (Bagian 5) (Cerbung) By Ami Daria"
Posting Komentar